Sinopsis Jodha Akbar episode 227 by Jonathan Bay. Jodha Sedang duduk termenung di kamarnya ketika pintu di gedor dari luar. Jodha bertanya siapa itu? Shehnaz menyahut kalau itu dirinya. Jodha menyuruhnya masuk. Begitu membuka pintu, Shehnaz mulai mengeluarkan tawa merdunya sambil memanggil nama Jodha. Shehnaz yang tertawa-tawa bahagia membuat Jodha terganggu. Dengan rasa ingin tahu Jodha bertanya, “kenapa kau tertawa?” Dengan polos shehnaz menjawab kalau dia menertawakan kebodohan Jodha. Jodha dengan sedikit tersinggung berkata, “kau adalah temanku, tapi kenapa kau menertawakan aku?” Shehnaz duduk di lantai dengan wajah menegadah menatap Jodha, “karena temanmu itulah maka sudah menjadi tugasku untuk menyadarkan mu atas apa yang telah kau lakukan.” Jodha meminta Shehnaz memberitahunya apa yang sudah dia lakukan. Shehnaz berkata, “kekasihmu datang jauh-jauh padamu, tapi kau menolaknya. Apakah kau sudah tidak mencintainya lagi?” Dnegan tatapan nanar Jodha menjawab, “tidak. Malah sebaliknya, aku rasa aku mencintainya lebih dari sebelumnya.” Shehnaz bertanya, “kalau begitu kenapa kau tidak pergi ke Agra bersamanya?” Jodha menjawab, “karena aku tidak tahan dengan semua itu,” Shehnaz menyela, “apa maksudmu?” Jodha berdiri, “aku telah melihat sisi baik yang mulia. Di adalah pria yang lembut dan baik hati. Dia juga pemberani. Kami sering bertengkar dulu. Tapi setiap kali itu terjadi, dia selalu mencoba mencari kebenarannya, baru setelah itu dia membuat keputusan. Tapi kali ini, tanpa mencoba mencari tahu kebenarannya, dia menuduhku tidak setia dan mengusirku dari Agra. Aku tak sanggup menghadapi penghinaan seperti itu lagi.” Shehnaz menghampiri Jodha, “bunga mawar selalu memberikan wanginya, walau durinya kadang menyakiti kita. Tapi bukan berarti kita berhenti menghargai keindahannya.” Shehnaz menyodorkan selembar kain hijau kearah Jodha. Jodha menatap kain itu dengan heran dan bertanya, “apa ini?” Shehnaz sambil tersenyum mengamati kain di tangannya dan menjawab, “ini milik hatimu, milik cintamu, milik yang muliamu. Dia lupa membawa ini. Atau mungkin dia meninggalkan kain ini di sini dengan sengaja agar kau selalu ingat padanya.” Jodha mengambil kain itu dari tangan Shehnaz. Shehnaz sambil tersenyum meninggalkan Jodha. Jodha menatap kain itu dan mendekapnya di dada.
Atgah khan duduk dengan gelisah di kamarnya. Jiji anga melihat itu dan bertanya, “ada apa? Yang mulia sudah kembali ke istana dengan selamat. lalu kenapa kau terlihat khawatir? Tolong katakan sesuatu.” Atgah dengan sedikit emosi berkata, “untuk pertama kalinya dalam hidupku aku merasa tidak pantas duduk di posisi ini.” Jiji anga bertanya apa yang membuat atgah meragukan kemampuannya sendiri? Atgah kemudian memberi tahu jiji anga semua yang di ketahuinya tentang Maham, dilawar khan, Sujamal dan konspirasi yang terjadi. Setelah bercerita atgah berkata, “aku tidak mengerti harus bagaimana. Yang mulia sudah sangat stress, jika aku beritahu dia tentang hal ini, dia akan semakin stress. Tapi jika aku tidak mengatakannya, aku merasa telah mengkhianatinya. Yang mulia sangat menghormati Mahan anga.” Jiji anga menyahut, “kau benar. Setiap orang tahu bahwa yang mulia sangat menyayangi Maham anga. Dia adalah pengasuh Yang Mulia. Tapi maham bisa melakukan apapun untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Semua orang tahu itu.” Atgah mengatakan kalau itulah yang tidak dia mengerti, apa motif maham melakukan semua ini, pasti bukan untuk menyakiti yang mulia. Jiji menduga kalau maham melakukan itu semua untuk menyakiti Jodha, karena maham tidak pernah suka pada Jodha. Tujuannya pasti untuk merusak hubungan Jalal dan Jodha, “dan mungkin karena itu Ratu Jodha menolak untuk kembali ke Agra.”
