Deja Vu bag 32 by Sally Diandra

Deja Vu bag 32 by Sally Diandra. Pagi itu ,,, Jodha bersama 6 orang lainnya termasuk Bhaksi Bano dan suaminya, Syarifudin, juga sektretaris Bhaksi yang bernama Susan plus Atifa bersama sekretarisnya, Gina dan salah satu dokter senior, dokter Raavi akhirnya tiba dan menapakkan kaki di Bandara Internasional Indira Ghandi, New Delhi ,,, tak lama kemudian mereka segera menuju bagian imigrasi untuk melewati prosedur umum, serangkaian pemeriksaan data paspor dan visa yang tidak begitu ribet seperti negara lain pada umumnya, karena mereka langsung mendapatkan cap imigrasi tanpa interogasi sedikitpun, setelah semuanya selesai Jodha beserta rombongan langsung di jemput dari pihak Fortis Hospital dengan dua buah mobil besar menuju ke tempat mereka menginap di hotel berbintang lima The Grand New Delhi yang jaraknya hanya tiga kilometer dari Fortis Hospital dan setelah istirahat sebentar di kamar deluxe mereka masing masing, Jodha beserta rombongan memulai study bandingnya di rumah sakit mewah tersebut,

Perjalanan mereka selama 4 hari di sana benar benar sangat mengesankan, selain pelayanannya yang sangat ramah, konsep one stop shopping yang ditawarkan oleh rumah sakit ini juga benar benar sangat membantu anggota keluarga pasien, hingga akhirnya ketika tiba di hari terakhir study banding mereka, tiba tiba tanpa Jodha sadari ada salah seorang keluarga pasien yang memperhatikan Jodha terus dari tadi, seorang wanita tua renta yang duduk persis di sebrang Jodha, ketika Jodha sedang menikmati sepotong kue donut kentang dan secangkir susu coklat hangat bareng Susan, sekrataris Bhaksi Bano. Tiba tiba salah seorang pelayan cafe mendekatinya dan berkata

“Excuse me” Jodha dan Susan mendongak ke arah pelayan yang berdiri di sampingnya “Yes, may I help you ?” pelayan itu pun menengok ke belakang kemudian mengangguk pada wanita renta tersebut

“The old lady who is sitting over there want to meet you, do you mind it ?” sekilas Jodha menengok ke arah wanita tua renta yang mengangguk ke arahnya dengan senyumnya yang manis, dari penampilannya kelihatannya wanita tua itu berasal dari kalangan orang berada, mungkin kaum the have di India, dengan pakaian saree khas India yang dikenakannya, menambah sisi eksklusifitas pada dirinya dibalik gurat guratan wajahnya yang telah menua

“Yes, I will ,,, I will meet her” ujar Jodha sambil berdiri dari kursinya, pelayan itupun segera berbalik sambil mengangguk

“Ada apa sih, dok ? Memangnya dokter Jodha kenal sama wanita tua itu ?” Jodha menggelengkan kepalanya “Aku nggak kenal, tapi rasanya ada sesuatu yang ingin disampaikan oleh wanita tua itu, tunggu sebentar ya, Susan ,,, aku kesana dulu” Susan hanya mengangguk sambil menikmati kopi hangatnya, sementara Jodha segera berlalu menuju ke meja wanita tua itu

“Hello, mam ,,, can I help you ?” ujar Jodha begitu sampai di depan wanita tua itu, wanita tua itu hanya memandang Jodha dengan kedua bola matanya yang berkaca kaca, seperti ada sebuah kerinduan disana, Jodha segera duduk di kursi yang berada di sebelah wanita tua itu sambil terus tersenyum manis, wanita tua itu masih diam membisu sambil memperhatikan wajah Jodha dan memegang tangan Jodha kemudian membelai wajah Jodha lembut

