Sinopsis Jodha Akbar episode 121 by Jonathan Bay. Setelah Adham menyatakan pembelaanya, Maham menanyakan pendapat para Ulama yang hadir dalam persidangan itu, “apakah adham khan salah melakukan ini untuk orang yang di cintainya?” Ulama yang hadir menggeleng. Maham mengucapkan terima kasih. Lalu maham berkata, “kurasa ini bukan penghinaan jika Ahdam ingin menikahi Tasneem. Yang mulia, sebelum anda memutuskan, aku ingin mendiskusikan masalah ini dengan orang tua Tasneem. Apalah anda mengizinkan?” Jalal mengangguk. Orang tua Tasneem kemudian di panggil menghadap Jalal. Jodha terlihat gelisah. Pada orang tua tasneem maham bertanya, “apakah anda ingin katakan sesuatu? Apakah kalian mengecam adham khan?” Ayah tasneem menjawab, “tidak nyonya. Malah kami bersyukur jika beliau menikahi putri kami. Putri kami beruntung jika mempunyai suami yang terhormat yang ingin menjadikan pelayan menjadi istri, nyonya.” Mendengar kata-kata ayah Tasneem, Jodha dengan cemas segera berdiri, tapi Hamida melarangnya bicara, “tidak, Ratu Jodha. Kau sudah ajukan keluhanmu. Kau tidak bisa mengganggu proses persidangan.” Jodha menyahut, “tapi ibu, ini tidak adil.” Hamida mengatakan kalau ini adalah peraturan pengadilan kerajaan. Hamida menyuruh Jodha duduk. Jalal mengawasi apa yang terjadi antara Jodha dan Hamida dari singgasananya. Jodha terpaksa menuruti perintah Hamida.
Maham berkata, “setelah mendengarkan penjelasan Adham Khan, orang tua Tasneem telah memberikan restunya. Berdasarkan keterangan dari ulama bisa disimpulkan kalau Adham Khan bisa menikahi Tasneem dan ini bukan pelecehan. ~Maham menatap Jalal~ Proses pengadilan sudah selesai, yang mulia. Apakah aku boleh membuat keputusan?” Jalal mengatakan kalau keputusan akan di umumkan besok. Maham kaget dan terlihat tidak terima. Begitu pula Adham. Tapi Jalal tidak memberi kesempatan mereka untuk mengajukan keberatan karena dia segera bergegas pergi meninggalkan ruang sidang.
Jodha menemui Jalal dikamarnya. Jalal menyambut Jodha dan bertanya, “ada apa, Ratu Jodha?” Jodha meminta maaf karena telah mengganggu Jalal, “yang mulia, aku ingin bertanya sesuatu.” Jalal mengatakan kalau dia tahu, Jodha pasti akan menemui dirinya, “aku tau kau ingin bicara denganku saat sidang sedang berjalan, tapi ibu menghentikanmu. Apa yang ingin kau tanyakan?” Jodha bertanya kenapa Jalal tak memberi komentar apapun saat adham khan memberi pernyataan di persidangan, “aku ingin tahu pendapatmu tentang masalah ini? Apakah menurutmu ini adil? Apakah seorang pria boleh menikahi gadis kecil agar dia mendapatkan apa yang dia inginkan? Apakah keinginan gadis itu tidak penting? Apa dia harus menikahinya meski tidak mencintainya? Apakah dia harus menikahinya meski dia membencinya? Karena dia mempunyai kekuasaan dan berhasil mempengaruhi orang tuanya, apakah dia boleh menikahinya?” Jalal menatap Jodha selama dia berbicara dengan perasaan yang sulit di mengerti, dia tidak tahu apakah Jodha bicara atas nama Tasneem atau untuk dirinya sendiri. Kata Jalal, “kau mengajukan pertanyaan dengan amarah dan kegusaran, Ratu Jodha. Aku paham ketegangan dalam masalah ini. Tapi sangat penting agar kita mengikuti hukum yang berlaku.” Jodha berkata kalau dirinya mengerti hukum, “orang yang berkuasa bisa berbuat semena-mena. Dia bisa mendapat