Sinopsis Jodha Akbar episode 109 by Jonathan Bay. Jalal dan Salima diiringi para pengawal menemui tabib yang mengatakan kalau Jodha Hamil. Tabib segera berdiri dan memberi salam. Jalal dengan marah berkata kalau di a datang bukan untuk mendengar salamnya. Tabib merasa heran mendengar Jalal berkata begitu. Jalal mengatakan, “aku menghormati usia dan pengalamanmu, kalau tidak aku sudah menghukummu.” Tabib meminta Jalal agar tenang, dia berkata kalau apapun perintah Jalal akan di laksanakannya, “tapi tolong katakan apa salahku?” Jalal berteriak dengan lantang, “kesalahanmu adalah kau mengatakan kalau Ratu Jodha hamil, padahal aku tidak pernah tidur dengan dia. Lalu aku menuduhnya berhubungan dengan orang lain. Aku meragukan dan mempertanyakan karakternya, tapi apa yang kulihat, penjahat manapun tidak akan pernah semarah dia. Dia terlihat sangat terluka dan itu membuktikan kejujurannya. Dan kau yang bertanggung jawab atas semua ini! Aku dan Ratu Jodha yang menanggung semua kesalahanmu! Dia sedang sedih. Dia mengaku tidak bersalah. Kadang aku berkata jujur untuk menghibur dia. Dan kadang aku bohong untuk selamatkan dia. Kau yang bertanggung jawab untuk ini! Sebelum aku memenggalmu, katakan padaku yang sejujurnya! Kenapa kau melakukan ini? Siapa yang telah menyuapmu untuk berbohong? Katakan!” Tabib mengatakan kalau dirinya tidak bersalah dan dia juga tidak menerima suap dari siapapun. Dia mengumumkan kehamilan Jodha berdasarkan kondisi dan gejala yang di alami Jodha. Kalaupun tabib lain yang memeriksanya, pasti akan memberikan kesimpulan yang sama. Salima bertanya pada tabib kalau mungkin ada alasan lain yang bisa menjadi penyebab kondisi dan gejala yang dialami Jodha? Tabib menjawab kalau keanehan alam sering terjadi. Seringkali gejalanya keliru. Kalau ratu Jodha tidak hamil pasti ada hal lain yang jadi penyebabnya, “kadang beberapa makanan bisa menyembuhkan penyakit tapi bisa juga menyebabkan sakit. Bisa jadi Ratu Jodha memakan sesuatu atau seseorang mungkin telah memberi sesuatu yang akan membuat orang berpikir kalau dia hamil.” Jalal dan Salima terperanjat kaget. Mereka mungkin tidak terpikir sampai kesitu. Tabib memberi contoh ramuan yang bisa menunjukan gejala kehamilan antara lain adalah campuran daun pisang dan akar. Tabib mengatakan kalau dia pernah melihat kasus seperti itu beberpa tahun yang lalu. Tabib berkata kalau kasus itu terjadi pada orang biasa, sedangkan Jodha adalah keluarga kerajaan yang pasti punya banyak musuh. Tabib juga mengatakan kalau Ruq juga pernah mengalami hal yang sama. Jalal bertanya apakah ada obat penawarnya? Tabib berkata ada. dia memberikan obat pada Jalal dan menyuruh meminumkannya pada Jodha. Kalau setelah empat jam setelah meminum obat itu Jodha memuntahkan cairan biru makan artinya Jodha tidak hamil. Tabib mengatakan tabib adalah manusia juga yang tidak lepas dari kesalahan. Mereka membaca gejala untuk mengetahui penyakit dan obatnya. Jalal bertanya, “tapi bagaimana aku akan meminumkan ramuan ini pada ratu Jodha?” Salima berkata kalau urusan itu serahkan pada dirinya saja. Jalal mengangguk. Tabib memberi salam. Jalal dan Salima kembali ke istana.
Sementara itu, Hamida sedang menginterogasi Jodha dengan menanyakan siapa ayah bayi yang di kandungnya. Hamida berkata kalau Jalal sudah menginginkan anak sejak lama dan mereka sedang menanti ahli waris tahta kerajaan. Mereka semua senang mendengar Jodha hamil, tapi kenyataan ini menghancurkan harapan mereka semua. Hamida bertanya, “kalau jalal tidak pernah berhubungan intim denganmu, bagaimana kau bisa hamil? Siapa ayah bayi ini?” Gulbadan dan Jiji anga terlihat tegang, begitu pula Moti. Sedangkan Maham tersenyum licik. Hamida berkata kalau Jodha membuat kesalahan ini maka dia tidak punya hak tinggal di istana dan menjadi bagian keluarga mughal. Hamida akan mengatakan pada dunia kalau Jodha mati setelah jatuh dari kuil atau lompat di kolam kerajaan, apapun yang jelas dia tidak akan mengijinkan Jodha tinggal di istana Agra lagi.