“Malika Hind ,,, Mariam Uz Zamani ,,, “ suara wanita itu terdengar lirih dan berulang ulang di telinga Jodha kemudian di ciumnya tangan Jodha lembut hingga meneteskan airmata, Jodha benar benar bingung diperlakukan seperti itu oleh wanita tua ini, apalagi bahasa yang digunakannya tidak Jodha mengerti ketika wanita tua mulai bersuara, yang terdengar hanya ucapan Malika Hind, Mariam Uz Zamani berulang ulang, selebihnya Jodha tidak mengerti, hingga akhirnya pelayan yang tadi memanggil Jodha datang untuk membantu Jodha, rupanya wanita tua itu menggunakan bahasa Hindi yang sangat kental

“Mam, she said you are Malika Hind and also Mariam Uz Zamani ,,, you ever lived here a few years ago” Jodha tercengang “Me ? Oh no ! It’s impossible ! I have just came here, this is my first journey in India” ujar Jodha bingung

“According to her you have to come to Agra Fort and Fatehpur Sikri, you will get the answer there, she adores you very much since she was a little kid, her name is Mrs. Vagishwari” jelas pelayan tersebut yang berusaha menterjemahkan ucapan si wanita tua yang menyuruh Jodha untuk pergi ke Agra Fort dan Fatehpur Sikri, Jodha benar benar bingung, apa maksudnya dari perkataan wanita tua ini, hingga akhirnya ketika malam tiba, setelah Jodha dan rombongan selesai menikmati makan malam, Jodha segera balik ke kamarnya sendiri dan mulai mencari tahu tentang apa itu Agra Fort dan Fatehpur Sikri melalui internet di laptopnya

Dari sana Jodha mendapat sedikit informasi kalau Agra Fort itu adalah sebuah benteng yang dibangun pada masa pemerintahan Raja Badal Singh, seorang Raja Rajput India beragama Hindu pada tahun 1475 M namun setelah berpindah tangan berapa kali dari satu raja ke raja yang lain melalui perang akhirnya pada tahun 1556 M, benteng Agra berhasil di kuasai oleh Raja Akbar Yang agung.

“Kelihatannya cukup menarik” bathin Jodha dalam hati, Jodha segera menyambar ponsel andronya dan di pilihnya nama kakak iparnya Bhaksi Bano

“Ya, Jodha ,,, ada apa ?” suara Bhaksi Bano mulai terdengar di ujung sana “Kakak kapan kita pulang ?” tanya Jodha “Mungkin lusa, karena besok aku mungkin keliling New Delhi dulu, kamu mau ikut ?” Jodha segera menggelengkan kepalanya “Tidak, aku tidak ikut, besok aku mau ke Agra !” ujar Jodha lagi “Agra ? Apa itu ?” Bhaksi Bano tampak kebingungan “Agra itu tempatnya Taj Mahal, kak ,,, kakak tahu Taj Mahal kan ? Aku mau kesana” Bhaksi Bano menghela nafas dalam “Ya sudah, tapi kamu nggak sendirian kan, biar nanti Susan menemani kamu kesana, kamu sudah pesan tiketnya ?” tanya Bhaksi Bano lagi “Sudah, aku tadi sudah tanya dengan pihak hotel, mereka bisa mengantar aku ke tiga tempat bersejarah di Agra” ujar Jodha “Baiklah, sampai ketemu besok yaa” ujar Bhaksi Bano sambil menutup ponselnya

Kota Agra memang tidak berjarak begitu jauh dari New Delhi, salah satu gerbang utama masuk ke India, kota ini terletak di negara bagian Uttar Pradesh, bersebelahan langsung dengan Delhi, jaraknya kurang lebih sepadan dengan Jakarta-Bandung, bisa ditempuh dengan jalan darat, baik menggunakan kereta api atau jalan tol panjang yang menghubungkan dua kota ini., penerbangan juga tersedia di antara dua kota ini. Tidak banyak yang bisa dilihat di kota ini selain tiga warisan dunia yang dilindungi dan diakui oleh UNESCO yaitu Taj Mahal, Fatehpur Sikri dan Agra Fort. Kota Agra sendiri adalah kota yang bertolak belakang kondisinya dengan Delhi. Delhi adalah ibu kota pemerintahan India di mana urat nadi kehidupan di segenap penjuru negara penuh pesona ini dikendalikan disana, sementara Agra? Agra tidak lebih dari kota super miskin yang tandus dan hanya dikenal orang karena keajaiban serta kisah legendaris dinasti Mughal berabad-abad yang lalu. Di Agra, tingkat kemiskinan tampak begitu besar, pengemis ada di mana-mana dan dalam wajah apapun; ibu-ibu, bapak-bapak, sampai anak-anak.

