Sinopsis Jodha Akbar episode 106 by Meysha Lestari. Jodha duduk di depan patung krishna dengan air mata berderai-derai. Orang berkata, tangis dapat meredakan duka, benarkah? Kalau melihat Jodha sepertinya tidak begitu. Sejak tabib mengatakan dia hamil, tangis selalu memenuhi rongga dadanya, dengan atau tanpa air mata. Saat ini di depan, dewa krishna, Jodha mempertanyakan nasibnya, “kenapa aku harus mengalami ujian ini setiap hari, dewa krishna? Martabatku, kepercayaanku, dan bahkan kesetiaanku telah diuji. Aku telah mendapatkan beberapa ujian dan aku berhasil melewatinya dan membuktikan diriku. Tapi kenapa kau membiarkan orang lain merenggut kehormatanku? Setiap wanita menganggap itu adalah hal yang terpenting dalam hidupnya, kepada siapa di akan memberikan anak. Seorang akan merasa sempurna setelah menyadari jika dia punya simbol cintanya dan lukanya. Tapi anak di rahimku ini bukanlah simbol dari cintaku. Ini adalah simbol dari pengkhianatan yang mulia. Aku telah memberikan padamu, tangung jawab untuk melindungiku. Lalu kenapa kau membiarkan suamiku merenggut kehormatanku, dewa krishna?” Jodha menatap krishna yang memakai hiasan bulu merak dan seruling hadiah ultah Jodha.
Hoshiyar berkata, “tidak akan ada yang bisa menandingi kekuatan ratu Ruqaiya. ~ Ruq mendengarkan kata-kata Hoshiyar sambil menghirup hookah.~ Jangan khawatir, takdir ini akan menjadi milikmu. Kaulah yang seharusnya menjadi Mariam Uz Zamani. tapi lakhi telah menghancurkan segalanya. Kelak, kau akan melahirkan pewaris dari kerajaan Mughal. Pikirkan itu, bagaimana kalau bayinya ratu Jodha tidak akan pernah lahir?” Ruqaiya tertegun dengan saran Hoshiyar, lalu dengan cepat dia menampar pipi Hoshiyar dan menyuruhnya diam. Dengan marah dia mengancam Hoshiyar, “kalau kau berani mengatakan itu lagi, aku akan memotong lidahmu dan membunuhmu! Jika ada orang yang ingin menyakiti bayi Jalal, aku tidak akan membiarkan dia hidup.” Hoshiyar dengan cepat meraih kaki Ruq dan memeluknya sambil memohon-mohon agar di maafkan. Ruq melirik Hoshiyar masih dengan marah dan berkata, “lain kali aku tidak akan memaafkanmu. ~ruq berdiri dari duduknya~ Aku mengerti bagaimana perasaan wanita saat dia kehilangan bayinya. Aku tidak akan pernah melakukan itu pada musuhku. Aku tidak akan pernah menginginkan wanita di dunia ini mengalami hal yang sama sepertiku. Ya aku akan selalu menyesali kenyataan, jika jodha mendapatkan apa yang aku inginkan. Jika aku tidak akan menjadi Mariam uz Zamani, bukan berarti aku akan melukai orang lain untuk menghilangkan penderitaanku.” Ruq kemudian mengusir Hoshiyar pergi. “tinggalkan aku sendiri. Dan ya..satu hal lagi, jika kau berani mengulang apa yang kau katakan padaku, aku tidak perduli kalau kau telah melayaniku, aku tidak akan menerimanya. Sekarang pergi dari sini!”
