Sinopsis Jodha Akbar episode 108 by Jonathan Bay. Resham mulai beraksi sesuai perintah Maham anga, yaitu menyebar gosip bahwa Jalal bukan ayah dari bayi dalam kandungan Jodha. Penerima hosip pertama itu adalah Hoshiyar. Saat Resham memberitahunya tentang berita itu, Hoshiyar sangat terkejut dan cepat-cepat memperingatkan Resham, “ya Allah, berani sekali kau mengatakan ini. Lidahmu bisa di potong. Resham mengatakan dia tidak perduli, karena dia berkata jujur. Hoshiyar pun segera menemui para istri dan memberitahu mereka tentang berita yang di sampaikan Resham. Semua terkejut dan mulai bergunjing. Resham mengintip dari balik dinding untuk mengetahui bagaiman kabar yang disampaikannya akan berkembang menjadi gosip dan rumor yang akan merusak dan menghinakan Jodha.
Moti datang. Melihat itu, bisik-bisik para istri dan pelayan pun terhenti. Mereka semua berbalik menatap moti dengan rasa ingin tahu. Melihat semua orang menatapnya, moti bertanya, “ada apa? Kenapa kalian diam setelah melihatku? ada apa?” Tidak ada seorangpun diantara istri dan pelayan yang membuka suara untuk memberitahu moti. Melihat itu resham segera keluar dari persembunyiannya dan berkata, “bagaimana mereka bisa mengatakan hal seperti itu?” Moti menatap resham, “mengatakan apa?” Resham dengan wajah tak bersalah mengatakan pada Moti, “Moti Bai, kami dengar kalau Jodha hamil, tapi anaknya itu…” Moti mengejarnya cepat, “anaknya kenapa?” Hoshiyar dengan tatapan menuduh berkata, “kami ingin tahu apakah kaisar ayah dari bayi itu?” Moti terperanjat kaget. Semua menatap kearahnya dengan penasaran dan rasa ingin tahu yang amat sangat. Moti berteriak marah, “Diam! Jangan bicara lagi!” Seorang istri sambil tertawa berkata, “kalau kaisar tidak pernah tidur dengan ratu Jodha, bagaimana dia bisa hamil?” Moti dengan mata berkaca-kaca memarahi mereka, “kalian tidak merasa malu? menyebarkan rumor tentang ratu kalian?” Resham yang menyahut, “Moti Bai, tidak ada asap kalau tidak ada api.” Istri yang lain berkata, “kami hanya ingin tahu siapa ayahnya? beritahu kami!” Lalu semua menuntut agar Moti bai memberitahu mereka siapa ayah bayi itu, “Ayolah…berithu kami!” Moti akhirnya tidak tahan lagi. Dengan menangis dia berlari meninggalkan tempat itu di iringi teriakan para istri dan pelayan.
Moti sampai di kamar Jodha, dia meletakan nampan di meja dengan kasar. Mendengar keributan itu, Jodha segera menghampirinya dan bertanya, “moti, ada apa? Kenapa kau terengah-engah?” Jodha melihat Moti menangis, dengan heran dia bertanya, “kenapa kau kelihatan sedih? Ada yang bicara sesuatu padamu?” Moti menggeleng, “tidak Jodha. Aku habis mengambil obatmu. Aku berlari kesini, jadi aku terengah-engah.” Maham muncul dan mengatakan kalau Moti bai bohong. Jodha dengan tidak terima bertanya, “kenapa moti bai berbohong padaku?” Maham memberitahu Jodha apa yang di dengar moti di luar sana. bagaimana rumor telah beredar di istana kalau bayi yang di kandung Jodha bukan anak Jalal. Jodha terkejut. Maham menunjukan wajah prihatin dan sikap perhatian yang di buat-buat. Dengan meyakinkan dia berkata kalau dirinya tidak bisa mendengar penghinaan untuk Jalal, istrinya dan anaknya karena itu dia berjanji akan mencari tahu pelakunya, menemukannya dan menghukumnya. Jodha mengatakan kalau kabar itu dusta. Maham mengatakan dia tahu kalau itu dusta, ini hanya sebuah konspirasi dan dia akan mencari tahu siapa dalangnya. Maham pamitan pada Jodha. Sambil berjalan maham berpikir, kalau jodha tidak akan memberitahu apa-apa tentang ayah anaknya. Tapi dia akan menemukan kebenarannya sebelum Jalal membunuh Jodha. Sepeninggal Maham, Moti segera masuk menemui Jodha dan mengatakan kalau dia yakin yang menyebarkan gosip tersebut adalah Maham. Jodha mengatakan kalau pembicaraan ini antara dia dan Jalal, lalu bagaimana dia bisa menyebarkannya. Moti mengatakan pasti maham datang untuk mencari tahu sesuatu yang dapat di gunakan untuk melawan mereka.