Sinopsis Jodha Akbar episode 227. Jalal sedang berdiri di depan timbangan besar. Atgah menemuinya dan memberi salam. Jalal membalas salam atgah dan bertanya, “aku tidak memanggilmu, kenapa kau ada di sini di malam seperti ini. Apakah ada sesuatu yang penting? Katakan padaku!” Atgah khan memberitahu jalal kalau Athemad dan Dilawar yang asli datang menemuinya dan memberitau sesuatu yang aneh tentang Maham anga. Atgah menceritakan semua yang diketahuinya. Jalal telihat tegang dan marah. Atgah berkata, “berdasarkan informasi ini, sudah jelas bahwa Maham anga tahu kalau seorang Rajput datang ke istana menyamar sebagai kasim. Mungkin dia juga tau kalau orang itu adalah Sujamal dan mengizinkan dia bekerja di harem.” Jalal menghunus pedangnya dan berteriak, “Atgah shahab!” Atgah menundukan kepalanya di depan Jalal siap menerima hukuman darinya. Jalal berkata, “kau adalah penasehat kepercayaanku, tapi orang yang kau tuduh melakukan kejahatan ini bukan hanya perdana menteri kerajaan ini tapi juga ibu angkatku.” Atgah dengan tenang menjawab, “aku tahu, Yang Mulia. Tapi jika informasi yang aku berikan padamu terbukti palsu, kau bisa menghukum mati aku.” Jalal membuang pedangnya dengan geram dan berkata, “panggilkan maham anga dan beritahu dia aku ingin segera menemuinya di ruang sidang.”
Jalal di temani Atgah menunggu maham di ruang sidang. Jalal hilir mudik dengan gelisah. Maham datang dan memberi salam pada Jalal. Dia bertanya, “kau memanggilku ke persidangan sekarang, apa ada sesuatu yang penting?” Jalal menyuruh Atgah khan pergi, karena dia ingin bicara berdua dengan maham. Atgah memberi salam lalu pergi. Maham menatap Jalal dengan khawatir. Jalal dengan wajah tanpa kompromi mendekati maham dan berkata, “Maham anga, perdana menteri, kau di panggil ke sini untuk di tanyai tentang msalah yang penting.” Maham dengan khawatir dan heran berkata, “kau tidak pernah memanggilku seperti ini. Ada apa? Apa ada yang tidak beres?” Jalal berkata kalau hari ini, dia berada di depan maham tidak sebagai anak asuhnya, tetapi sebagai Kaisar yang ingin menanyakan beberapa pertanyaan, “dan kau akan menjawab pertanyaan itu dengan jujur.” Maham menyahut, “seperti yang kau perintahkan Yang Mulia.” Jalal bertanya apakah Maham tahu kalau kasim yang menyamar sebagai dilawar adalah seorang Rajput? Maham dengan senyum ragu-ragu mengelak, “bagaimana aku bisa tahu itu?” Jalal mengamati Maham sebentar lalu memanggil Atgah khan agar membawa dilawar masuk kedalam. Dilawar masuk keruang sidang di dampingi seoarang pengawal. Jalal melihat kearah Dilawar, begitu pula maham anga, maham terlihat kaget, rasa was-was mulai terlihat nyata di wajahnya. Jalal menunjuk dilawar dan bertanya pada Maham, “apakah kau kenal dia? Apa kau pernah bertemu dengannya?” Maham menjawab, “tidak. ~ Maham menatap Dilawar lagi~ kalau di pikir-pikir, aku pernah melihatnya. Yang aku ingat, aku rasa, dia adalah…~ maham mncoba berbohong~ aku …aku mengirimnya kembali karena merasa dia tidak cocok bekerja di sini. Kenapa?” Jalal berkata, “bagaimana kalau aku memberitahu mu kalau dia adalah Dilawar khan yang asli yang datang mengeluh padamu