Sinopsis Jodha Akbar episode 106. Semua wanita berkumpul di kamar Jodha, kecuali Ruqaiya. Maham datang di iringi oleh seseorang yang wajahnya tertutup cadar. Maham memberi salam pada para ratu dan mengucapkan selamat pada Jodha dan pada Hamida dengan wajah yang sumringah penuh rasa bahagia. Maham berkata, “kita semua ingin melihat pewaris dari kerajaan Mughal, ratu Jodha akan memenuhi keinginan itu.” Jodha melirik Maham dengan masih menanggung wajah sedih dan kecewa, sangat kontras dengan binar-binar kebahagiaan yang memancar dari wajah Hamida yang ada di sisinya. Senyum tak pernah lepas dari wajah ibu ratu. Terdengar pengumuman kalau jalal datang. Jalal memberi salam. Maham anga menyambutnya dan berkata, “tuhan itu tidak pernah tidak adil kepada semua orang. Aku ingin pergi ke Saint Shah Kalandar di Elawah untuk mencari mukjizat itu. Tapi doaku sudah terkabul sebelum aku tiba ke sini. Aku turut bahagia untukmu, selamat.” Lalu mencium kening Jalal. Maham ternyata cukup sensitif, dia bisa melihat wajah tidak bahagia Jalal, maham mencurigai sesuatu, dalam hati dia berkata, “ada apa? Aku rasa Jalal tidak bahagia.” Lalu katanya pada semua orang, “jika kalian semua mengizinkan aku, aku ingin memberkahi yang mulia dan ratu Jodha.” Hamida mempersilahkan. Maham mengucapkan terima kasih dan berkata pada wanita bercadar yang mengiringinya tadi, “siapkan ritual untuk yang mulia dan ratu jodha. Upacara ini untuk menghindarkan dari godaan setan.” Jalal menatap lurus kearah Jodha yang balas menatapnya dengan ekspresi yang sama. Wanita bercadar berkata, “yang mulia, silahkan berdiri di sebelah ratu Jodha. Agar aku bisa memberkati kalian berdua”
Jalal berjalan menghampiri Jodha dan berdiri di sampingnya. Semua tersenyum melihatnya, kecuali moti. Wanita bercadar itu memberi berkat pada Jalal dan Jodha dengan memukul kepalanya secara perlahan dengan segepok (?) bulu burung merak. Setelah itu dengan kakinya Jalal menyentuh mangkok berisi air yang di letakkan di lantai, Jodha juga melakukan hal yang sama. Setelah ritual selesai, tanpa berkata apa-apa, jalal pergi. Semua sepertinya tidak menyadari akan kekakuan sikap Jodha dan Jalal antara satu sama lain, hanya maham anga yang jeli merasakannya. Maham berkata dalam hati, “pasti ada sesuatu. Jalal menyembunyikan sesuatu. Dan aku bisa memanfaatkan apapun yang dia sembunyikan.”
Ruqaiya menemui Jalal di kamarnya. Jalal sedang duduk terpengkur di sofa. Ruq berkata, “aku datang kesini bukan hanya mematuhi perintah kaisar, kalau tidak aku tidak akan datang. Kita tidak akan menjadi teman lagi.” Jalal mengangkat wajahnya menatap ruq lalu berdiri di sampingnya dan berkata, “Ruqaiya, aku setuju dengan rasa marahmu. Dan perintahku ini, kau tidak perlu mematuhinya. Aku hanya ingin bicara padamu sebagai teman saja.” Ruq menyahut cepat, “aku biasa bicara dengan temanku yang tidak pernah menyembunyikan rahasia dariku. Tapi aku sudah kehilangan teman itu. Aku izin pergi.” Ruq memberi salam paa Jalal dan melangkah pergi. Tapi di pintu dia berpapasan dengan Jodha. Keduanya saling berpandangan dengan perasaan sama-sama tidak bahagia. Ruqaiya tanpa berkata ataupun menyapa berniat untuk melanjutkan langkahnya tapi Jodha menahannya, “Ratu Ruqaiya, aku memintamu untuk tetap berada di sini. Aku ingin bicara dengan Yang Mulia di depanmu. Itulah kenapa aku kesini.” Jodha kemudian menghampiri Jalal dan berdiri di depannya.