Dari segi jarak, Fatehpur Sikri terpisah jauh dari Taj Mahal dan Agra Fort, tempat ini berada sekitar tiga puluh kilometer dari dua tempat yang lain, Fatehpur Sikri adalah salah satu pusat pemerintahan dinasti Mughal di jaman Akbar the Great di samping Agra Fort. Fisik bangunannya masih senada dengan bangunan yang terdapat di seputaran Taj Mahal dan Agra Fort, tapi di Fatehpur Shikri terdapat sebuah makam yang menjadi tempat ziarah banyak kaum muslim yang merupakan makam dari guru besar Akbar The Great, Syeh Salim.

Dan pagi ini Jodha sedang dalam perjalanannya ke Agra, sekitar jam 7 pagi setelah selesai menikmati sarapan paginya, Jodha dan Susan segera berangkat ke Agra bersama seorang pemandu tur yang sedikit flamboyan dengan dandanannya yang cukup stylish lengkap dengan brewok putih dan potongan tubuhnya yang tinggi langsing plus kacamata hitam Raybannya, yang bernama Mr. Vinjay. Perjalanan mereka selama 3 jam dengan mobil hotel tidak membuat Jodha dan Susan jenuh karena Mr. Vinjay mampu membuat suasana menjadi semakin menyenangkan, apalagi ketika mereka sampai di kota Agra sekitar pukul 10 pagi, Mr. Vinjay segera mengajak Jodha dan Susan ke Agra Fort terlebih dulu.

Sebagai seorang pemandu Mr. Vinjay ini lumayan cakap dalam menceritakan sesuatu. Dia juga tidak segan-segan untuk bercerita dengan penuh kesabaran jika

Jodha atau Susan bertanya tentang sesuatu hal yang berhubungan dengan Agra Fort, terlepas dari dia memang sudah biasa bertutur kata tentang subyek turnya, Mr. Vinjay ini juga merupakan seorang pencerita yang baik.

Memasuki Agra Fort dengan di sertai cerita dari Mr. Vinjay tentang Agra Fort itu sendiri, Jodha merasa pulang ke kampung halaman sendiri, Jodha merasa sangat familiar dengan bangunan yang special itu, Jodha merasa dirinya pernah berada disana dulu, apalagi ketika melihat setiap sudut sudut ruangan yang berada disana, Jodha merasa benar benar pernah mengalami masa itu disana bersama seorang laki laki yang Jodha yakini adalah suaminya, semuanya tiba tiba sekelebat terlintas di benak Jodha, apalagi ketika Mr. Vinjay mengajaknya ke sebuah ruangan dimana terdapat beberapa foto foto pada penguasa dari dinasti Mughal, Jodha merasa melihat dirinya sendiri ketika melihat foto Malika Hind – Mariam Uz Zamani terpampang di depannya

