Sinopsis Jodha Akbar episode 185 bag 2 by Meysha Lestari. Jodha menemui Hamida yang sedang berdiri menatap potret Humayun sambil berdoa. Melihat Hamida berdoa, Jodha ikut berdoa. Selesai berdoa hamida membalikan badan dan melihat Jodha. Hamida segera menghampiri Jodha dan menarik tangannya agar duduk di sisinya. Jodha menatap Hamida dengan cemas, “ibu, apa yang harus aku lakukan sekarang?” Hamida meminta Jodha agar yakin pada dirinya sendiri, “lakukan apa yang menurutmu benar, maka semuanya akan baik-baik saja. Lihatlah itu, Potret raja humayun. Ketika dia kalah perang, dia memintaku untuk meninggalkannya. Tapi aku memjutuskan untuk selalu berada di dekatnya. Itu karena aku sangat mencintainya. Ketahuilah Jodha, orang yang tidak mengambil keputusan akan menjadi sejarah. Tapi orang yang mengambil keputusan akan menulis sejarah mereka sendiri. Dan aku yakin, kau akan menulis sejarahmu sendiri Jodha. Kau jangan takut, kami semua akan selalu bersamamu. Terlebih lagi, Jalal juga akan selalu bersamamu. Aku yakin, kalau dia akan selalu mendukungmu, meskipun kau masih membencinya.” Jodha terharu mendengarnya, “tapi ibu, aku masih tidak yakin pada diriku sendiri. Aku bingung menghadapi masalah yang rumit ini. Aku harap aku bisa melewati semua ini. Kalau aku mengalami kesulitan, aku harap engkau akan membantuku, ibu. ~Jodha menggenggam tangan Hamida~ Doakan aku ibu, supaya aku bisa menjalankan tugas ini dengan baik. Dan tidak mengecewakan orang lain. Aku permisi. Salam.” Hamida mengangguk dan mengelus kepala Jodha sambil tersenyum tulus.
Phuphi Jaan (gulbadan begum) menemui Ruq yang sedang marah. Gulbadan coba menenangkan ruq dengan berkata, “jangan pikirkan apa yang di katakan Jalal, Ruqaiya. Sekarang saatnya untuk mengambil keputusan yang tepat. Posisimu di harem sudah tidak aman. Ratu Jodha sudah siap untuk mengambil alih.” Ruq mengatakan kalau dirinya mengerti, “tapi aku tidak rela dan tidak akan menyerahkan harem begitu saja ke tangan orang lain. Meskipun ratu Jodha akan berusaha, aku tidak akan pernah membiarkannya. Aku tidak rela harem jatuh ke tangannya. Aku tidak peduli siapa dirinya, dia tidak boleh menang dariku.” Gulbadan berkata kalau keadaanya sekarang berbeda, dulu Jodha tidak mau, tapi sekarang dia ingin mengambil alih harem. Dia punya kekuatan untuk melakukannya, “kau tidak akan bisa menghalanginya. Dia seorang Rajvanshi dan dia memiliki kemampuan. Kau harus memikirkan sebuah siasat dan tidak bisa menggunakan cara yang biasa-biasa saja. Ruqaiya, kau harus menunggu saat yang tepat untuk bertindak. Kalau kau ceroboh, itu akan membahayakan dirimu sendiri. Kau harus membujuk semua orang untuk memilihmu. Hanya itu satu-satunya cara.” Dengan kesal dan tanpa berpamitan, Ruq meninggalkan Phuphi Jaan.