Jalal berdiri di depan timbangan besar. Terdengar pembicaraan Jiwa Jodha-Jala….
Suara jiwa Jodha: “Aku terluka dan marah padamu, yang mulia.”
Suara jiwa Jalal: “Aku juga marah padamu. seperti ada badai dalam kehidupan kita yang membuat semuanya hancur. Keadilan itu sering kejam. ladang lebih dari kejam. Hidup dan hubungan kita sedang di tahap di mana sesuatu yang besar akan terjadi. Kita terpisahkan oleh keputusan.”
Jodha menghampiri jalal di depan timbangan besar. Dia berdiri tepat didepan Jalal. Keduanya saling bertatapan. Jodha berkata kalau dia ingin keadilan, bukan dari raja, tapi dari suaminya. Karena Jalal telah menciptakan keraguan di hatinya tentang harga dirinya, kehormatannya dan moralnya. Jalal telah meragukan karakternya, lalu apa yang harus dia lakukan? Jodha berkata kalau dirinya bukan wanita biasa, dia adalah putri Rjavanshi dari kerajaan yang ternama dan ratu dari sebuah kerajaan besar. Dan dirinya tidak akan bernafas lega kalau Jalal belum percaya padanya. Karena itu dia bertanya apa yang harus dilakukannya untuk membuat jalal percaya? Jodha ingin Jalal menjawabnya. Tapi Jalal hanya diam. Jodha berkata kalau dia berdiri di depan timbangan besar, satu sisi adalah kemarahan, tidak senang dan kekesalan tapi sisi lain adalah kesucian istrinya dan timbangan ini terikat pada satu tiang. Seperti hubungan suami istri yang terikat oleh kepercayaan. Tapi tidak ada kepercayaan dalam pernikahan mereka. Jodha melepas cincin pernikahannya dan menunjukannya pada Jalal sambil berkata, “cincin ini mengikat hubungan kita. Tapi kalau hubungan itu dihakimi dan ikatan itu di nodai oleh fitnah, lalu apa nilai dari simbol ini?” Jodha meletakkan cincinya di atas papan timbangan dan sebelum pergi berpesan pada Jalal agar cepat-cepat mengambil keputusan.
Jalal sedang menghadiri sidang. Tapi pikirannya terpaut pada cincin Jodha yang ada di tangannya. Dia menatap cincin itu dan berpikir. Seorang pengawal datang membawa surat. Atgah yang menerima surat itu dan membcanya. Surat itu berasal dari Munim khan yang mengatakan kalau pasukan mughal telah menang perang melawan Abul Mali, tapi Abul mali melrikan diri. Semua orang mengelu-elukan nama Jalal. Atgah yang melihat Jalal tidak bereaksi mengatakan kalau Jalal terlihat sakit apakah ia membutuhkan sesuatu? Jalal berkata dia tidak apa-apa. Atgah hendak mengulang isi surat yang di bacanya tadi. Tapi Jalal telah lebih dulu mengulangnya. Dan mengatakan kalau dia mendengar apa yang di katakan atgah. Lalu dia meminta sidang di tunda dan menyuruh semua orang pergi. Atgah segera memerintahkan semua orang pergi dan merayakan kemenangan mereka. Tinggal Jalal seorang diri duduk di tahtanya. Jalal memanggil pengawal dan menyuruhnya menyampaikan pesan pada Salima agar menemuinya.
Di kamarnya Salima sedang sakit, dia mual-mual dan muntah. Pelayan sangat kuatir. Tapi Salima mengatakan kalau dirinya mungkin salah makan. Pelayan datang memberi tahu Salima kalau Jalal ingin bertemu dikamarnya. Salima berkata kalau dia akan menemui Kaisar.
Gulbadan menemui Hamida dengan tegang. Dia menyampaikan rumor yang didengarnya tentang Jodha. Bahwa Anak yang dikandung Jodha bukan anak Jalal. Hamida dan Jiji anga sangat terkejut.
