Takdir bag 21 by Tahniat

Takdir bag 21 by Tahniat.  Jalal sedang menyandar di meja makan sambil memegang gelas yang di tempelkan ke dagunya ketika Jodha turun keruang makan. Dengan wajah cerah dan senyum sumringah seperi biasa, Jodha menyapa Jalal, “kau di sini?” Jalal membalas sapaan Jodha dengan anggukan kepala.  Jodha lewat di depan Jalal untuk mengambil piring dari lemari makan. Dengan sudut matanya, Jalal mengawasi Jodha. Pikirannya sedang menimbang, antara menanyakan langsung pada Jodha siapa lelaki yang di lihatnya tadi di Mall, atau menunggu Jodha mengatakan padanya.

Jodha menata piring di meja makan.  Jalal meletakkan gelas yang sudah habis isinya dalam basin dan melangkah ke sofa, lalu mengambil paper bag warna oranye yang dia letakkan di sana.  Tanpa melihat lagi apa isinya, Jalal mendekati Jodha dan menyodorkan paper bag tu padanya, “ini untuk mu. Aku ingin kau memakainya besok, Rahul mengundang kita ke resepsi pernikahannya.” Jodha menerima paper bag itu dan mengeluarkan bungkusan di dalamnya. Jodha melihat satu set Chaniya Choli dan sebuah Saree berwarna hijau. Jodha dengan gembira mengucapkan terima kasih pada Jalal. Jalal larut dalam kegembiraan Jodha, untuk sejenak dia lupa dengan ganjalan yang ada di hatinya. Jalal membayangkan betapa mempesonanya Jodha dalam balutan sari itu. Tiba-tiba Jalal terbayang kembali pada tatapan mesra pria di restoran tadi, senyum Jalal lenyap dari wajahnya, berganti resah.

Jalal mengalihkan pandang menatap keseluruh ruangan, seperti mencoba menghindari kontak mata dengan Jodha saat berkata, “kau tahu di mana aku membeli saree itu?” Jodha sambil melihat-lihat dan mengagumi keindahan saree it bertanya, “dimana?” Jalal menjawab cepat, “di CityWalk, tadi siang,…sebelum makan siang.” Jodha mengangkat wajahnya menatap Jalal, “aku juga di Citywalk tadi siang. Teman-teman mengajakku makan siang.” Hati Jalal berdebar-debar, “teman-teman?” Jodha merapikan bungkusan saree itu dan memasukan kembali ke dalam paper bag, “ya. Teman-teman masa kolej dulu.”  Jalal dengan rasa ingin tahu bertanya, “laki-laki atau perempuan?” Jodha menghela nafas, terdiam sebentar lalu menjawab, “perempuan…”

Jalal mengerutkan keningnya dan menatap Jodha dengan tatapan tak percaya, “perempuan semua?” Jodha dengan sedikit ragu menjawab, “ya…” Jalal sangat kecewa, Jodha telah tidak jujur padanya. Tapi Jalal tak ingin memperpanjang masalah. Dia tak mau menuduh secara membabi buta. Dia harus tahu siapa lelaki itu dulu.  Toh besok setelah deketif yang di sewanya bekerja, dia akan tahu siapa lelaki yang duduk semeja dengan Jodha. Dalam hati Jalal berkata, “tunggulah sampai besok. Semuanya akan jelas besok.” Melihat jalal melamun, Jodha menegur, “Jalal, kau ingin makan sekarang atau mandi dulu?” Jalal tesentak dari lamunannya, dengan terbata-bata dia menjawab, “a..aku ganti baju dulu.” Tanpa menunggu lebih lama Jalal segera naik ke kamarnya.

Perputaran hari terasa sangat lama kalau kita sedang menunggu sesuatu. Setelah melihat Jodha duduk semeja dengan seorang pria yang menatapnya dengan mesra, ditambah kebohongan Jodha, semalaman Jalal gelisah dan tidak bisa memejamkan mata. Dia berpikir kenapa semua itu menganggunya, apa salahnya kalau Jodha keluar dan bertemu dengan teman-temannya, toh mereka melakukannya di tempat umum. Tapi hatinya tidak terima. Dia tidak rela ada orang lain selain dirinya  mendekati Jodha, menatapnya dengan mesra atau menyentuh tangannya. Dia merasa sangat-sangat tidak rela. Jodha adalah istrinya. Meski saat ini pernikahan mereka terlihat seperti sebuah formalitas, tapi Jalal berharap dia akan memiliki Jodha sebagai istri seutuhnya. Karena jauh didasar hatinya Jalal merasa kalau dia mulai menyukai Jodha, rindu bila tidak melihatnya dan ingin selalu berada di dekatnya. Tapi untuk mengatakan perasaanya, dia ragu, karena dia tidak tahu apakah  Jodha memiliki perasaan yang sama denganya. Jalal sedang menunggu, menunggu tanda dan isyarat dari Jodha. Karena itu Jalal tidak rela kalau ada pria lain yang hadir diantara mereka dan menghancurkan harapannya. Jodha adalah miliknya. Hanya miliknya. Jalal tidak akan melepaskan dia apapun taruhannya.