kalau dilawar khan yang berkerja di istana adalah seorang penipu. Ngomong-ngomong, aku siap percaya jika kau lupa tentang masalah ini. Tapi apa kau menyangkal kalau merekrut kasim adalah tanggung jawabmu dan adalah tugasmu untuk memeriksa latar belakang mereka?” Maham mengakui kalau itu adalah tanggung jawabnya, “tapi, maafkan aku, yang mulia. AKu tidak bisa memeriksa latar belakang semua kasim. Aku mempekerjakan orang lain untuk melakukan itu. Mereka bisa saja membuat kesalahan. Tapi sekarang kita sudah tahu bahwa pria itu bukan dilawar khan, dia adalah Sujamal.” Jalal dengan menahan geram, menyuruh Dilawar khan pergi dan bertanya, “apa mungkin kau sudah tahu kalau penipu itu adalah sujamal tapi kau tetap membiarkannya masuk ke istana?” Merasa Maham tersudut denga pertanyaan jalal, maham balik bertanya, “apa maksud mu dengan berkata begitu, Yang mulia? Aku seperti ibumu sendiri.” jalal berteriak, “tidak, perdana menteri! Saat ini, aku di sini sebagai seorang kaisar dan kau di sini sebagai seorang tersangka. Jadi tolong jangan bicarakan tentang masalah hubungan pribadi di sini. Jadi pikir sebelum kau menjawab, perdana menteri, karena satu saja jawaban salah, bisa merubah posisimu dari tersangka menjadi terdakwa.” Maham mengatakan kalau jawabannya masih sama, dia tidak tahu Sujamal menyamar sebagai seorang kasim. Jalal berkata, “mungkin kau benar. Karena Sujamal sudah telihat di Badawar, benarkan?” Mendengar itu maham tertawa, dan kekhawatirannya hilang, “benar. Informan itu bilang semuanya di hadapanmu, aku harap kau ingat siapa dia.” Dengan nada ironis, Jalal juga tertawa senang dan berkata kalau dia masih ingat semua itu, “aku masih ingat informasinya dan aku ingat siapa informannya.” Maham kembali terlihat khawatir tapi masih mencoba untuk tersenyum. Jalal menepuk tanganya, seorang pria di bawah menghadap jalal oleh pengawal. Maham melihat orang itu dan terkejut. Dia teringat bagaimana dia menemui orang itu dan menyuruhnya berkata bohong tentang Sujamal. Lelaki itu memberi Jalal salam. Dia terlihat ketakutan. Maham memberinya tatapan yang mengintimidasi. Lelaki itu tertunduk takut. Pada lelaki itu Jalal bertanya, “apa benar bahwa Sujamal terlihat di Badawar?” Lelaki itu menatap Maham, Maham memberinya isyarat, melijhat itu Jalal mencabut pedangnya dan menghunusnya dileher lelaki itu sambil berkata, “kau seharusnya takut padaku, bukan pada perdana menteri. Jika kau berkata bohong, aku akan memenggalmu sekarang juga.” Lelaki itu kemudain bersimpuh di depan Jalal sambil memohon ampun, “ampuni aku yang mulia. Aku tidak melakukan kesalahan apapun! Seseorang memintaku untuk mengatakan kebohongan tentang Sujamal kalau tidak aku akan di bunuh. Ampuni aku, yang mulia.” Jalal bertanya, “siapa yang menyuruhmu memberikan informasi palsu padaku?” Lelaki itu terlihat ragu-ragu untuk mengatakannya. Maham dengan bibir gemetar memberi isyarat dengan menggelengkan kepala. Jalal mendekatkan pedangnya keleher lelaki itu, dengan cepat lelaki itu menjawab kalau yang menyuruhnya adalah perdana menteri. Jalal terlihat sangat terpukul. Jalal menyuruh pengawal membawa lelaki itu keluar.
