Sinopsis Jodha Akbar episode 223 by Jonathan Bay. Sambil membenahi kalung ganghaur, Jodha berdoa, ” Dewi Parvati, tolong lindungi suamiku.” Di hutan Jalal terpojok. Pundaknya sudah terluka, dan dia juga tidak bersenjata. Sementara Abul Mali berdiri di depannya dengan pedang yang terhunus. Mali berkata, “tidak ada yang bisa menyelamatkanmu sekarang. Mayatmu akan di bawa ke Agra.”
Kalung yang di perbaiki Jodha sudah jadi, Jodha memasangkan kalung itu ke lehernya dengan senyum puas dan rasa was-was. Sekali lagi dia berdoa memohon agar parvati melindungi Jalal. Di hutan, entah apa yang dilakukan Mali, yang jelas Jalal sudah terkapar di atas tanah, dan mali dengan ganas menghujamkan pedang ke perutnya. Kematian sudah begitu dekat, tapi tak mampu meraihnya karena koin suci pemberian Jodha yang tadi di selipkan Jalal di lipatan tali pinggangnya telah menyelamatkan nyawanya. Pedang mali mengenai koin itu. Mali masih ngeyel dengan menekankan pedang sekuat tenaga. Tapi tidak tembus juga. Jalal lebih cerdas, melihat ada kesempatan, Jalal mengambil segenggam tanah dan melemparkan ke mata mali. Mali terpelanting kebelakang. Jalal mengeluarkan koin dari lipatan tali pinggangnya, mengamatinya sesaat dan mendekapnya di dada sambil mengucap syukur. Mali yang sudah bisa menguasai diri berlari menyerang jalal yang masih tergeletak di tanah. Begitu Mali sudah dekat, Jalal menendang dada Mali dengan sekuat tenaga. Sekali lagi Mali terpelanting kebelakang. Jalal bangkit dan bertarung dengan Mali tanpa senjata. Tapi dengan kakuatan dan pengalamannya, jalal berhasil merebut pedang di tangan mali dan merenggut lehernya. Jalal hendak mengorok leher Mali tapi tidak jadi, dengan sekuat tenaga dia memukul mata kiri mali hingga dia berteriak kesakitan. Mali jatuh ke tanah dengan mata berdarah. Jalal masih berdiri gagah dengan pedang ditangan meski dengan tubuh terluka parah. Jalal membuang pedang itu dan berkata, “Kau ingin membunuhku? kau tak dapat membunuhku. Kau akan teringat padaku setiap kali kau lihat wajahmu. Aku berharap kau bukan saudara iparku. Aku berharap tidak memikirkan perasaan adik perempuanku.” Jalal mendekati Mali yang terkapar di tanah menahan rasa sakit. Jalal mencengkeram bajunya dan menekan dada mali sambil berkata dengan geram, “kau tahu kenapa kau tak bisa membunuhku? Kau tahu kenapa kau gagal dalam misimu? Karena aku mempunyai doa dari seluruh rakyatku. Karena aku harus memenangi hati istriku, semua itu tidak mengizinkan aku mati. Bahkan jika aku mati hari ini, pejuang dalam diri Jalaluddin Muhammad tidak akan pernah mati. Karena aku telah mendapatkan cinta dari istriku, doa dari rakyatku dan harus melayani bangsaku, hingga tidak ada yang bisa menyentuhku.” Jalal meninggalkan Abul Mali. Abul Mali menggerang kesakitan dan memanggil nama Jalal. Jalal tidak perduli. Dia tetap melangkah pergi. Luka di tubuhnya telah banyak mengeluarkan darah dan membuatnya lemah. Tapi semangat dalam dadanya membuatnya tetap menguatkan diri untuk melangkah. Hingga suatu ketika saat kemampuan tidak lagi sejalan dengan keinginan, Jalal tak sadarkan diri dan ambruk. Tapi sebelum tubuh perkasanya menyentuh tanah beberapa prajurit Amer telah menangkap tubuh itu dan membawanya ke Amer.
