Benci~Benar-benar Cinta bag 2 by Ike Kuscahyani. “….katakan pada kaisar aku akan menikah dengannya jika aku diperbolehkan tetap memeluk agamaku.” ucap jodha. Singkat cerita pernikahanpun dipersiapkan. Semua syarat jodha dipenuhi karena selain untuk kepentingan politik, Jalal sudah jatuh hati pada jodha. Tibalah hari pernikahan…
Jodha yang belum mengetahui bahwa orang yang akan menikah dengannya adalah orang yang mencuri tidurnya sangat gelisah dan juga marah. Walau dia berjanji untuk berkorban demi rakyatnya tapi hatinya tetap tidak bisa terima karena dia akan menjadi istri seorang Mughal dan istri dari seseorang yang kejam. Tak terasa airmata jodha menetes. Moti berusaha menghiburnya. Iring2an pengantin pria sudah tiba, Jodha diantar ketempat upacara. Jalal yang memang sudah suka dengan jodha tak bisa menyembunyikan kegembiraannya walau berusaha dia tutupi. Jodha dan Jalal di panggil untuk sama2 melihat pantulan wajah di air, jodha sangat terkejut melihat siapa yang menjadi calon suaminya. Walaupun orang itu yang membuat jodha penasaran dan tak bisa tidur tapi rasa benci jodha lebih menguasai hatinya saat itu. Pernikahanpun berlangsung dan setelah semua selesai Jodha dibawa ke Agra.
Rombongan sampai di Agra. Ratu Hamida menyambut rombongan pengantin dari Amer, dia sangat bahagia karena pernikahan ini mempersatukan beda bangsa dan beda agama. Jodha turun dari tandu dia memberikan hormat pada ratu Hamida, ratu Hamida begitu mengagumi kecantikan jodha dia mencium kening jodha dan memberikan berkatnya.
Amijaan aku akan mengadakan rapat dengan para mentriku aku tinggalkan ratu jodha bersamamu kata jalal sambil berpamitan pada ibunya juga pada jodha tak lupa dia tinggalkan senyum menawannya pada jodha. Jodha sedikit salah tingkah dibuatnya. Hamida lalu memperkenalkan jodha pada ratu Salima. Mereka berjalan menuju harrem dimana para istri Jalal tinggal. Mereka berhenti disebuah Kamar yang didalamnya ada mandir itulah Kamar jodha. Jodha masuk dan seakan tak percaya ada mandir disitu, ratu Hamida berkata bahwa Jalal sudah mengaatur semua. Istirahatlah ratu jodha kata Hamida. Jodha tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Dia meletakkan patung krisna dan lalu duduk ditepi tempat tidurnya. Jodha berkata Moti kita disini di Agra babak kehidupanku yang baru akan segera dimulai. Aku merasa gelisah moti. Jodha sudahlah jangan terlalu kau pikirkan kalau aku merasa yang mulia menyukaimu kata Moti.
“Kenapa kau bisa berkata begitu Moti?” tanya Jodha. “ya coba kau pikirkan…yang mulia pertama bertemu denganmu tidak berkedip dia begitu terpesona denganmu, lalu dia menerima persyaratanmu, lalu membuatkan mandir untukmu, dan kamarmu adalah yang terdekat dengan yang mulia bahkan ketika dia hendak ke kamarnya dia pasti akan melewati kamarmu..”jelas Moti. Moti kau terlalu mengada-ada jawab Jodha. Ratu Jodha..panggil Jalal yang ternyata sudah berada diluar Kamar jodha, Jodha berdiri dan memberi Salam. Moti segera pamit keluar, Jodha berdebar-debar di pikirannya bagaimana kalau yang mulia meminta haknya sebagai suami. Jodha mempersilahkan jalal duduk, mereka saling diam sesaat. Lalu Jalal berkata bahwa malam ini aku akan tidur disini. Jodha terkejut, “apa?” “Kenapa ratu jodha bukankah kau adalah istriku?”tanya Jalal.
Jodha menjawab, “benar aku adalah istrimu tapi maaf yang mulia aku belum bisa menerimamu untuk tidur disini.” Jalal tercengang bagaimana mungkin dia ditolak padahal banyak istri yang menunggu kedatangannya. Jalal bertanya kenapa ratu jodha? Aku menjadi istrimu karena aku ingin rakyatku sejahtera dibawah lindungan raja besar sepertimu. Tapi aku tidak bisa menyerahkan dirikku seutuhnya karena aku tidak mencintaimu dan saat ini aku marah kepadamu. Marah karena perbuatan prajuritmu yang merusak kuil. Itu semua pasti karena perintahmu jawab Jodha. “Ratu Jodha jangan menuduhku jika kau tak punya bukti.” jawab Jalal sambil keluar kamar Jodha. Malam demi malam berlalu Jalal hampir tiap hari ke Kamar jodha. Walau hanya selalu berdebat tapi Jalal lama-lama menikmati. Baginya walau berdebat tapi sekarang Jodha tidak seketus dulu dan Jalal bahagia karena tiap hari dia bisa ngobrol dengan Jodha. Jalal merasa bahwa bisa slalu bertemu Jodha tanpa menyentuhnya bukan persoalan baginya karena tidak bertemu Jodha sehari dia merasa sangat kesepian.
Jalal lebih banyak menghabiskan waktu dengan Jodha dari pada dengan istri lainnya. Jalal bahkan berjanji pada jodha untuk tidak menyentuhnya sampai Jodha mengijinkan tapi Jalal meminta Jodha untuk selalu menemaninya ngobrol dan berbagi. Malam itu seperti biasa Jalal menemui Jodha dikamarnya, Jodha mengajak Jalal ke taman mereka duduk sambil menatap bulan tiba-tiba Jodha memegang tangan jalal. Tentu saja Jalal merasa kaget. “Ratu jodha…”kata Jalal. Tanganmu terluka yang mulia…tanya Jodha. Hanya luka kecil waktu aku berlatih pedang tadi Jodha segera memanggil Moti untuk mengambil sales. Dioleskannya salep ke tangan Jalal. Jalal berdebar karena tangaannya dipegang Jodha. Kemudian mereka berbincang-bincang hingga larut malam. Jalal lalu mengajak Jodha masuk karena angin bertiup kencang. Sampai di depan kamar jodha, Jalal berpamitan. Baru beberapa langkah Jalal mendengar penjaga memanggilnya ternyata Jodha jatuh pingsan. Jalal segera berlari dia membawa Jodha ketempat tidur. Jalal menyuruh moti membawa kan air dengan kain karena badan Jodha sangat panas.
Dia juga menyuruh penjaga memanggil tabib. Tabib segera datang memeriksa jodha ternyata Jodha hanya kelelahan dan terkena flu. Tabib memberikan obat pada Moti. Jalal tidak beranjak dari sisi jodha, dia terlihat sangat khawatir. Jodha siuman dia kaget ketika melihat Jalal sudah memegang tangannya, Jalalpun menjadi salah tingkah. jalal melepaskan tangan jodha. Dan kemudian menanyakan keadaan Jodha.
Ratu Jodha bagaimana keadaanmu apa kau masih merasa pusing? Jodha mencoba duduk ditempat tidurnya Jalal membantunya…tidak yang mulia aku sudah merasa baik maaf sudah merepotkanmu kata jodha. Tidak ratu jodha aku sangat khawatir…. Bag 3