Sinopsis Jodha Akbar episode 109. Jodha dengan tatapan terluka berkata, “Ibu, selama ini kupikir hanya kau satu-satunya orang di Agra yang memahami diriku. Tapi pertanyaanmu ini telah membuktikan kalau aku salah. Kau bertanya padaku siapa ayah dari bayi ini?” Hamida menjawab, “benar! Itu yang aku ingin tahu! Karena aku yakin anakku tidak akan pernah berbohong tentang sesuatu yang serius! Kenapa dia bilang kalau dia tidak pernah berhubungan intim denganmu?”
Jalal datang dan dengan tenang dia berkata, “kau telah salah sangaka, ibu. Aku memang pernah berhubungan intim dengan Jodha.” Semua orang terkejut mendengar penyataan Jalal. Maham anga terlihat tidak terima. Dia mengatakan kalau Jalal mengatakan itu untuk melindungi Jodha, karena kalau benar jalal pernah tidur dengan Jodha kenapa muncul keraguan ini? Jalal berkata kalau dirinya ragu bahwa seseorang bisa hamil hanya dengan satu kali berhubungan. Mendengar itu Jodha berusaha menenangkan dirinya, Hamida menatap Jalal dengan tatapan tak percaya. Lanjut Jalal, “Jadi kupikir kalau Jodha berhubungan gelap dengan pria lain. Tapi sekarang aku yakin kalau akulah ayah dari bayi ini.” Jodha tak bisa menahan diri lagi, dengan geram dia berkata, “aku benci nasibku. Kenapa aku menikah dengan orang sepertimu. Kau bilang tidak berhubungan denganku, sekarang kau bilang pernah. Kau menanyakan siapa ayah bayi ini, sekarang kau mengaku kalau ini bayimu. Katakan yang jelas, apa maumu? Apa tujuanmu? Ataukan aku benar tentang dirimu. Apakah ini hanya permainan bagimu? Aku tidak pernah katakan ini di depan siapapun. Tapi hari ini akau akan katakan di depan semua orang kalau aku membencimu! AKu benci padamu sejak aku menikah denganmu! Aku benci malam di mana aku di perlakukan seperti ini dan aku benci bayi ini yang ada di kandungaku gara-gara dirimu! Cih.. kau harus malu!” Dengan tangis penuh kebencian Jodha membalikan badan menjauhi Jalal.
Hamida dengan marah bertanya, “Jalal kalau bayi ini anakku, kenapa kau mengatakan kalau ini bukan?” Dengan tenang Jalal menjawab, “seperti yang kukatakan ibu, aku ingin tahu kalau Jodha pernah berhubungan dengan pria lain selain aku” Hamida berteriak geram, “apakah ini lelucon bagimu? Kau ini kaisar, bukan pria biasa. Kalau raja melakukan kesalahan sekali saja, rakyat akan berpikir kalau mereka juga boleh melakukan kesalahan yang sama.” Jalal berkata, “ibu, kau…” Hamida memotong kata-kata Jala, “cukup! Jangan panggil aku ibu! Kau telah membuatku malu….” Hamida mengatakan gara-gara Jalal dia menjadi sangat malu pada Jodha karena telah menuduhnya yang bukan-bukan. Jalal berkata kalau ibunya tak perlu marah, “apa yang salah kalau aku ingin tahu apakah dia punya hubungan dengan pria lain? ~Jodha menatap Jalal dengan penuh kebencian~ Aku tak punya bukti untuk membuktikan kesucian dia.” Hamida mengangkat tanganya hendak menampar Jalal, semua orang kaget, “aku berharap tidak mengatakan kalau aku datang kesini sebagai mariam makani dan bukan sebagai ibumu. Kalau tidak, hari ini aku sudah menamparmu untuk pertama kalinya..” Hamida berharap kalau jalal bukan penguasa, bukan kaisar. Dia berharap kalau orang lain yang mengatakan ini. Hamida lalu mengusir Jalal agar pergi dari hadapannya sebelum dia melupakan kehormatan permaisuri dan kaisar. Lalu Jalal memberi hormat dan pergi meninggalkan mereka.
Hamida dengan perasaan menyesal dan malu mendekati Jodha dan memohon agar Jodha mau memaafkan dirinya karena telah salah sangka. Dia meminta Jodha menghukumnya. Jodha berkata kalau orang tua hanya mendoakan anak muda, bukan meminta maaf dari mereka. Jodha mengatakan kalau di tidak marah pada Hamida, dia hanya marah pada Jalal. Karena dia tidak menghargai kehormatan, kesucian dan kewajiban wanita. Mertua dan menantu itupun kemudian saling berpelukan. Melihat itu maham anga geleng-geleng kepala tak percaya.