Di Amer, ganghaur Pooja berlangsung dengan meriah ~meski tak semeriah saat ada Shivani dan Sukanya~. Para wanita keluarga kerajaan Amer, berdoa di depan patung pasangan Shiva dan Parvati yang di hias bak sepasang pengantin. Dadisa menyodorkan nampan arti pada, Jodha menerimanya. Tapi saat Menawati dan kakisa melakukan arti bersama-sama, Jodha hanya terdiam melamun. Kakisa memanggilnya. Jodha tak mendengar, dia terkenang saat Jala meminta maaf padanya di tepi sungai Yamuna. Kakisa menyengol Jodha dan memanggilnya. Jodha tersentak kaget. Kakisa menyuruhnya melakukan arti. Dalam hati Jodha berkata, “kenapa aku masih memikirkan kaisar? Kenapa aku masih merindukan dia? Aku tak bisa menerima pria yang tidak mempercayai istrinya sendiri. Itu tak mungkin.”
Sinopsis Jodha Akbar episode 223. Di Kamar Jodha, Jalal terbaring di temani tabib dan beberapa pengawal. Jalal tersadar, tabib mendekatinya, Jalal dengan cepat menerkam leher tabib menyangka kalau dia musuhnya. Terdengar suara Bharmal mencegahnya, “Jangan yang mulia. Kau ada diantara orang-orangmu sendiri.” Jalal melepaskan tabib itu dan duduk menyandar di ranjang. Bharmal dan para pangeran menghampirinya. Jalal berkata kalau di ingat dirinya ada dihutan. Bharmal memberitahu Jalal kalau dia dengan diam-diam mengirim beberapa prajurit untuk membuntutinya. Bharmal senang karena keputusannya itu tepat. Jalal menanyakan keadaan Jodha. Bharmal mengatakan kalau Jodha baik-baik saja. Jalal ingin bertemu Jodha. Bharmal berkata kalau Jodha sedang pergi ke danau untuk ganghaur Pooja. Jalal ingin menemuinya. Bharmal mencegah dengan mengatakan dia akan memberi tahu Jalal kalau Jodha sudah kembali nanti. Jalal teringat pertemuan pertamanya dengan Jodha di upacara ganghaur tahun lalu. Jalal memaksa. Akhirnya dengan terpaksa Bharmal memenuhi keinginnya. Dengan di bantu oleh Khangar singh dan adiknya, Bharmal membawa jalal menemui Jodha di danau.
Rombongan Menawati dan Jodha tiba di tepi danau. Mereka segera keluar dari tandu. Menawati memberikan nampan arti pada Jodha dan berkata, “apa kau ingat hujan tahun lalau saat festival? Aku harap itu tak terjadi lagu. jika tidak, puja dan ritual akan terganggu. Ayo..” Menawati mengajak Jodha ke tepi danau. Menawati memberi pengarahan pada Jodha, “Jodha, kau harus menyalakan lampu ini, menghanyutkannya di danau dan buatlah permohonan. Berdoa pada dewa. Mereka bilang dewa akan mengabulkan permohonan seorang wanita yang berdoa dengan setulus hatinya saat ganghaur.” Menawati menyentuh pipi Jodha dengan lembut lalu meninggalkannya. Jodha menatap kepergian Menawati sambil berpikir, “ibu selalu tahu apa yang terbaik untuk anaknya. tahun lalu dia memberitahu aku bahwa orang yang aku lihat di danau akan menjadi pendampingku di masa depan. Aku tahu sekarang dia meminta aku berdoa, karena dia tahu aku sedang tertekan. Seorang ibu mengerti anaknya dengan baik. Terima kasih ibu. Kau selalu ada untukku. Kau ibu terbaik di dunia.” Jodha memberi hormat scara simbolis pada mena dengan menundukan kepala sesaat.
Jalal, di iringi Bharmal dan Pangeran tiba di tepi danau. Meski dengan manahan rasa sakit dan sekali-kali sempoyongan, Jalal tetap menguatkan dirinya. Raja bharmal menegurnya dan memberitahu kalau kondisinya tidak memungkinkan dia untuk berjalan jauh. Jalal berkata kalau dirinya tidak bisa tenang kecuali telah bicara pada Jodha.