Sinopsis Jodha Akbar episode 106. Jodha menatap Jalal dengan bara amarah dan kebencian yang terpancar nyata, katanya, “aku datang kesini bukan untuk bicara denganmu tapi bertanya padamu. Katakan padaku, kenapa kau melanggar janjimu? Kau berjanji, jika aku boleh menganut agamaku. Untuk memenuhi janji itu kau juga menentang semua pemuka agamamu. Kalau begitu kenapa kau melanggar janjimu yang berhubungan dengan kehormatanku? Jawab aku! kau sudah berjanji padaku. Kalau kau tidak akan pernah menyentuhku tanpa seizinku. Kalau begitu kenapa kau melanggar janjimu? Kau punya cara untuk memenuhi janjimu. Tapi kau tidak bisa menahan nafsumu, lalu kenapa kau memilih aku? Kenapa? Kau tidak mencintai aku. ~jodha terpikir sesuatu dan semakin terluka~ Apa kau melakukannya karena kau membenciku? Atau kau hanya ingin balas dendam? Dari situlah hubungan kita dimulai, iyakan? Jawab aku yang mulia, kenapa kau melakukan ini padaku? Kenapa kau mengkhianati kepercayaanku setelah kau mendapatkannya?” Jalal membuang muka, tak mau menatap Jodha. Jodha dengan histeris bertanya, “kenapa kau menyentuhku tanpa seizinku, yang mulia? Kenapa?” Ruq yang mendengarkan semua perkataan Jodha berpikir kalau pertanyaan jodha itu benar dan pertanyaan inilah yang sebenarnya ingin dia tanyakan pada Jalal. Kenapa Jalal melakukan ini. Jodha memaksa jalal agar menjawab pertanyaanya. Jalal menatap Jodha dan berpikir, “dia sangat geram. Apa yang ingin kau buktikan ratu Jodha? Ini cara yang bagus untuk menghinaku di depan Ruqaiya.” Jodha masih terus menuntut Jalal agar menjawab pertanyaanya. Dengan geram Jalal berkata, “aku tidak ingin menjawab pertanyaanmu. Tidak ada orang yang berhak memerintah aku.” Dalam hati Jalal berkata, “Aku pun ingin tahu siapa rekan kejahatanmu, ratu Jodha.” Melihat ketegangan itu ruq berkata, “yang mulia, kau bilang kalau kau tidak keberatan menjawab pertanyaan jika didepanku. kalau begitu jawablah pertanyaanya! Ratu Jodha menanyakan sesuatu padamu. Apa alasannya kau melanggar janjimu?” Jalal menatap Jodha dan berkata, “jika kau ingat, kau itu sedang sakit malam itu, ratu Jodha. Kau tidak ingat apa yang terjadi malam itu. Aku sudah berjanji padamu jika aku tidak akan menyentuhmu tanpa seizinmu. Tapi bagaimana jika kau tidak bisa memberikan izinmu untuk itu?” Jodha menyahut dengan ketus, “itu tidak dibenarkan!” Jalal balas menyahut, “kenyataanya sekarang adalah kau hamil. Itu sudah cukup jelas, Ratu Jodha. Aku tidak ingin bicara denganmu sekarang. Pergi dari sini.” Tapi Jodha tidak segera beranjak pergi. Dia masih menatap Jalal dengan tatapan marah dan tidak terima. Melihat itu Jalal segera mendekatinya, sangat dekat dan mengusirnya dengan kasar, “aku bilang pergi dari sini!” Jodha masih dengan perasaan tidak terima meninggalkan jalal dan Ruqaiya.
Jalal berlatih pedang dengan para prajurit. Tapi dalam emosinya, tanpa sadar Jalal telah melukai mereka semua. Atgah yang melihat itu berusaha menghentikan Jalal dengan maju sebagai lawannya. Jalal pun berhasil mengalahkan Atgah hinga terjatuh di tanah. Untungnya Jalal keburu tersadar sebelum pedangnya terayun melukai atgah. Atgah segera bangkit dan mengatakan kalau bukan hanya dia saja, tapi telah banyak prajurit yang terluka karena berlatih pedang denganya.
Jalal dengan mata merah membara menatap sekeliling, banyak prajurit yang tergeletak di tanah dengan luka-luka di tubuhnya. Mereka semua sedang di tolong dan di rawat oleh parjurit lain. Jalal berkata, “aku tidak ingat apa ini latihan atau perang.” Atgah mengatakan kalu Jalal sepertinya kelihatan tidak sehat, “apakah itu karena cuaca dinginya?” Jalal berkata tidak, “seorang ksatria harus mengatasi segala masalah yang sulit sendiri. Baik itu adalah masalah pribadi atau karena cuaca.” Atgah berkata kalau Jalal mau dia akan membatalkan sidang hari ini. Tapi Jalal melarang karena itu adalah tugasnya dan dia akan melakukannya.