Pagi harinya Jalal bangun kesiangan. Setelah mandi dan berdandan rapi, Jalal bergegas turun keruang bawah. Jodha sudah menyiapkan sarapan untuknya. Tapi Jalal menolak menyantapnya karena sudah terlambat. Setelah memakai kaos kaki dan sepatunya yang sudah di siapkan oleh Jodha, dengan cepat Jalal beranjak pergi. Tapi di depan pintu dia berhenti, menoleh kearah Jodha, memaksakan diri untuk tersenyum dan berkata, “jangan lupa, nanti malam. Aku akan menjemputmu jam 8. ” Jodha mengangguk. Jalal melambaikan tangan dan segera berlari menuju garasi. Melihat tingkah Jalal, Jodha jadi tersenyum sendiri. Dalam hati Jodha berpikir, apa gunanaya jadi bos kalau tidak bisa datang sesuka hati ke kantornya sendiri? Tapi Jalal adalah seorang pengusaha yang berdedikasi. Dia selalu berangkat kerja tepat waktu, dan mengerjakan pekerjaan lebih banyak dari anak buahnya. Kunci kesuksesannya adalah pada kerajinan dan ketekunan. Jalal pernah berkata pada Jodha kalau ada banyak orang yang hidupnya tergantung pada dirinya. Dia tidak ingin mengecewakan mereka, karena itu dia akan berusaha sebaik-baiknya untuk memenuhi tanggung jawabnya itu.

Jodha sudah selesai berdandan dan sedang menunggu Jalal. Dia mengenakan saree yanag di belikan Jalal. Jodha tidak seberapa suka dengan warna hijau, tapi motif Saree yang di pilih Jalal sangat bagus, bahannya juga lembut. Dan bordilan Chaniya Choli yang di pilihnya juga sangat serasi dengan warna saree. Jodha sangat kagum dengan kemampuan Jalal memadankan baju dan pada selerannya terhadap pakaian. Jodha tipe orang yang suka memakai baju yang casual dan simple. Untuk acara-acara resmi yang akan di hadirinya, biasanya Mainawati yang memilihkan gaun mana yang akan dipakainya. Dan dalam hati Jodha sangat beruntung, karena suaminya mempunyai kemampuan yang setara dengan ibunya dalam memilih pakaian.

Jodha melirik jam dinding, sudah hampir pukul 8, tapi Jalal belum juga datang.  Jodha sudah gelisah Jalal biasanya on-time. Tiba-tiba terdengar suara mobil berhenti di depan pintu gerbang. Jodha segera mengintip keluar. Seorang pria memencet bel pintu. Jodha akan beranjak keluar, tapi Moti dari pintu samping sudah lebih dulu sampai di depan pintu depan. Moti terlihat berbicara sebentar dengan pria itu, lalu menoleh kearah Jodha yang berdiri di depan jendela kaca. Moti memberi isyarat paa pria itu untuk menunggu. Dia segera berkari kearah Jodha. Jodha membuka pintu kaca danbertanya, “ada apa, Moti?” Moti menjawab, “dia adalah sopir Mr Rahul, dia datang untuk menjemputmu ke pestanya.” Jodha dengan heran bertanya, “kenapa dia yang menjemput, kemana Jalal? Tapi tak apa, aku akan ketemu Jalal di sana.” Tanpa membuang waktu lagi, Jodha bergegas pergi setelah pamitan pada Moti.

Sopir mengantar Jodha sampai di depan pintu rumah Rahul. Sopir melarang Jodha keluar dari mobil. Dia terlebih dahulu menghubungi seseorang. Dari dalam rumah megah itu, Rahul keluar, membukakan pintu untuk Jodha dan mengantarnya masuk kedalam rumah. Rumah itu sangat besar, banyak undangan yang datang. Pada Rahul jodha bertanya, “Jalal mana?” Rahul dengan sedikit binggung menatap kesekeliling, “tadi dia ada disini. Sebentar ya…” Rahul berjalan menghampiri Freya yang sedang berbincang dengan beberapa orang tamu. Melihat Jodha, Freya segera menghampirinya dan memeluknya dengan bahagia. Kata Freya, “senang melihatmu Jodha. ~freya menatap Saree yang di kenakan Jodha dan mengamati penampilan Jodha dari ujung kaki sampai kepala dengan kagum~ wow… kau sungguh mempesona. Aku jadi merasa tersaingi.”

Freya dan Jodha tertawa bersama, “tidak ada yang bisa menyaingimu, Freya, kau selalu tampil lebih menawan dari semua orang.” Freya sambil tertawa berkata, “itu dulu. Sekarang ada dirimu. Tidak kah kau lihat bagaimana penampilanmu? Begitu cantik, menarik, fresh…aku tidak tahu, apakah ini karena dandananmu atau karena gaunmu..” Jodha tersipu mendengar pujian freya, “Freya.. hentikan. ~Jodha menatap sekeliling ruang pesta, mencari Jalal~ Apakah kau melihat jalal?” Freya jadi ikut menatap sekeliling, bukan mencari Jalal tapi mencari Rahul suaminya yang katanya pergi menemui Jalal. Tidak melihat orang yang di carinya, Freya berkata, “waktu baru datang tadi, aku melihatnya. ~Freya menatap Jodha dengan penuh selidik~ Apakah ada masalah di rumah?” Jodha dengan heran bertanya, “tidak ada. Kenapa?” Freya menghela nafas, “pasti ada masalah di kantornya. Dia datang dengan wajah kusut. Rahul tadi mengajak  dia ke kamarnya…. tapi entah mengapa sampai sekarang belum keluar juga.” Mendengar kata-kata Freya, Jodha jadi cemas… Takdir bag 22

Precap: Jalal mabuk dan memaksa Jodha….

NEXT