Jodha dan Moti sedang menghibur babu yang menanyakan ibunya. Babu bertanya apakah dia akan bisa bertemu dengan ibunya lagi? Dia sangat merindukannya. Jodha memeluk babu dan berkata begitu dia mendapat kabar tentang ibunya babu, dia akan segera mengirim babu kesana. Pelayan masuk tergopoh-gopoh memberitahu kalau Jalal sedang dalam perjalanan. Jodha segera menyuruh Moti membawa babu pergi. Jodha dengan was-was berdiri menunggu Jalal. Jalal datang dan sebelum masuk dia mencopot sepatunya di depan pintu, melihat itu Jodha terlihat senang. Sambil melangkah masuk, Jalal berkata, “apa yang kau lakukan, Ratu Jodha?” Jodha terlihat gugup dan menatap kesana kemari dengan binggung, Jalal ikut menatap kearah yang di lihat Jodha dengan tatapan curiga. Tapi kemudian Jalal tersenyum dan berkata, “kau selalu melakukan hal yang berlawanan. Kau bilang tidak akan berkompetisi dengan ratu Ruqaiya, tapi kau sekarang sedang berebut kekuasaan dengannya.” Jodha menyahut, “aku tidak mengincar kekuasaan, yang mulia. Aku anya melakukan apa yang di katakan timbangan padaku dan yang kau katakan padaku.” Jalal dengan nada mengoda berkata, “wah.. kau sudah mendapatkan jawabannya. Tapi ingatlah, yang kau hadapi bukanlah perempuan biasa, tapi Ratu Ruqaiya. Kau harus tau, Ratu Jodha, dia memiliki keahlian berpolitik yang tinggi.” Jodha dengan penuh percaya diri berkata, “yang mulia, aku sudah siap menghadapi apapun resiko yang akan aku hadapi.” Jalal menatap Jodha dengan rasa kagum, “subhanallah. Luar biasa, Ratu Jodha. Kau benar-benar mengaggumkan. Aku tahu ketika kau mengambil keputusan, kau pasti yakin kalau kau akan menang.” Pelayan datang memberi tahu Jalal kalau Atgah ingin bertemu. Jalal mengganguk dan menyuruh pelayan itu pergi. Jalal berkata, “tampaknya aku harus pergi dari sini. Sampai jumpa, “tapi sebelum pergi, Jalal menyempatkan diri berkata, “oh ya ratu Jodha, kuharap kau akan keluar sebagai pemenang.” Jodha tersenyum. Setelah Jalal pergi, Jodha bergegas menemui moti.
Sinopsis Jodha Akbar episode 185 bag 2. Sharif terpesona dengan kecantikan Jodha. Sambil menikmati minumannya dia membayangkan Jodha, “dia cantik…sangat cantik. Sungguh-sungguh cantik. Sempurna.” Sharif meneguk minumannya lagi. Seorang pelukis wanita sedang melukis apa yang di gambarkan sharif padanya. Pelukis berkata, “bisakan kau mengatakan seperti apakah dia?” Sharif menyahut, “rambutnya sangatlah indah. Hitam dan berkilau. Tubuhnya seperti ular betina.” Pelukis bertanya, ” apalagi? Bagaimana dengan bibirnya?” Sharif menyentuh bibirnya sendiri dan menjawab, “bibirnya merekah seperti kelopak bunga mawar..merah merona.” Setelah lukisannya jadi, sang pelukis tertegun melihat hasil lukisannya, “astaga, ini….” Sharif beranjak dari duduknya, “apa kau sudah selesai melukisnya?” Pelukis dengan tatapan curiga berkata, “sudah selesai, tapi aku sepertinya mengenali orang ini…lihatlah sendiri.” Sharif segera mendekat dan melihat hasil lukisan si pelukis. Tiba-tiba bakshi Bano datang. Pada Bakshi, Sharif mengatakan kalau dia meminta pelukis membuat lukisannya. Bakshi senang mendengarnya, dia ingin melihat lukisan itu. Sharif menunjukan lukisannya. Dan alangkah terkejutnya baksi ketika melihat kalau itu adalah lukisan Jodha. Sharif memarahi pelukis, “….mengapa kau melukis orang ini? Beraninya kau! Aku mendeskripsikan istriku padamu.” Pelukis membela diri, “..aku melukis sesuai dengan apa yang kau bayangkan.” Sharif dengan kesal berkata, “oh, jadi menurutmu aku tadi membayangkan ratu Jodha di dalam pikiranku? Tidak. Aku tadi sedang membayangkan wajah istriku, baksi bano ini. Lihatlah dia, wajahnya sangat cantik. ~Bakhsi tersenyum senang di puji Sharif~ Rambutnya yang indah, dan bibirnya….” Pelukis masih tetap kukuh dengan pendapatnya kalau dirinya tidak mungkin salah, “hanya ratu Jodha yang memiliki sosok seperti yang ada dalam banyanganmu. Kalau aku salah, maafkanlah aku!” Baksi tanpa rasa marah atau curiga berkata, “pelukis, kau tidak perlu minta maaf, wajar bagi seorang manusia untuk melakukan kesalahan.” Pelukis mengangguk dan minta diri. Setelah kepergian pelukis, Sharif ngomel di depan baksi, “aku tidak percaya dengan semua ini. Beraninya dia melukis orang lain.” Dengan polos Baksi menyahut, “tidak apa-apa. Aku tau kalau hanya aku yang ada di dalam pikiranmu. Tidak mungkin kalau kau menbayangkan orang lain. Sama seperti aku yang mencintau dirimu.” Mendengar kata-kata baksi, pelukis yang belum jauh pergi, membalikan badan menatap pasangan suami istri itu sambil berkata dalam hati, “tidak mungkin aku salah, aku tidak pernah salah melukis wajah seseorang. Tapi mengapa dia membayangkan wanita yang bukan istrinya?” Sharif yang berdiri di samping Bakshi Bano menatap lukisan Jodha sambil berkata dalam hati, “kau akan menjadi milikku, ratu Jodha. ~Sharif memeluk Baksi dengan mesra, tapi dia membayangkan Jodha~ Tunggu saja waktu yang tepat. Aku akan mendapatkanmu.”