Sinopsis Jodha Akbar episode 106. Jalal menghadiri sidang untuk mendengarkan aduan rakyatnya dan memutuskan perkara mereka. Jalal masuk keruang sidang, semua orang memberi salam padanya, dia membalas salam mereka. Jalal memanggil penuntut pertama. Seorang pria datang bersama tersangka. jalal bertanya apa tuntutannya. Lelaki itu berkata kalau dia menitipkan seekor kuda pada terdakwa, tapi dia malah mencurinya. Jalal memutuskan perkara itu dengan sangat cepat, karena hukuman bagi pencuri adalah potong tangan, maka dia memerintahkan agar tangan terdakwa di potong. Semua orang saling padang. Terdakwa memohon-mohon tapi Jalal tidak bergeming. Hadirin yang datang mulai saling berbisik mengatakan kalau Jalal sepertinya sangat marah hari ini. karena biasanya pencuri hanya di cambuk 20 sampai 30 kali paling banyak, tapi ini harus potong tangan. Beberapa yang lain hanya bisa berkata kalau Jalal adalah raja mereka, dan mereka harus mematuhinya. Penuntut kedua di ajukan, seorang suami yang menuduh istrinya selingkuh. Suami istri itupun di hadirkan ke hadapan Jalal. Jalal bertanya pada si suami, “apa keluhanmu?” Si suami berkata kalau istrinya mengkhianati dirinya. Istrinya telah berzinah dan dia bukan ayah dari bayi yang akan dilahirkannya, “aku sedang keluar kota beberapa bulan untuk berdagang dan ketika pulang istriku sudah hamil.” Jalal tercenung mendengarkan kata-kata si suami, tiba-tiba saja dia membayangkan dirinya berada dalam posisi tersebut. jalal membayangkan suami yang berdiri di depannya saat ini adalah dirinya sendiri yang sedang mengadukan Jodha karena berselingkuh. Jalal menatap wanita yang di bayangkannya sebagai Jodha. Bayangan Jalal berkata, “aku ingin keadilan, jika seorang istri telah berselingkuh dari suaminya, apakah dia pantas untuk hidup bersamaku?” Jalal tertunduk. Lalu dia menatap bayangan Jodha dan bertanya apakah dia ingin mengatakan sesuatu untuk membela diri?
Bayangan Jodha berkata, “yang ingin aku katakan adalah kalau anakku ini bukan hasil dosaku, tapi adalah simbol dari cintaku. Aku mencintai seseorang, tapi suamiku belum siap untuk menceraikan aku. Aku setuju jika suamiku bukan ayah dari bayi ini. Aku hanya punya satu permintaan. Aku mohon suruh suamiku untuk menceraikan aku.” Bayangan Jalal menyahut, “aku selama ini setia padanya, yang mulia. Aku memenuhi semua tanggung jawabku dan aku mencintainya. Aku berusaha membuatnya bahagia dan memberikan dia kebebasan juga. tapi dia malah mengambil keuntungan dari itu. Dia telah berselingkuh dariku.” Bayangan Jodha membantah, “aku tidak pernah berjanji akan setia kepadanya. Aku menikah dengan dia bukanlah keinginanku. Keluargaku memaksa aku untuk menikah dengannya, aku tidak pernah mencintainya. ~lalu bayangan Jodha memandang suaminya dan berkata~ Aku tidak pernah suka saat kau menyentuhku. Aku tidak pernah suka saat kau menatapku dan memberikan cintamu padaku. Aku tidak pernah mencintaimu, tidak akan pernah. Aku mencintai ayah dari bayi ini.” Si suami, ‘bayangan Jalal’ berkata, “seharusnya kau malu, semua orang menertawakanmu.” Bayangan Jodha dengan cepat menyahut, “mereka tidak menertawakan aku, tapi menertawakanmu. Mereka menertawakan kebodohan dan kemandulanmu. Aku tidak akan sanggup melihat pria yang kucintai…” Bayangan Jalal berteriak, “cukup! Kau sudah menghina cinta dan kesetiaanku. ~lalu kata bayangan Jalal pada Jalal ‘sang raja”~ Yang mulia, dia telah menghina cinta dan kesetiaanku. Sangat buruk sekali bagi pria jika istrinya bertanya tentang kemampuannya. Aku ingin keadilan yang mulia.” bayangan Jodha juga mengatakan yang sama kalau dirinya juga menginginkan keadilan karena dia tidak bisa hidup dengan pria yang tidak dia cintai.
