Duka Sekeping Hati by Yanti Ilmi

Duka Sekeping Hati by Yanti Ilmi. Jalal mendatangi tempat dimana jodha berlatih pedang. Jelas terlihat ketidak senangan di raut muka Jodha ketika Jalal ikut berlatih dengannya. Untuk sesaat Jodha dan jalal saling membalas serangan. Sedikit berteriak Jalal berkata pada jodha “lama kita tidak berduel seperti ini Ratu Jodha. Waktu di amer aku pernah mengalahkan mu. Apa kau mau mencoba mengalahkan ku lagi?” Jodha tetap diam membisu walaupun dia masih melayani permainan pedang jalal. Ada raut kecewa di wajah Jalal ketika Jodha mengabaikan perkataannya. Ketika jodha menyerang kearah leher jalal sedikitpun jalal tidak menghadang dengan pedangnya. Jodha terkejut dan berkata “shahensha, apa yang kau lakukan?”

Dengan tersenyum getir jalal berkata “Ratu Jodha ku tahu kau tak suka melihat ku. Ku tahu kau marah pada ku. Ini adalah kesempatan mu untuk melampiaskan kemarahan mu pada ku”. Setelah menjatuhkan pedangnya Jalal mengarahkan pedang Jodha yang ada di leher ke dadanya. Sedikit menyipitkan kedua matanya jodha berkata  “shahensha, kau tahu alasan ku bersedia menikahi mu. Walaupun aku tidak setuju tapi bapusa menjelaskan pada ku kalau perkawinan ini bisa menyelamatkan bangsa kami dan saudara-saudara ku yang kau tahan. Saat itu aku harus mengorbankan kebahagian ku sendiri untuk mewujudkan semua itu… tapi kau shahensha dengan alasan kehilangan anak-anak kita dan kau beranggapan semua orang harus merasakan kepedihan yang kau rasakan, sehingga kau harus membunuh orang yang tak berdosa agar orang-orang juga merasakan sakitnya kehilangan orang yang di sayangi. Dan, yang lebih menghancurkan hati ku orang-orang itu adalah bangsa ku shahensha. Kau adalah suami ku bagaimana aku bisa mebalas dendam atas darah yang kau tumpahkan kepada bangsa ku….”

Jalal mendegarkan semua pekataan jodha dengan wajah penyesalan. Ada kemarahan tampak diwajah dan suara Jodha.. Jodha berkata lagi “kalau kau bukan suami ku, aku pasti akan mencari mu untuk menuntut pembalasan karna aku seorang rajvansi.” Jalal berkata lirih “ratu jodha kau masih bisa melaksanakan keinginanmu itu ratu jodha…. Dengan cepat jodha menyela perkataan jalal “bagaimana aku bisa melakukannya karena kau adalah… ~ seiring dengan perkataan jodha jalal bergerak cepat ke depan sehingga pedang yang diarahkan didada jalal tertancap disana.. jodha kaget dan berteriak “shahensha apa yg kau lakukan?” jodha mencoba menarik pedangnya tapi jalal malah memegang pedang tsb sehingga darah menetes disela-sela jarinya. masih dengan wajah bersalah dan penuh penyesalan jalal berkata “ratu jodha kau hanya memerlukan satu gerakan saja untuk mewujudkan keinginanmu itu… untuk sesaat lupakanlah kalau kau adalah seorang ratu dari kerajaan mughal anggaplah kau seorang rajvansi sejati, seorang putri dari kerajaan amer – kau bertanggung jawab untuk membalas dendam atas kematian orang-orang yang tak berslah dari bangsa mu. Kau berhak menuntut balas atas darah yang ku tumpahkan…”

Jalal masih ingin bergerak maju dan jodha bertambah panik dan reflek melepaskan pedangnya. Jodha melangkah maju mendekati jalal dan berkata “mengapa kau seperti ini shahensha?” jalal menjawab “aku hanya membuat segalanya menjadi mudah bagi mu, tuan putri amer…” jodha menyela perkataan jalal “shahensha walaupun aku ingin tapi ku tak akan melakukannya!” “Kenapa?” Jalal meminta penjelasan dari jodha. “Karna kau adalah suami ku. Kau tahu kami menganggap suami sebagai dewa dan aku akan selalu berdoa semoga kau panjang umur…” jalal menarik pedang yg tertancap di dadanya ~ dia meringgis kesakitan. dengan sigap Jodha menekan luka didada jajal agar lukanya tidak terbuka dan mengeluarkan banyak darah. Ada kecemasan diraut muka jodha. Jodha meminta jalal untuk kembali kekamarnya dan dia akan membuat obat untuk jalal.