“Diakah Malika Hind, Mr. Vinjay ?” Mr. Vinjay mengangguk dan menjelaskan siapa itu Malika Hind dan bagaimana hubungannya dengan Akbar The Great, juga tentang bagaimana awal pernikahan mereka, Jodha seperti melihat dirinya sendiri bersama Jalal, Jodha baru menyadari kalau Jalal memang belahan jiwanya melalui deja vu yang di laluinya selama sehari ini di Agra, apalagi ketika mampir ke Fatehpur Sikri, setiap sudut tempat itu juga sama mengingatkan Jodha akan Jalal, Jodha tidak habis pikir, apakah benar kehidupan kedua itu ada ? Karena pada kenyataannya Malika Hind dan Akbar The Great telah meninggal 500 tahun lebih tapi mengapa Jodha merasa dirinya pernah berada di posisi mereka berdua, sebuah deja vu yang membuat Jodha sadar kalau cinta Jalal memang nyata, Jalal memang benar benar mencintainya, tiba tiba Jodha kangen sama Jalal ,,, tiba tiba Jodha ingin sekali pulang dan bertemu dengan Jalal, Jodha ingin minta maaf atas semua yang telah dia lakukan ke Jalal, atas semua perlakuannya yang menyakitkan dan sehari itu setelah travelling ke tiga tempat special yang sangat bersejarah untuk Jodha, Jodha ingin segera pulang untuk bertemu Jalal, ayah anaknya.

Keesokan harinya ,,, sesampainya di tanah air, saat itu hari sudah sore, Jodha tau Jalal pasti belum pulang, ketika Bhaksi Bano mengajaknya untuk mengantarnya pulang ke rumah, Jodha menolak, Jodha mau langsung ke rumah sakit, Jodha ingin segera bertemu dengan Jalal, suaminya dan sesampainya di rumah sakit, Jodha sengaja tidak memberitahu Jalal kalau dirinya sudah datang, Jodha segera menuju ke ruangan Jalal, di bukanya pintu ruangan Jalal, dilihatnya saat itu Jalal sedang berdua bersama seorang perempuan, Jodha tidak kenal dengan perempuan itu dan hari sudah sore, sudah bukannya jam menerima pasien, tiba tiba dada Jodha terasa sakit, rasa cemburu itu mulai menyeruak ke dalam dadanya, Jodha hanya terdiam melihat kebersamaan Jalal dan perempuan itu yang begitu akrab, hingga akhirnya Jalal tersadar dengan kehadiran Jodha

“Jodha ? Kamu sudah pulang ?” Jodha hanya mengangguk dan masih berdiri di depan pintu sambil tersenyum masam, Jalal kemudian berdiri dan dilihatnya koper Jodha masih bersamanya, itu artinya Jodha langsung ke rumah sakit begitu turun di bandara “oh ya, Jodha ,,, kenalkan ini nyonya Salima, dia salah satu pasienku” Jodha hanya tersenyum “Nyonya Salima, kenalkan ini dokter Jodha, istriku” Salima yang sedari tadi hanya diam saja jadi salah tingkah begitu Jalal mengenalkan Jodha sebagai istrinya

“Selamat sore, dokter Jodha ,,, apa kabar ?” Jodha hanya menangguk sambil berjalan ke arah Salima dan mengulurkan tangannya

“Kabarku baik, nyonya Salima ,,, senang berkenalan dengan anda” ujar Jodha tulus, sementara Salima merasa kikuk didepan Jodha

“Saya rasa hari sudah sore, lebih baik saya pulang dulu, dokter Jalal ,,, saya pamit” Salima segera beranjak keluar dari ruangan Jalal, Jalal mengantarnya hingga pintu ruangannya “Semoga semuanya baik baik saja, nyonya Salima” ujar Jalal sambil menutup pintu ruangannya dan berbalik menuju Jodha

“Jadi kamu belum pulang kerumah ?” ujar Jalal sambil memberesi semua berkas berkas yang ada di atas meja kerjanya, Jodha hanya terdiam, sebenarnya Jodha ingin bermanja manja dengan Jalal sore ini begitu dirinya datang dari India, Jodha ingin meminta maaf pada Jalal, Jodha ingin memperbaiki hubungannya dengan Jalal namun kehadiran perempuan itu di ruangan Jalal sore ini, membuat Jodha jadi kehilangan selera, Jodha merasa cemburu pada perempuan itu dan deja vu Jodha kembali melintas dalam benaknya ketika seorang Malika Hind cemburu dengan Akbar the Great. … NEXT