Di tepi danau, Jodha menghapus airmatanya dan menyalakan diya. Lalu dia memejamkan mata untuk berdoa. Jalal telah sampai di tangga dan manatap Jodha yang berjongkok di tepi danau di bawahnya. Jodha membuka mata. Alangkah terkejutnya dia saat melihat bayangan jalal di air danau. Jodha terpaku, “yang mulia? Di sini?” Jodha menutup matanya lagi. Jalal hendak menghampiri Jodha, tapi luka di dadanya terasa menyengat hingga dia terduduk menahan sakit. Melihat itu Raja Bharmal dan Pangeran segera membawanya pergi dari tempat itu. Menawati yang melihat Jalal bersama dengan bharmal dan pangeran berkata dalam hati, “kaisar ada di sini? bagaimana? dia tampak terluka.”
Jodha membuka matanya. Bayangan Jalal di air danau sudah hilang. Jodha menoleh keatas, tidak ada siapa-siapa. Jodha berpikir keras. Dia kemudian meletakkan diya di air dan kembali memejamkan mata.
Bharmal dan para pangeran hendak membawa Jalal kembali ke istana. Bharmal berkata kalau dirinya sekarang tidak akan mendengarkan Jalal. Luka-lukanya tak akan sembuh kalau jalal terus memaksakan diri. Jalal adalah kaisar mughal, hidupnya sangat berharga. Bharmal berkata kalau dia tak bicara sebagai komandan pasukanya tapi sebagai mertua. jalal menurut. Menawati menyapa mereka dan menanyakan kondisi Jalal. Bharmal mengatakan kalau Jalal terluka dan memaksa datang karena ingin bicara dengan Jodha, “tapi tak baik dia ada disini dengan kondisi seperi ini. Dan jodha pasti akan khawatir.” Menawati setuju Bharmal membawa Jalal kembali keistana. Bharmal menyuruh para pangeran dan Jalal pergi lebih dulu, sedang dia bicara sebentar dengan menawati. Menawati berkata, “kau tahu Jodha dengan baik, bukan? Dia marah pada yang mulia.” Bharmal menyahut, “menawati, satu-satunya yang aku harapkan adalah mereka saling mendengarkan saat mereka bertemu. Sebagai orang tua, setidaknya itu yang dapat kita lakukan untuk mereka.” Bharmal berkata kalau Jalal membutuhkan dirinya lalu dia pergi meninggalkan menawati.
Sinopsis Jodha Akbar episode 223. Menawati menghampiri Jodha yang masih berjongkok di tepi danau dan mengajaknya pergi kalau sudah selesai berdoa. Jodha mengambil nampanya dan berdiri Jodha berkata pada menawati, “ibu, tahun lalu saat kita kemari, kau mengatakan bahwa orang yang aku lihat di danau akan menjadi suamiku. Kau tahu, ibu? Seperti tahun lalu, hari ini aku juga melihat bayangan orang yang sama, aku melihat yang mulia. AKu tak tahu apakah aku berhalusinasi atau itu pantulan cahaya. Tapi kemanapun aku melihat, aku hanya melihat wajah yang mulia. Tapi barusan, aku tak hanya melihat yang mulia, tapi aku merasa seperti dia hadir di sini.” Mendengar itu, Menawati berkata dalam hati, “Jodha, sebenarnya yang mulia memang datang kesini untuk bertemu denganmu.” Tapi pada Jodha yang di katakan menawati lain lagi, “Jodha, kita datang kesini untuk melakukan ganghaur puja, tapi kenapa kau bicara tentang yang mulia? Kau lupa penghinaanya padamu? Dan bukankah kau sudah memutuskan untuk berpisah dari dia? Kenapa masih memikirkannya?” Dalam hati Jodha menyahut, “aku sudah berusaha keras melupakannya, tapi dia seperti berada di mana-mana. Aku masih terus memikirkannya. Sepertinya pikiran dan perasaanku tidak lagi di bawah kendaliku, ibu. Satu-satunya orang yang aku pikirkan setiap saat adalah dia.” Dalam hati menawati juga berkata, “Jodha, tak peduli apa yang kau katakan, kau tak akan bisa melupakan kaisar. Kau bukan lagi putri Amer. Tapi kau adalah Ratu Jodha dari Agra. Aku sangat gembira.”