Ruq dan Hoshiyar sedang bergegas. Hoshiyar berkata pada Ruq, “semua ratu akan berkumpul di harem untuk memilih Ratu Jodha. Aku khawatir akan posisimu di harem. Bagaimana kalau kau kehilangan posisimu?” Ruq mneyuruh Hoshiyar diam. Hoshiyar melanjutkan, “maafkan aku, tapi bagaimana kalau Ratu Jodha mengambil alih posisimu di harem? Apa yang akan kau lakukan?” Ruq dengan percaya diri bertanya, “apa menurutmu, aku akan kalah dari dia? Hah? Kau meragukan diriku? Kau pikir aku selemah itu?” Hoshiyar menyahut, “tidak ratu, tapi aku hanya khawatir tentang dirimu.” Lalu tanpa berkata apa-apa, Ruq menampar Hoshiyar, beberapa ratu melihatnya. Ruq membentak Hosiyar, “beraninya kau melampaui batasanmu.” Hoshiyar sambil menangis meminta maaf, “maafkan aku.” Ruq histeris, “maaf?!” Para ratu saling berbisik, “apa yang sedang terjadi?”
Ruq masih dengan setengah berteriak, berkata, “beraninya kau berteriak kepada seorang ratu!” Hoshiyar menangis. Sekali lagi Ruq menamparnya dengan keras lalu berkata, “sebagai seorang pelayan, seharusnya kau jangan pernah mempertanyakan majikanmu!” Tapi Hoshiyar sepertinya sudah kehilangan rasa takutnya, dia membalas bentakan Ruq, “ya! Aku mengerti. AKu mengerti ratu Ruqaiya!” Ruq berteiak lagi, “kau akan lihat sendiri! Kalau aku tidak akan kalah dari siapapun di dalam mempertahankan kedudukanku! Dan juga, tidak akan ada ratu manapun yang berani merebut posisiku!” Hoshiyar dengan sedih protes, “aku selalu melayanimu, Ratu Ruqaiya, tapi kau selalu menghinaku!” Mendengar kata-kata Hoshiyar, para Ratu saling pandang. Hosh mengatakan, “mengapa kau tidak pernah menghargaiku sebagai seorang manusia? AKu memang hanya seorang pelayan. Tapi aku juga adalah seorang manusia! Manusia!” Ruq menatap Hosiyar dengan tatapan yang sukar untuk di katakan, tanpa berkata apa-apa lagi, Ruq meninggalkan Hosiyar yang menangis sedih.
Sinopsis Jodha Akbar episode 185 bag 2. Jalal berdoa di depan mayat prajurit, “semoga mereka beristirahat dengan tenang!” jalal menatap mayat-mayat itu lagi dan dengan prihatin berkata, “teganya orang yang melakukan ini pada mereka. Siapa yang melakukan ini Atgah khan?” Atgah menjawab kalau siapapun orangnya, dia pasti seorang yang kejam. Jalal menyuruh Atgah menyebutkan namanya. Atgah dengan ragu-ragu menyebut nama Sujamal. Raut wajah Jalal langsung berubah. Atgah berkata, “aku rasa sekarang kita harus melindungi ratu Jodha. Aku takut dia akan menjadi sasaran selanjutnya. Aku akan memperketat penjagaan di sekitar istana.” Jalal terlihat sangat marah dan geram.
Di harem, para ratu sedang bergosip dan membicarakan siapa yang akan mereka pilih dalam pemilihan kepala permaisuri nanti. Ruksar bertanya pada Ratu fatimah, siapa yang akan dia pilih. Fatima balik bertanya pada Ruksar siapa pilihannya, karena menurut dia Ratu Jodha tidak cocok untuk menjadi pemimpin. Ruksar bertanya, “kenapa kau berkata begitu? Ratu Jodha itu kompeten, layak, dan memiliki kemampuan.” Ratu yang lain menimpali, “benar! Dia seorang Rajvanshi dan memiliki semua hal yang di butuhkan untuk menjadi seorang pemimpin. Yang mulia pasti tahu itu sebelum menikahinya.” Ruksar menyahut, “Tidak ada lagi yang lebih pantas selain dirinya. Aku ingin yang memimpin harem adalah seseorang yang mempunyai rasa kemanusiaan dan mengerti orang lain, tak peduli apakah dia Rajvanshi ataupun Mughal.” Ratu lain setuju dengan pendapat Ruksar. Yang lain-lain akhirnya sepakat untuk memilih Ratu Jodha.