apapun. Dia bisa menaklukan negeri dan wanita. Tapi sebuah ikatan hubungan tidak boleh seperti ini. Hubungan itu harus berdasarkan cinta, bukan dengan menaklukannya. Itu yang terpenting.” Jodha menunggu komentar jalal, tapi Jalal hanya menatapnya saja, Jodha melanjutkan, “hukum terbesar disemua kerajaan adalah bahwa raja tak perlu mentaati peraturan. Seorang Raja tidak perlu terpaku dengan hukum yang ada. Dia bisa merubah dan menciptakan hukum demi kesejahteraan rakyatnya.” Jalal dengan lembut memberi tahu Jodha kalau dia tahu kewajibannya, “selain hukum, sudah menjadi tugasku untuk menjaga rakyatku dan menjaga kebahagiaan mereka. Jangan kuatir, aku akan buat keputusan yang adil. Aku janji padamu! Pertanyaanmu akan terjawab.” Jodha tersenyum dan berkata, “aku punya jawabannya. Aku percaya padamu. Aku permisi dulu.” Mendengar Jodha berkata kalau dirinya mempercayai Jalal, jalal seperti tak percaya, dia tak mampu berkata apa-apa. Jodha membalikan badan hendak pergi, tapi baru satu langkah dia berhenti dan kembali menghampiri Jalal dan berkata, “ada satu hal lagi yang ingin kuberitahukan padamu..” Jalal mengangguk dan menunggu. Dengan sepenuh hati Jodha berkata, “aku sudah tidak membencimu.” Jalal terlihat Takjub mendengarnya, jodha tersenyum tipis, “ada masa di mana dulu aku membencimu. Tapi kau telah berubah. Kau percaya padaku. Dan aku mulai mempercayai keputusanmu. Aku pemisi dulu.” Jalal mengangguk. Kali ini Jodha benar-benar pergi dari hadapan Jalal yang berdiri mematung memikirkan ucapan Jodha.
Dan sepanjang malam itu, Jalal terus memikirkan perkataan Jodha. Bahkan saat menatap bulan di langit, hanya kata-kata Jodha yang terngiang di telinganya. Jalal menyentuh dadanya dan terkejut menyadari kalau dia mulai punya perasaan pada Ratu Jodha. Jalal bertanya pada dirinya sendiri, “apa yang terjadi padaku? Mengapa aku memiliki perasaan ini? Ini adalah perasaan yang biasa di katakan oleh ibu. Aku merasakan perasaan ini ketika aku mengetahui kalau aku akan jadi ayah. Aku sangat bahagia waktu itu. Tapi kenapa hari ini aku merasa bahagia? Kenapa?” Jalal menyentuh dadanya dan berpikir tentang perasaan yang kini dirasakannya.
Sinopsis Jodha Akbar episode 121. Atgah yang melihat Jalal berdiri dan larut dalam pikirannya mendekat, memberi salam dan bertanya, “apa yang sedang anda lakukan di sini yang Mulia? Apa ada masalah?” Jalal secara diplomatis berkata, “hidup penuh dengan kejutan. Dan kehidupan membuatku berpikir skeptis. Adham khan adalah adik angkatku. Aku selalu mengabaikan kesalahannya. Ada anggota keluarga kerajaan yang mengajukan keluhan. Aku bingung dengan masalah ini. Apakah aku harus percaya pada Ratu Jodha atau Adham khan?” Atgah berkata kalau dia paham maksud Jalal, “Adham khan memang telah melakukan berbagai kesalahan sebelumnya. Sangat sulit untuk mempercayai dirinya.” Jalal bertanya pada atgah, “Bagaimana pendapatmu tentang persidangan hari ini?” Atgah mengatakan kalau Jalal telah membuat keputusan yang tepat dengan mengambil waktu sehari untuk membuat keputusan. Karena sangat penting untuk memahami inti masalahnya, daripada membuat keputusan dengan tergesa-gesa. Anda harus dengarkan saran semua orang. Lakukan yang menurut anda benar.” Jalal berterima kasih atas saran atgah dan berkata akan selalu mengingatnya.