Jodha berjalan kekamarnya sambil terus berpikir kenapa dirinya tidak dapat melupakan Jalal, “kenapa gambarannya tertanam sangat dalam di pikiranku. Walaupun aku telah berusaha, tapi aku tak berhasil juga. Kenapa aku terus melihat wahanya di mana-mana?” Jodha membuka pintu kamarnya dan masuk kedalam. Tapi di tengah pintu dia berhenti, dia melihat Jalal terbaring di kasurnya. Jodha terkejut. Dia memejamkan matanya beberapa saat. Saat dia membuka matanya, dia masih melihat Jalal terbaring. Jodha berpikir kalau dia berhalusinasi lagi, “oh Dewi Amba, apa yang terjadi padaku?” Jodha dengan cepat membalikan badan dan bergegas keluar. Karena panik, Jodha menabrak kakisa. Kakisa terkejut, “Jodha? ada apa? Semua baik-baik saja? kau buru-buru mau kemana?” Jalal yang mendengar keributan di luar kamarnya terbangun. Jodha menepuk keningnya dengan panik dan berkata, “entahlah, bibi. Aku tak mengerti apa yang terjadi padaku. Aku terus melihat wajah yang mulia kemanapun aku pergi. saat aku melakukan puja aku melihat bayangan dia. Dan sekarang aku melihatnya di kamar tidurku. Kenapa aku terus berhalusinasi?” Dari dalam kamar terdengar suara jalal memanggil Jodha. Kakisa melirik ke kamar Jodha dan melihat jalal. Tapi Jodha tambah panik, “apa kau dengar itu? Oh dewi amba, sekarang aku mulai mendengar suaranya.” Di kamar Jalal bangkit dari tempat tidur. Kakisa melihat itu dan menenangkan Jodha, “Jodha, itu tak mungkin terjadi. ~kakisa melirik ke kamar Jodha sambil tersenyum~ Aku harus pergi. Ambil bunga ini.” Jodha mengambil bunga itu dan coba menahan kakisa, tapi kakisa sudah pergi. Jodha masuk ke kamarnya lagi. Kali ini dia tidak melihat Jalal di ranjangnya. Jodha menarik nafas lega.
Tiba-tiba Jalal muncul di belakangnya dan memanggil, “Ratu Jodha.” Jodha kembali panik, “apa yang terjadi padaku, Dewa Krishna? Kenapa aku terus mendengar suaranya?” Jalal menyentuh pundak Jodha dan berkata, ” Ratu Jodha, aku ingin bicara padamu.” Johda menepis tangan itu dan membalikan badan. Dia terkejut melihat Jalal berdiri di depannya. Jodha menatap Jalal dengan tatapan tak percaya dan bertanya, “Yang mulia, bagaimana kau bisa ada di sini?” Jalal menjawab kalau dirinya tak akan tenang kecuali sudah bicara Jodha. Jodha menyahut, “sudah berapa kali aku bilang, aku tak mau kembali ke Agra bersamamu. Dan aku tak ingin bicara padamu.” jalal tertunduk tak menyahut. Jodha bertanya, “apa yang kau lakukan dikamarku?” jalal memberitahu Jodha kalau Raja Bahrmal memintanya beristirahat dikamar ini. Aku tahu kemarahanmu benar-benar layak. Aku membuat kesalahan. Aku hanya ingin bicara padamu sekali lagi…” Terdengar suara Bharmal memanggil Jalal, dia sudah berdiri di pintu. Jalal mempersilahkan Raja Bharmal masuk. Bahrmal berkata, “Maafkan aku karena mengganggumu.Tapi tabib memintamu untuk beristirahat. Kenapa kau bangun?” Jalal menjawab, ‘aku tidur dengan tenang. Lalu seseorang mengganggu tidurku.” Jodha tertunduk dengan sedikit rasa bersalah. Bahmal menatap Jodha dan berkata pada Jalal, “jika kau izinkan, aku ingin bicara pada Jodha.” Jalal tentu saja mengizinkan. Dia menyuruh Jodha bicara pada Bharmal. Sebelum pergi, Bharmal menyuruh Jalal istirahat.