Sinopsis Jodha Akbar episode 109. Ruqaiya menemui Jalal. Jalal menyambutnya dengan senyuman dan berkata meskipun Ruq marah tapi dia tahu Ruq akan datang bertanya padanya. jalal menyuruh Ruq mengatakan apa pertanyaanya. Ruq bertanya kenapa Jalal memainkan permainan ini? Pertama dia bilang tidak tidur dengan Jodha, lalu mengakuinya. Pertama meragukan bayi ini, lalu menerimanya, “kenapa kau memainkan permainan Jahat seperti ini, Jalal?” Jalal juga ingin tahu, ruq bilang dia tidak percaya lagi pada temannya, tapi percaya pada Kaisar. Apapun yang di lakukannya, dia meminta Ruq agar menunggu, karena kebenaran pasti akan terungkap di saat yang tepat.
Salima mengunjungi Jodha sambil membawa segelas minuman. Melihat kesedihan Jodha, Salima berkata agar Jodha tidak menahan air matanya, “menangislah kalau kau mau. Itu akan membuatmu merasa lebih baik.” Jodha mengusap ai mata yang terbendung di sudut matanya. Salima bertanya apakah Jodha percaya padanya? Jodha menjawab kalau dia sangat percaya pada Salima. Salima meminta Jodha meminum jus mawar yang di bawanya. Jodha menolak karena dia merasa tidak ingin minum apapun. Salima memaksa dan kalau Jodha tidak mau meminumnya juga dia akan menganggap kalau Jodha marah padanya. Untuk menyenangkan hati Salima, Jodha meminum jus itu. Jodha memuji kalau Jus itu sangat manis seperti Salima. Salima mengucapkan terima kasih dan pergi.
Salima duduk di kamarnya sambil berpikir, siapa yang ingin menciptakan perselisihan antara Jalal dan Jodha? Hubungan mereka berantakan. Rahim datang membawakan obat untuk Salima danmenyuruh meminumnya. Salima mengambil botol di tangan Rahim dan menuangnya, ternyata botol itu kosong. Salima tahu kalau Rahim sedang berpura-pura sebagai tabib. Salima dengan gemas mencubit pipi Rahim dan tertawa. Ruqaiya datang menemui Salima dan bertanya kenapa Rahim memberinya obat. Salim mengatakan kalau ibunya sakit, mual-mual dan muntah karena itu dia memberinya obat. Ruq berkata kalau akhir-akhir ini banyak sekali yang sakit, Jodha lalu Salima. Ruq menemui Salima untuk menanyakan kenapa Jalal merubah kebiasaanya, bisanya dia membicarakan masalah penting dengan Ruq, tapi kini dengan Salima. Tapi yang paling tidak di mengerti oelah Ruq adalah jalal sekarang sangat mentolerir perbuatan Jodha. Karena menurutnya, sesuai apa yang di katakan Jalal, Ruq yakin kalau Jodha berselingkuh. Salima menegurnya karena mencurigai Jodha.
Jalal berdiri di depan timbangan besar dengan galau. Dia merasa kalau waktu terbuang percuma untuk membuktikan kalau Jodha tiak hamil. Jalal ingin segera memecahkan masalah itu. Jodha datang menghampirinya. Dengan penuh kebencian dia memandang Jalal yang tak mau balas menatapnya. Lama Jodha menunggu Jalal bersuara, tapi jalal hanya diam dan memandang ke tempat lain. Akhirnya Jodha yang berkata, “jangan kuatir, aku kesini bukan untuk mengutukmu karena telah merampas kehormatanku. Karena kalau kau bisa ucapkan hal semacam itu pada ibumu, kau takkan bisa tunjukan rasa hormat padaku. Kau tidak peduli tentang reputasi dan menuduhku di depan semua orang. Orang macam apa kau ini yang mulia? Pertama, kau manfaatkan situasi saat aku pingsan. Kau berhubungan intim denganku melawan kehendakku. Lalu kau menuduhku tidak suci. Kau meragukan bayi ini. Aku sangat membencimu!” Apapun yang dikatakan Jodha, Jalal tidak bereaksi apa-apa. Dia tidak membalas ataupun memandang Jodha. Wajah kerasnya seperti membeku. Melihat itu Jodha segera pergi meninggalkannya
Sepeninggal Jodha, jalal mendekati satu sisi timbangan, meletakan cincin Jodha di sana. lalu pergi ke satu sisi dan meletakan cincin yang lain di sana. Lalu Jalal berkata, “aku terpaksa melakukan itu untuk menyelamatkanmu dari dibenci semua orang. Aku terpaksa berbohong untuk pertama kalinya di depan semua orang. Tak apa kau membenciku, aku terima itu….” Sinopsis Jodha Akbar episode 110