Dengan lembut jalal berkata “kenapa kau khawatir, ratu jodha? apa karena kau melihat aku terluka? Apa kau merasa kesakitan dengan luka yang ku rasakan ini?” Jalal menyentuh tangan jodha yang menekan lukanya.. lalu berkata lirih “ratu jodha aku sering mendapatkan luka seperti ini dimedan perang. Kalau boleh aku memilih aku lebih baik terluka seperti ini dari pada setiap hari kau diamkan.. aku tak tahan kau abaikan….” Jodha mengangkat kepala dan menatap jalal dan mengerti kemana arah pembicaraannya… “kumohon shahensha mari kita ke kemarmu aku akan megobati luka mu” pinta jodha. Jalal menjawab “ya aku yakin kau pasti akan mengobati ku tapi bagaimana dengan luka ku yang tak kasat mata?” Jodha hanya menuntun Jalal tanpa memberikan jawaban.

Pagi harinya berita tentang terlukanya jalal telah tersebar keseluruh harem. Dengan sedikit berlari moti memasuki kamar jodha dan menanyakan kebenaran apakah benar yang mulia raja terluka oleh pedangnya. Jodha membenarkan dan menceritakan semua yang terjadi. lalu dengan dengan wajah penasaran moti bertanya “mengapa kau tidak mengobati luka yang mulia raja, jodha?” jodha sedikit terkejut dengan pertanyaan moti. Dengan kesal jodha berkata “apa kau menganggap ku sebegitu kejamnya moti? aku memang marah dan kecewa pada yang mulia raja, tapi aku takan pernah mengabaikannya bila dia terluka moti bai!” Dengan mengangkat sebelah alisnya Moti berkata “kalau begitu mengapa luka yang mulia raja masih mengeluarkan darah, jodha?”

Jodha telah berada di kamar jalal. Dia memperhatikan mangkuk yang digunakannya waktu mengoleskan obat semalam dan ternyata kain pembalut luka jalal terbiar di samping mangkuk tsb. Jodha bergumam “mengapa kau melakukan ini shahensha…” Ternyata setelah kepergian jodha jalal melepaskan kembali obat yang dioleskan jodha.

Jodha mendatangi ratu salima. Setelah memberi salam, ratu salima mempersilahkan jodha untuk duduk. Ratu salima menanyakan maksud kedatangan jodha. Sedikit menerawang jodha berkata “aku tidak mengerti dengan sikap yang mulia raja ratu salima. Aku telah mengoleskan obat di lukanya tetapi mengapa dia melepaskan kembali obat yang aku oleskan? apakah yang mulia raja ingin membuat ku merasa bersalah atas lukanya itu? dan aku juga mendengar yang mulia raja mendirikan tenda dibelakang istana, tapi untuk apa?” Dengan lembut Ratu Salima mencoba memberikan pengertian pada jodha. dia mengatakan kalau dia mengetahui apa yang terjadi antara yang mulia raja dengan jodha.

Salima menggenggam tangan jodha. “Ratu Jodha sampai kapan kau akan mendiamkan Yang mulia raja?” Jodha tertegun dengan pertanyaan salima.. “Ratu jodha, aku tahu kau terluka dan marah setiap melihat yang mulia raja karena yang mulia raja telah membunuh orang-orang yang yang tak berdosa dari bangsa mu. Ratu jodha, untuk sesaat lupakanlah kalau yang mulia raja adalah seorang raja penguasa india. Pikirkan dia sebagai manusia seperti kita, yang bisa merana dan terluka. Karena dia juga  memiliki sekeping hati yang bisa berduka…” Duka Sekeping Hati bag 2