Sinopsis Jodha Akbar episode 185 bag 2. Jodha sedang berbincang dengan moti ketika pelayan memberitahunya kalau Hoshiyar ingin bertemu. Jodha menyuruhnya masuk. Jodha bertanya-tanya kenapa Hoshiyar ingin menemuinya? Moti menjawab, “karena dia telah membuat Ratu Ruqaiya marah. Dia di tampar oleh Ratu Ruqaiya. Mungkin karena itu dia ingin bertemu denganmu.” Hoshiyar datang menghampiri Jodha, duduk di kakinya dan sambil menangis berkata, “tolonglah aku ratu, aku membutuhkan pertolonganmu. Lindungi aku, Ratu, lindungi aku!” Jodha mengangkat Hoshiyar dari kakinya dan berkata, “Hoshiyar, jangan mencium kakiku, aku tidak suka. Katakan padaku, ada apa?” Hoshiyar mengadu kalau dia telah di tampar oleh ratu Ruqaiya dan Ruq selalu merendahkan dirinya, “meskipun aku melayaninya dengan setia, dia tidak pernah menghargai usahaku. Ratu Ruqaiya tidak pernah menganggapku sebagai seorang manusia. Terimalah akau sebagai pelayanmu, terimalah aku!” Hoshiyar bersujud di kaki Jodha. Moti melarangnya melakukan itu. Hoshiyar bertanya, “lalu apa yang harus aku lakukan, ratu? Aku tidak tahan di perlakukan seperti ini. Aku hanya ingin usahaku di hargai. Aku tidak ingin di sia-siakan. Kerja kerasku tidak pernah di hargai. Dia tidak pernah bersikap baik kepadaku. Terimalah aku sebagai pelayanmu.” Jodha dengan lembut berkata, “Hoshiyar, aku turut bersedih atas apa yang kau alami. Tapi aku sudah memiliki seorang pelayan. Suatu saat ratu Ruqaiya pasti akan mengubah perlakuannya terhadap dirimu. Bersabarlah, kau pasti kuat menjalani semua ini. Jangan bersedih Hoshiyar, tabahlah. Semoga semua masalah ini segera berlalu.” Hosiyar mengeluh, “tapi Ratu Ruqaiya tidak pernah memperlakukanku seperti kau memperlakukan moti. AKu hanya ingin disayangi seperti kau menyayangi Moti. Tolong bebaskan aku dari penderitaan ini. Tolong bebaskan aku!” Jodha menjawab kalau itu tidak mungkin, “..atau, nanti aku akan berbicara kepada ratu Ruqaiya. Tidak mungkin dia terus menerus berbuat jahat kepadamu. Dia pasti juga pernah berbuat baik kepadamu.” Hoshiyar dengan kecewa meminta maaf pada Jodha, “…karena telah lancang mendatangimu dan meminta pertolongan. Maafkan aku, ratu Jodha, aku hanya ingin bebas dari penderitaan. Aku ini seorang manusia, aku hanya ingin di perlakukan layaknya serorang manusia. Aku harap, kau mengerti apa yang aku rasakan. Kalau aku tidak bisa bebas dari penderitaan ini, lebih baik aku mati saja, Ratu Jodha. Lebih baik aku mati saja..!” Hoshiyar kemudian berdiri hendak beranjak pergi. Tapi Jodha menahannya, “meskipun setelah apa yang di lakukan ratu Ruqaiya kepadamu, kau tidak boleh putus asa seperti ini. Kau harus menghargai nyawamu, jangan menyia-nyiakannya. Baiklah, kau boleh tinggal di sini bersama dengan Moti bai.” Hoshiyar sangat senang dan mengucapkan terima kasih pada Jodha karena telah begitu baik padanya. Hoshiyar kemudian memberi salam pada Jodha dan pergi meninggalkannya. Sepeningal Hoshiyar, moti berkata, “aku tidak mengerti mengapa dia mengalami hal seprti itu, Jodha. Tapi seharusnya Hoshiyar tidak menderita seperti itu.” Jodha setuju dengan moti kalau Hoshiyar seharusnya di perlakukan dengan baik, meskipun dia hanya seorang pelayan. Tiba-tiba seorang pelayan datang memberi tahu Jodha kalau jalal ingin bertemu dengannya di kamar senjata. Jodha heran dan sedikit tengang.