Adham dan Maham sedang duduk di satu ruangan tapi sibuk dengan pikiran masing-masing. Maham terlihat sedang berpikir. Sedang adham sedang bersantai sambil minum-minum. Melihat ibunya tegang adham berkata, “aku terkesan dengan tindakan ibu. Tak ada yang perlu kucemaskan selama ibu menjabat sebagai perdana menteri. Ibu selalu mempunyai solusi terbaik untuk semua masalah. Kenapa aku tak sepintar ibu?” Tanpa emosi Maham menyela, “jika kau menggunakan kecerdasanmu dengan benar, kau bisa seperiku.” Adham menimpali, “selama ibu masih ada di sini, untuk apa aku gunakan kecerdasanku? Biar ibu saja yang berpikir.” Adham mengamati Maham yang tegang dan mengodanya, “berhentilah berpikir, ibu. Dan mulailah siapkan pernikahanku dengan tasneem.” Maham melirik adham, dan dengan berapi-api dia berkata, “Adham Khan, keputusannya belum di berikan.” Adham dengan santai berkata, “tak ada yang bisa buktikan kalau aku bersalah. Aku sama sekali tidak melanggar hukum kerajaan mughal.” Maham menyahut dengan kesal, “ini bukan soal pelanggaran, ini soal keputusan Jalal. Ini lebih besar dari hukum apapun. Jalal sudah mulai mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Saat seorang raja mulai membuat keputusan sendiri, peranan perdana menteri sudah tidak terlalu penting. Ada satu hal yang tak bisa kupahami, mengapa Jalal tertarik degan masalah pernikahanmu dengan Tasneem?” Adham memberitahu Maham kalau Ratu Jodha menuduh dirinya melecehkan Tasneem, “karena itu Jalal tertarik. Jika mendapat kesempatan, aku takkan mengampuninya.” Maham berteriak marah, menyuruh Adham diam, “kau selalu malakukan sesuatu yang merusak keadaan. Jika kau terus berkelakukan seperti ini, kau bisa kehilangan kekuasaan dan jabatanmu.” Berbagai pertanyaan berkecamuk di benak Maham, “Keputusan apa yang akan di berikan Jalal padamu? Bodoh jika kita meremehkan Jalal. Mengapa Jalal membutuhkan waktu sehari untuk membuat keputusan? Apa yang dipikirkan Jalal?”
Hamida, Gulbdan dan Jiji anga berdiskusi tentang keterlibatan Jodha dalam masalah Adham khan dan Tasneem. Hamida khawatir kalau hubungan Jalal dan Jodha akan terpengaruh. Hamida masih terlihat gusar. Gulbadan berkata kalau ini sudah larut malam, “sudah saatnya tidur.” Hamida meminta Gulbadan agar jangan memanggilnya yang mulia ratu, cukup memanggilnya kakak ipar. Gulbadan meminta Hamida berhenti memikirkan masalah Jodha hari ini. Hamdia berdiri dari duduknya dan berkata kalau dia terus berpikir, “karena ini berkaitan dengan Jodha, aku mencemaskan dirinya” Gulbadan mengatakan kalau Jodha seharusnya tidak ikut campur masalah orang lain, “dia tak boleh terlibat masalah politik. Mengapa dia membesar-besarkan masalah Adham khan?” Hamida berkata kalau dia lebih kuatir dengan perbedaan pendapat yang mungkin muncul antara Jalal dan Jodha, “mereka belum lama menikah. Masalah seperti ini tidak boleh memperlemah hubungan mereka. Maham sangat kesal dengan tuduhan Jodha terhadap Adham. Kita tahu maham seperti apa. Kegusaran Maham tidak boleh menyakiti perasaan Jodha.” Gulbadan berkata kalau dirinya yakin, Hamida akan menangani masalah ini dengan bijak. Hamida menyahut, “tapi semua usahaku akan sia-sia dihadapan emosi Jalal. Ku harap, Jalal membuat keputusan yang tepat. Besok kita akan tahu apakah keluhan Jodha itu bisa diterima atau penjelasan Adham Khan yang akan di percaya.”