Sinopsis Jodha Akbar episode 223. Jodha mengikuti Bharmal, setelah cukup jauh dari kamarnya dia berkata pada Bharmal, “Ayah, apa yang kaisar lakukan di kamarku? dan bagaimana dia terluka?” Bharmal menceritakan apa yang sudah terjadi pada Jalal, “…lukanya perlu diobati. karena itu aku meminta dia untuk beristirahat di kamarmu.” Jodha berkata, “kau sudah tahu, ayah. Aku tak ingin tinggal bersamanya.” Bharmal meminta Jodha agar belajar mengendalikan amarahnya, “aku tahu kau kesal pada suamimu. Tapi selain suamimu, dia juga adalah kaisar di kerajaan ini. Kau tahu selama beberapa hari dia terus menerus mencarimu? Dia ingin berbicara padamu, tapi kau tidak siap untuk itu. Baiklah, kalau kau tak mau menjaga yang mulia, tak apa. Aku tidak memaksa. Kau bisa pindah ke kamar lain. Tapi aku ingin kau merenungkan sesuatu. Apakah kau masih Jodha yang sama yang melanggar semua aturan hanya untuk menyelamatkan seekor burung merpati? Suamimu sedang terluka sekarang. Tapi kau terlalu keras kepala dan tak perduli padanya..” Dengan marah Bharmal meninggalkan Jodha yang berdiri terpaku tak tahu harus berbuat apa. Satu sisi dia marah pada Jalal, di sisi lain Bharmal marah padanya.
Menawati sedang menjelaskan pada pelayan apa yang harus di lakukan mereka untuk membuat jalal merasa nyaman tinggal di Amer. Jodha berdiri memperhatikannya. Menawati melihat Jodha. Dia menyapa dan menghampirinya, “Jodha, kau…kenapa kau ada di sini? Pergilah ke kamarmu untuk beristirahat.” Jodha memberitahu menawati kalau dia tidak ingin mengganggu tidur Jalal, karena itu dia kemari. Menawati tersenyum dan berkata, “kau melakukan hal yang tepat. Jodha, saat ini, yang mulia adalah tamu kita. Menurut tradisi Rajput, kita harus memberikan keramahan terbaik pada tamu kita. Ayahmu mengatakan padaku bahwa dia ingin kau menjaga yang mulia karena dia sedang terluka. Tapi aku melarangnya. Kenapa kau harus mengurus dia kalau kau tak ingin? Karena itu, kupikir aku harus meminta pelayan untuk memindahkan barang-barangmu dari kamarmu ke kamarku. tak apa kan?” Jodha dengan cepat menyahut, “tidak. Tidak usah bu. Ayah benar. yang mulia adalah tamu kita, dan dia sedang terluka. Itu tugasku untuk menjaganya. Tolong jangan khawatir, aku akan mengurus semuanya.” Mendengar kata-kata Jodha menawati terlihat senang dia memanggil semua pelayan. Dan meminta mereka untuk mengikuti semua perintah Jodha. Jodha memyuruh pelayan mengirim susu badan dan permainan chausar kepada Jalal. Menawati berkata pada pelayan, “pastikan semua yang baru saja rajkumari Jodha katakan, terlaksana. Kalian boleh pergi.” Jodha pun pergi meninggalkan menawati. Menawati menatap kepergian Jodha sambil berkata, “Jodha dapat berpura-pura dia marah pada yang mulia. tapi aku tahu dia benar-benar mencintainya. Dia kesal karena dia ingin yang mulia minta maaf dan membujuknya. Dengan karunia dewi, semua akan baik-baik saja. Tolong berkati anakku, dewi!” Sinopsis Jodha Akbar episode 224