Jalal duduk di ruang senjata dengan sebilah pedang di tanganya. Jodha datang menghampirinya. Jodha memberi salam pada Jalal. Jalal mengangkat wajahnya menatap Jodha. Jodha bertanya, “apa yang ingin kau bicarakan?” Jalal menyuruh para pengawal pergi. Jodha dengan rasa ingin tau bertanya, “apa yang sudah terjadi?” Jalal memberitahu Jodha kalau prajuritnya di bunuh dengan kejam dan tanpa alasan, tangan mereka di potong, “aku tidak tahu mengapa mereka mengalami hal ini.” Jodha dengan prihatin bertanya, “lalu apa yang bisa aku lakukan? Apakah ini ada hubungannya denganku?” Jalal menjawab, “aku khawatir ini ada hubungannya denganmu, ratu Jodha. Jadi aku ingin berhati-hati.” Jodha tidak mengerti maksud Jalal. Jalal menjelaskan, “Ratu Jodha aku akan memberitahumu apa yang sebenarnya terjadi. Kau harus mengetahuinya.” Jalal mengelus bilah pedang yang tajam hingga jarinya tergores dan berdarah. Jodha berteriak panik, “apa kau tidak apa-apa yang mulia? kau berdarah!” Jalal menenangkan Jodha, “tidak apa-apa. Ini hanyalah darah. Buatku, darah ini tidak ada apa-apanya di bandingkan dengan tentaraku yang di bunuh dengan kejam.” Joda menyahut, “tapi kau pernah menjadi seorang tentara, bukankah kemenangan dan kekalahan itu adalah hal biasa? Lalu mengapa kau memanggilku ke sini?” Jodha menatap Jalal dengan tatapan tak mengerti, Jalal balas menatapnya dan meminta maaf, “tapi kami mughal tidak seperti Rajvanshi. Ratu Jodha, apa menurutmu orang Rajvan berbuat curang di dalam perang?” Dengan tegas dan penuh keyakinan Jodha menjawab, “Rajvanshi…orang Rajvanshi tidak pernah curang di dalam peperangan. Kami selalu jujur di dalam peperangan.” Jalal menyela, ” Lalu bagaimana kalau ada orang Rajvan yang berbuat curang?” Jodha dengan pasti menjawab, “kalau ada yang curang, mereka pasti akan di hukum. Karena kami tidak bisa mentolerir orang-orang yang berbuat curang.” Jalal berkata. “aku juga akan berbuat seperti itu.” Jalal menatap Jodha dengan tajam, “Ratu Jodha, tentaraku yang mati di bunuh, di bunuh dari belakang. Yang artinya itu adalah sebuah perbuatan yang curang. Apakah kau akan membiarkan orang yang berbuat curang? Menurutku mereka dibunuh oleh rajvanshi.” Jodha terlihat bingung dan tidak percaya, “tidak mungkin. Mereka tidak mungkin berbuat seperti itu, mereka tidak punya alasan untuk melakukan itu.” Jalal masih dengan tatapan tajam dan meyelidik berkata, “lalu apa yang harus aku lakukan? Karena yang mnelakukan ini adalah saudaramu, Sujamal?” Jodha terkejut dan tak percaya, tubunya mendadak terasa lemas. Jodha teringat bagaimana dia berlatih pedang dengan Sujamal dan mengangkat Sujamal sebagai guru pedangnya. Satu persatu kenangan tentang sujamal mengalir dalam benaknya. Jodha menelan ludah dan dengan suara bergetar berkata, “tidak mungkin! Kalau dia memang melakukannya, kau bisa memberikan hukuman yang layak dia dapatkan.” Jalal mengatakan, “Sujamal ingin merebut tahta Amer, karena itu dia melawan Raja Bharmal. Dia bersekongkol dengan Sharifudin dan sekarang dia membunuh tentara mughal. Baiklah, terima kasih karena telah melepaskan aku dari dilema ini, dan aku akan melakukan apa yang harus aku lalukan. Aku akan memastikan keadilan ditegakkan, Ratu Jodha. Aku pasti akan mencari sujamal dan memastikan kalau dia akan membayar untuk semua yang dilakukannya. Terima kasih.” Jodha membalas ucapan terima kasih Jalal dengan melipat tangannya di dada. Jalal berkata, “kau boleh pergi.” Dengan air mata menggenang di pelupuk mata, Jodha melangkah gontai meninggalkan jalal. Sinopsis Jodha Akbar episode 186