Sinopsis Jodha Akbar episode 121. Maham duduk di teras istana di temani Resham. Maham terlihat sedang berpikir. Resham bertanya, “apa yang sedang anda pikirkan, nyonya? Jangan kuatir, Yang mulia akan berpihak pada Adham.” Maham menjawab kalau dirinya tidak khawatir tentang itu, “aku tahu aku akan berhasil menyelamatkannya. Aku sedang memikirkan ratu Jodha. Dia menuduhku meracuni ratu Ruqaiya, sekarang dia menuduh Adham melakukan pelecehan. Aku tak bisa menghentikan tindakannya. Jika Jalal mulai menyukainya, maka aku tidak berdaya.” Resham berkata kalau jalal bersifat adil, “pertama, dia berikan kesempatan pada ratu Jodha untuk memberi hukuman pada Bakshi Bano, sekarang dia ingin anda memutuskan untuk adham khan. Agar tak ada yang menyalahkannya jika membuat keputusan yang tidak adil terhadap anggota keluarganya.” Belum selesai Resham berkata, muncul Jalal. Maham dan Resham segera berdiri dan memberi salam. Jalal membalas salam Maham. Maham bertanya kenapa jalal terlihat tegang? Jalal menjawab kalau dia memikirkan masalah Adham khan dan tasneem, “masalah itu berkaitan dengan keluargaku. Adham khan adalah putramu dan saudara angkatku. Dan yang membuat pengaduan adalah istriku, ratu Jodha, yang sudah seperti menantumu.” Maham tidak mengerti maksud Jalal dan bertanya, “apa yang ingin kau katakan, Jalal?” Jalal berkata, “karena masalah ini berkaitan dengan keluargaku, maka aku ingin mendengar saran dari orang terdekatku. Aku ingin mendiskusikan masalah ini dengan semua istri spesialku.” Maham terlihat heran, “istri-istri spesial? apa maksudmu? Maafkan aku, Jalal. Bukankah istri spesial hanya ada satu? Ratu Ruqaiya?” Jalal menjawab, “ya. Selain dia aku juga akan bicara dengan istriku yang lain, ratu Salima dan ratu Jodha. Aku permisi dulu, selamat malam.”
Setelah Jalal pergi, Resham berbisik pada maham, “anda benar, yang mulia sudah mulai mempercayai ratu Jodha.” Maham memikirkan sesuatu dan tersenyum. Resham heran dan bertanya, “mengapa anda tersenyum?” Maham bekata, “Resham, kalau ada 3 istri spesial maka akan terjadi keributan.” Sambil tertawa senang, Maham mengajak Resham untuk memberitahu ketiga istri spesial tentang perintah Jalal.
Malam itu juga, Maham memanggil para istri untuk berkumpul. Ruq dengan rasa ingin tahu bertanya pada Maham kenapa yang mulia memanggil semua istrinya? Maham sambil tertawa berkata, “Ratu Ruqaiya, kau salah paham. Yang mulia ingin bertemu dengan istri spesialnya.” Dengan tersenyum Ruq menyahut, “apa kau tidak tahu, hanya ada satu istri spesial di istana ini.” Dengan cepat Maham menjawab, “tentu aku tahu. Tapi tak ada yang bisa memahami apa yang dipikirkan yang mulia. Yang mulia memerintahkan kalau dia ingin bertemu dengan ketiga istri spesialnya untuk mendengar saran mereka.” Ruq dengan nada tidak terima bertanya, “apakah ini lelucon, Maham anga? Aku tak suka dengan perkataanmu.” Maham dengan wajah di buat-buat prihatin menyahut, “ratu Ruqaiya, bagaimana aku berani bercanda denganmu? Maaf jika kau sakit hati dengan perkataanku. Tapi inilah pesan dari yang mulia. Mungkin dia ingin menambah jumlah istri spesialnya. Dia memberikan perintah kalau ingin bertemu dengan 2 ratu lainnya bersama denganmu. Istri spesial kedua adalah ratu Salima.” Ruqaiya dengan tak sabar bertanya siapa istri yang ketiga. Maham menjawab, “menjurutku yang ketiga adalah yang paling penting…” Maham sengaja menggantung kalimatnya untuk membuat semua istri yang lain berharap kalau namanya yang akan di sebut. Tapi maham segera menepis keinginan mereka semua dengan mengatakan kalau istri ketiga adalah, “Ratu Rajvanshi, Ratu Jodha.” Jodha terpana tak percaya. Begitu pula istri-istri yang lain yang dinikahi jalal lebih dulu dari Jodha, mereka merasa tidak percaya, kalau Jodha yang baru dinikahi Jalal terpilih sebagai istri spesial. Hanya Salima yang tersenyum senang dan merangkul pundak Jodha dengan akrab. Ruqaiya dengan otoritas yang dimilikinya berkata, “selain ratu Salima dan ratu Jodha, ratu yang lain silahkan kembali keruangannya masing-masing.” Tanpa menunggu disuruh dua kali, para istri segera membubarkan diri. Ruq menyuruh ratu Salima dan ratu Jodha pergi keruangan jalal, “aku ingin bicara berdua dengan Maham anga dulu.”