Jalal duduk terpengkur di kamarnya. Dia teringat kata-kata Jodha di depan timbangan besar. Salima datang, memberi salam dan bertanya apakah Jalal ingin bertemu dengannya? Jalal menyambut Salima dan berkata pada pelayan kalau tak boleh ada siapapun masuk ke kamarnya tanpa izin. Jalal menyuruh Salima duduk. Salima melihat Jalal tegang, bertanya, “maaf yang mulia, aku ingin tahu kenapa kau terlihat kuatir?” Jalal menjawab kalau ini adalah alasan dia memanggil Salima. Karena dia tidak bisa membicarakannya dengan Ruqaiya, dia tidak akan mengerti meski mencoba untuk mengerti. Jalal berkata dulu Khan baba pernah bilang kalau dia selalu minta saran dari Salima setiap kali ada masalah. Karena itu dia memanggilnya. Salima mengucapkan terima kasih atas kepercayaan Jalal. Jalal lalu menceritakan masalahnya dari awal. Salima mendengarkannya. Di akhir cerita Jalal berkata, “sekarang kau tahu apa yang membuatku seperti ini. Perkataan Jodha membuatku berpikir. Tapi ucapan tabib juga patut di percaya. Aku tidak ada alasan untuk tidak mempercayainya. Masalah ini semakin rumit. Jadi katakan padaku aku harus bagaimana?” Salima memceritakan tentang insiden yang di alami oleh ibunya Rahim, istri Bairam khan yang pertama. Tabib mengatakan kalau dia tidak hamil, tapi 3 bulan kemudian tabib yang sama mengatakan kalau dia hamil dan dia mengakui kesalahannya. Jalal bertanya kenapa Salima mengatakan itu? Salima berkata kalau dia percaya pada jalal, tapi dia juga percaya kalau Jodha tidak mungkin berselingkuh. Salima yakin akan kesetiaan Jodha pada Jalal.
Maham anga menemui Hamida yang baru mendapat kabar menengangkan tentang Jodha. Maham semakin memperkeruh suasana dengan mengatakan kalau dia mendengar sendiri dari pelayan kalau Jodha dan Jalal tidak pernah berhubungan, lalu bagaimana bisa hamil? Maham berkata dia telah memotong lidah pelayan itu. Tapi berapa orang yang akan di hukum untuk meredam berita ini? Tidak akan ada lagi yang tersisa di harem. Gulbadan bertanya siapa yang menyebarkan rumor ini dan mengapa? Maham menjawab kalau dia tidak mengerti, tapi menurutnya tidak akan ada asap kalau tidak ada api. Hamida lalu meminta Gulbadan dan Jiji angga meninggalkan mereka berdua karena dia ingin bicara secara pribadi dengan maham anga. Hamida bertanya pada Maham apa yang di ketahuinya, karena dia merasa Maham menyembunyikan sesuatu. Lalu maham menceritakan apa yang di dengarnya saat menguping pembicaraan Jalal dan Jodha. Maham dan Hamida percaya kalau Jalal tidak mungkin berbohong.
Salima mengatakan kalau Jalal dan Jodha bisa saja sama benarnya. Mungkin Jalal tidak pernah berhubungan intim dengan Jodha dan Jodha juga tidak pernah berhubungan dengan pria lain. Jalal bingung dan bertanya, bagaimana mungkin ini terjadi? tidak mungkin dia dan Jodha sama-sama benarnya. Salima berkata kadang kebenaran lebih aneh daripada khayalan dan di luar imajinasi mereka. Jalal terpikirkan sesuatu, dia meminta Salima untuk ikut denganya.
Jodha sedang duduk di depan patung Krishna ketika Hamida datang di iringi maham anga, Jiji anga dan Gulbadan begum. Jodha menyapa, “silahkan masuk, ibu.” Hamida dengan marah membentak Jodha, “jangan panggil aku ibu!” Semua terperanjat. Maham tersenyum senang. Hamida berkata, “aku anggap kau sebagai putriku dan bukan menantu, aku berbagi semuanya denganmu. Aku berbagi perasaanku, rahasiaku, dan kebahagiaanku. Apa ini caramu membalas kasih sayangku? Sekarang aku tidak menemuimu sebagai mertua tapi sebagai Mariam Makani, ibu dari kaisar. AKu bertanggung jawab menjaga reputasi Mughal. Sekarang ini menyangkut kehormatan harem. Katakan, siapa ayah dari bayimu ini?” Jodha terbelalak tak percaya….