Sinopsis Jodha Akbar episode 227. Jalal mengabaikan Maham yang berdiri di belakangnya dan melangkah ke singasana dan terduduk di sana dengan wajah kecewa dan terluka. Jalal berguman, “aku tidak bisa percaya bahwa orang yang melukaiku adalah orang yang selalu meindungi aku sepanjang hidupku. Ibu asuhku.” Maham dengan ragu-ragu berkata, “Jalal anakku…” Jalal mengangkat tangannya sebagai isyarat kalau dia tak mau mendengarnya. Maham langsung diam. Jalal berkata, “kau tau kebenarannya…~ Jalal menatap maham dengan geram lalu berdiri mengampirinya dengan amarah yang meluap-luap~ Selain tahu kalau penipu itu adalah Sujamal, kau juga membiarkan dia masuk ke istana! Bahkan saat aku mencurigainya, kau tau bahwa dia adalah Sujamal. Dan kau biarkan aku berpikir kalau ratu Joda punya hubungan dengan pria itu. Kau menipuku dan menghasutku untuk mencurigainya dan mengikutinya. Kau tau semuanya. ~jalal menunjuk Maham dengan marah~ kau… orang yang paling aku percaya! Aku menghormatimu melebihi ibuku sendiri. Tapi kau…kau mengkhianati aku! Abul mali menyerang dan melukai aku. Tapi luka yang kau buat akan membekas dihatiku selamanya. Kenapa kau melakukan ini padaku? Kenapa kau melukai aku? Kenapa kau berkonspirasi melawan ratu Jodha? Aku tahu kadang wanita saling iri, tapi bukan berarti bisa berbuat hal serendah ini. Untuk balas dendam dan menyakiti wanita lain. Bahkan ratu Ruqaiya tidak begitu membenci ratu Jodha. Kau pengasuhku! Aku mencintaimu seperti seorang ibu. Aku memperlakukanmu dengan hormat. Aku menjadikanmu perdana menteri, apalagi yang kau inginkan?” Maham dengan suara tenang menjawab, “kau belum melakukan apapun untukku. Kau tidak memberikan aku apapun. ~Jalal menatap Maham dengan tatapan tak percaya~ Jangan tatap aku seperti itu. Mengingat apa yang aku lakukan padamu, kau tidak pernah membalas jasaku! Aku yang melakukan banyak hal untukmu! Aku alasan kau hidup sampai saat ini! Bukan hanya aku, bahkan Bairam Kan melakukan hal yang sama untukmu. Kau hanya anak berumur empat belas tahun. Kau menjadi kaisar hanya karena aku dan Bairam Kan. Bairam Khan dan aku yang melindungimu dari semua bahaya! Hari ini kau ada di posisi ini karena aku dan Bairam kan. Katakan padaku, apa kau ingat siapa kau sebelum kami melatihmu? Bairam khan dan aku yang melatihmu menjadi seperti kau hari ini. Kau mewarisi tahta hanya karena kau punya darah bangsawan. Dan aku tidak bisa menjadi ratu karena di darahku mengalir darah pelayan. Satu-satunya yang bisa aku lakukan adalah mengikuti perintah dari bangsawan sepertimu. Aku sudah melayanimu bertahun-tahun. Aku mencintaimu dan merawatmu seperi putraku sendiri. “
Maham takbisa lagi menahan air matanya, denganhisteri sdia berkata, “Bairam khan dan aku mengajarkanmu bagaimana menjadi pemimpin, mengajarimu politik dan strategi peperangan. Tapi apa yang kau berikan padaku sebagai balasannya? Kau memperlakukan aku sebagai ibumu, itu saja. Kau katakan kau mengangkatku sebagai perdana menteri? Maafkan aku yang mulia, kau tidak memberikan aku posisi perdana menteri sebagai sebuah hadiah. Kau tahu aku bijaksana, pemberani dan bisa diandalkan. Itulah alasannya kenapa kau menjadikan aku seorang perdana menteri. Jika aku tidak punya kemampuan itu, kau tidak akan menjadikan aku perdana menteri. Posisiku akan sama saja seperti pengasuh yang lain. Koreksi aku jika salah. Aku mencintaimu seperti putraku dari dulu hingga sekarang dan sampai nanti. Tapi aku tidak bisa terima jika ratu Rajput