Sinopsis Jodha Akbar episode 106. Mendengar kata-kata bayangan Jodha, Jalal sang Raja berteriak marah, “Diam kau wanita jahat! Apa kau tidak takut pada Allah? Bagaimana bisa kau mencintai orang lain selain suamimu. Kenapa kau tidak menghormati pernikahannya? Kenapa kau mengabaikan tugasmu sebagai seorang istri yang telah di takdirkan oleh agamamu? Ini adalah dosa besar, kau telah mengkhianati suamimu dan berselingkuh dengan oranag lain. ~kata Jalal pada pendeta~ Ceraikan wanita ini dari suaminya, tanyakan kepada jurimu tentang masalah ini karena aku akan menghukum wanita ini, tapi bukan anak yang belum lahir darinya. Jadi setelah dia melahirkan anaknya, dia akan di rajam sampai mati di depan umum. Selingkuhannya itu juga akan mendapat hukuman yang sama.” Si wanita ‘bayangan jodha’ berkata kalau ini tidak adil karena kekasihnya tidak bersalah. Jalal berteriak marah, “dia juga turut bertanggungjawab karena dia adalah rekan kejahatanmu. Dia tahu kalau kau itu wanita yang sudah menikah dan dia telah bercinta denganmu. ~kata jalal pada Atgah~ Atgah sahab. Sebelum aku kehilangan kendali, bawa wanita jahat ini pergi.” Bayangan Jodha memohon-mohon agar diberi keadilan. tapi jalal tidak bergeming. Pengawal membawa bayangan Jodha pergi yang kini telah berubah kerupa aslinya. Semua yang hadir saling pandang. Hamida pun terlihat tak percaya, tapi tak bisa membantah perintah raja. Jalal duduk di singgasananya dengan wajah sangat marah.
Di kamar, Moti sedang menemani Jodha yang masih berkeluh kesah tak terima dengan kehamilannya. Jodha berkata, “aku rasa semua wanita itu menginginkan anak. Jika seorang ratu hamil akan menjadi berita yang sangat membahagiakan. Bukan hanya bagi keluarga, tapi untuk kerajaannya juga. Orang sangat mengharapkan. Andai saja bukan seperti ini, aku akan merasa senang dengan kehamilan ini. Aku tidak ingin di hormati karena kehormatanku. Aku tidak akan melupakan ini karena yang mulia tidak meminta izinku.” Moti memegang pundak Jodha, “jodha jangan begitu. kau tidak bisa merubah apa yang sudah terjadi.” Hamida datang. Jodha berdiri memberi salam. Hamida berkata semoga tuhan memberkatinya. Hamida mengabarkan kalau pendeta dari Payanaran Badayu datang untuk memberkati Jodha dan bayinya. Hamida meminta Jodha mengikutinya.
Di kamarnya, maham memberitahu Jalal kalau pendeta senior telah datang untuk mendoakan bayinya, “berkah mereka akan sangat penting untuk pewaris dari kerajaan mughal. Aku ingin kau bertemu mereka.” Jalal berkata dalam hati, “bayi yang akan lahir itu bukan pewaris dari kerajaan mughal. Tapi aku tidak boleh mengatakan apapun kalau aku ini telah di khianati.” Maham anga yang melihat Jalal melamun berpikir, “ada apa? jalal sepertinya tidak kelihatan bahagia bahkan saat mendengar pendeta senior datang untuk memberkati pewarisnya. Dia kelihatan bingung.” Maham berkata pada Jalal, “Jalal, aku sedang bicara padamu.” Jalal menoleh pada maham dan berkata kalau dia mendengarnya dan mengatakan kalau itu berita yang bagus. jalal kemudian mengajak para wnita yang ada di kamarnya menemui pendeta senior.
Di tempat lain, Jodha juga sedang dalam perjalanan menemui pendeta senior. Sambil berjalan, Jodha berpikir, “kau telah mengkhianati aku, yang mulia. Penderitaan ini tidak akan hilang selamanya.” Di waktu yang sama tapi di tempat terpisah, Jalal memikirkan hal yang sama, ‘ratu Jodha, belum pernah ada orang yang melukai aku sesakit yang kau berikan.” Kedua rombongan akhirnya bertemu. Jodha degan hamida, Jalal bersama Maham, gulbadan dan Jiji anga. Jodha menatap Jalal dengan marah dan benci yang sangat kentara. sampai-sampai maham, Jiji anga terdiam tak tahu berkata apa. Hanya Hamida yang wajahnya terlihat sangat cerah dan bahagia. Hamida tersenyum menyambut jalal, yang juga balas tersenyum padanya meski dengan sangat terpaksa….Sinopsis Jodha Akbar episode 107