Sinopsis Jodha Akbar episode 121. Seperti yang diperintahkan Ruq, Jodha dan Salima berjalan berdampingan menuju keruangan Jalal. Dalam perjalanan, Salima senyum-senyum sendiri. Jodha yang melihatnya penasaran dan bertanya, “ada apa ratu salima? Mengapa kau tersenyum?” Ratu salima masih dengan tersenyum berkata, “tak apa, ini kebiasaanku. Aku tersenyum saat mendapat masalah.” Jodha bertanya lagi, “masalah apa yang sedang kau hadapi?” Salima menjelaskan, “Yang mulia menganggap kita sebagai istri spesial bersama ratu Ruqaiya. Ini merupakan sebuah masalah. Tapi aku senang. Beliau menganggapmu istimewa dengan mengangkatmu sebagai salah satu istri spesialnya.” Jodha berkata kalau dia masih memikirkan keputusan yang akan di ambil Jalal. Salima bertanya, “kenapa? Bukankah kau mempercayainya?” Jodha tak menyahut. Salima berkata, “kadang diam itu berarti sebuah kebenaran. Kau yang memutuskan untuk menjawab pertanyaan ini. Ayo, yang mulia pasti sudah menunggu kita.”
Pada Maham Anga Ruq berkata ketus, “Maham anga, kau akan menanggung akibat atas sikapmu yang tidak sopan! Kau sudah tahu, Jalal mendengarkan pendapatku mengenai persoalan politik dan menuruti keinginanku.” Maham dengan nada yang sama menyahut, “aku tahu. Karena kau Adham khan tidak di berikan tanggung jawab lebih dalam pemerintahan. AKu ingin memberimu saran, istri spesial. Jika menyangkut soal umur dan pengalaman aku berada di atasmu. Kumohon, tangani masalah yang cocok dengan kedudukanmu. Biarkan aku yang tangani masalah politik. Kadang kita tak sadar kita kehilangan apa, saat ikut campur urusan orang lain.” Ruq berkata, “oh jadi kau balas dendam padaku gara-gara Adham tidak mendapat jabatan Komandan?” Maham mengatakan kalau dia tidak balas dendam, tapi membalas budi. Maham mengancam Ruyq dengan mengatakan, “kau akan merasakan kehilangan jika kau campuri urusanku.” Ruq dengan pura-pura terkejut bertanya, “urusan apa yang kau maksud? Maham anga, Jalal sangat menghormatimu, tapi kau tak boleh lupa siapa dirimu sebenarnya. Kau hanya pelayan.” Maham dengan geram berkata kalau dia tahu siapa dirinya, “kurasa kau yang lupa siapa dirimu yang sebenarnya, Ratu Spesial. Kau harus mendengarkan saranku. Kau harus ingat batasanmu. Hingga kini, Jalal hanya mempunyai satu istri spesial. Tapi hari ini dia menambah jumlah istri spesialnya. Aku harap dia tak merubah kedudukan diantara ketiga istri spesialnya itu. Jika menyangkut diriku, jalal memberiku jabatan sebagai perdana menteri. Aku sudah seperti ibunya sendiri seperti yang kau tau. Jalal telah menikahi banyak ratu dalam hidupnya. Tapi hanya ada satu Maham anga dan aku akan bersamanya seumur hidupku. Ayo, tak baik membuat Yang Mulia dan istri spesial lainnya menunggu..” Maham anga tertawa penuh kemenangan. Ruq tertegun….Sinopsis Jodha Akbar episode 122