yang kau anggap menawan itu mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku. Aku mendapatkan posisi dan reputasi ini setelah mengabdi di kerajaan mughal selama bertahu-tahun. Aku tidak akan membiarkan wanita rajvanshi itu mengambil semua itu dariku hanya karena dia beruntung menikahi seorang kaisar. Hanya beberapa bulan sejak dia datang dalam hidupmu, kau mulai mempercayainya. Ya, aku yang berkonspirasi melawan ratu Jodha. Hari ini aku akan mengakui semuanya di depanmu. Bukan hanya sekali ini, aku sudah sering melakukannya untuk membuat ratu Jodha jatuh. Aku ingin kau melupakan dia. Aku ingin dia meninggalkan mu, pergi dari istana ini dan tidak pernah kembali ke Agra. Itu karena kau mulai mencintainya. Kau percaya dengan semua perkataan Ratu Jodha. Tapi kau menolak untuk mempercayaiku. Seluruh perhatianmu hanya untuk Ratu Jodha. Selama hidupku aku lebih memperhatikanmu melebihi putraku sendiri, Adham Khan. Aku tidak terima kau lebih mencintinya ketimbang aku. Aku akan melayanimu sampai mati, tapi ada satu hal yang harus kau ketahui Jalal, kau hanya anak-anak ketika aku dan Bairam menyelamatkanmu. Bairam bahkan tidak peduli kalau orang-orang yang memburumu dapat saja membunuhnya terlebih dahulu. Tapi apa yang kau berikan sebagai balasan? kau mengusirnya dan memintanya pergi ke Mekkah dan dia mati dalam perjalanannya, dia bahkan tidak mendapatkan air ketika sedang sekarat. Kau bisa memanggilnya kembali kalau kau mau, tapi tidak kau lakukan. Tidak Jalal, tidak! Aku tidak akan terima perlakuan seperti itu, terutama untuk ratu Rajvansi yang kau cintai itu. Sejak kapan kau menjadi begitu emosional? Kau menganggapku sebagai ibumu, bukan? Kau katakan kau sangat mencintai aku, dan kau menghormati aku lebih dari kau menghormati ibumu sendiri. Jika begitu, mengapa sikapmu berubah padaku sejak kedatangan ratu Jodha? Kenapa kau menjauh dariku, jalal? Hanya kau yang bisa menjawab pertanyaan itu. Katakan sesuatu, kenapa hal seperti ini terjadi setelah seorang pria menikah, dia menjauhkan diri dari ibunya? Kenapa seorang anak tidak bisa melihat cinta ibunya di hadapan istrinya? Seorang ibu memberikan banyak pengorbanan, jalal. Tapi anak tidak.” tangis Maham semakin menjadi-jadi. Jalal pun menangis dan menatap Maham dengan tatapan sangat terluka. Maham melanjutkan, “Aku tak mau kau membalas bantuanku, pengorbananku dengan memintaku pergi ke mekkah sharif Aku tak mau mengalami nasib yang sama seperti bairam khan. Aku tidak bisa menerima itu! Karena itulah aku melakukan konspirasi ini! Dan aku bersumpah pada tuhan, bahwa aku tidak menyesal melakukan apa yang aku telah lakukan. Bairam khan dan aku mengajarimu bahwa kata-kata kaisar adalah hukum. Jika setelah apa yang aku katakan hari ini, kau memutuskan untuk memenggalku, aku akan berdiri di sini dengan kepala tegak. Ayo pengallah kepalaku! Kau bisa melupakan semua kesetiaanku, pengorbanan dan bantuanku. Tapi aku akan tetap teguh pada perkataanku. Aku tidak menyesal melakukan apa yang aku lakukan!” Jalal sambil menahan tangis berkata, “aku tidak akan mengambil posisimu atau menghukum mati dirimu. Tapi aku ingin memberitahumu bahwa hari ini, kau kehilangan sesuatu yang pernah dekat dengan hatimu. Hari ini kau telah kehilangan anakmu!” Maham terpaku tak percaya…bahkan setelah apa yang dia lakukan, dia katakan dan diakuinya, dia tak bisa percaya kalau jalal akan menghukumnya dengan tidak lagi menganggapnya sebagai ibu….Sinopsis Jodha Akbar episode 228