Sinopsis Jodha Akbar episode 367 by Sally Diandra. Ketika sedang berkumpul di bale bale istana ditengah taman, Jalal mengatakan kepada para menterinya bahwa semua orang yang berhubungan dengan istana, baik keluarga kerajaan maupun yang bekerja diistana bisa berpartisipasi di Meena Bazar, Jalal lalu menyuruh Maan Sigh untuk menjaga keamanan karena Salim akan berada disana juga, lalu dia berlalu dari sana.
Di kamar Rukayah, saat itu Rukayah sedang asyik menghisap ‘Hookah’ (semacam rokok), dia teringat ketika Jalal mengatakan bahwa hanya permpuan yang mempunyai anak yang bisa ikut berpartisipasi di Meena Bazar, dalam hatinya berfikir : “Aku harus bisa mempengaruhi keputusan Jalal, bagaimana bisa dia berbuat seperti itu”
Dikamar Jodha, Jodha sedang menggerutu pada dirinya sendiri, dia merasa kalo Jalal telah berlaku tidak adil tadi pada saat pertemuan dengan para Ratu yang lain, tak berapa lama kemudian Jalal menemui Jodha dikamarnya. Jodha langsung bertanya pada Jalal.
“Bagaimana kamu bisa mengatakan bahwa hanya perempuan yang mempunyai anak yang bisa ikut berpartisipasi dalam bazaar nanti, Yang Mulia ?” kata Jodha, “Yaaa … aku hanya mencoba membuat anak anak bahagia, itu saja” ujar Jalal, “Lalu bagaimana dengan yang lain ? mereka pasti terluka, Yang Mulia … banyak istri istrimu yang lain yang tidak mempunyai anak, yaa … aku tahu kalo Salim adalah anak Ratu Rukayah juga tapi dia pasti juga terluka” jelas Jodha, “Mashaallah … aku tidak pernah berfikiran seperti itu, Ratu Jodha … aku tidak bermaksud seperti itu” kata Jalal
Dikamar Rukayah, “Apa yang akan anda lakukan Ratu Rukayah ?” tanya Reesham, “Apa yang seharusnya terjadi, terjadilah” ujar Rukayah, lalu dia menyuruh Reesham untuk mengisi kembali Hookahnya dan tersenyum sinis, kemudian dia berlalu dari sana.
DikamarJodha, “Kalau begitu biar aku bilang sama Ratu Rukayah” ujar Jalal, “Yang Mulia, aku punya satu ide bagus, Ratu Rukayah tetap bisa satu kios bersama Salim karena dia kan juga punya hak atas Salim” kata Jodha tepat pada saat itu Rukayah datang menemui mereka dan berkata : “Yaaa … itu benar apa yang dikatakan Ratu Jodha, Yang Mulia” ujar Rukayah, “Begini … dengarkan aku Ratu Rukayah …” belum selesai Jalal mengutarakan maksudnya, Rukayah langsung memotong pembicaraannya,
“Yang Mulia, kamu bilang bahwa hanya ibu yang punya anak yang bisa ikut berpartisipasi dengan anak anak mereka di Meena Bazar tapi ini tidak akan adil buat Ratu Jodha, jika dia tidak ikut berpastisipasi juga” kata Rukayah … “Salim adalah anak kami berdua jadi jika kamu setuju, Yang Mulia … kami berdua akan ikut berpartisipasi bareng Salim di Meena Bazar, kami akan satu kios bersama sama” kata Rukayah,
“Waaah … itu ide yang bagus, aku setuju” ujar Jodha sambil tersenyum bahagia, “Kita akan membuat kios Salim menjadi kios yang terbaik, kita harus mendukung Salim supaya bisa menang” kata Rukayah, “Yaaa … itu bagus, aku setuju tapi jangan lupa jangan menganggap remeh kios anak anak yang lain, Ratu Rukayah” kata Jodha sambil tersenyum, Jalalpun ikut tersenyum, sedangkan Ratu Rukayah hanya diam saja memperhatikan mereka berdua.
Meena Bazar akhirnya dibuka juga, anak anak berusaha menjual barang barang mereka ke orang orang yang datang mengunjungi kesana. Danial dan Murad berada dalam satu kios, ibu Danial (Shahi) menemui Salima, “Terima kasih Ratu Salima, kamu telah mengijinkan Danial ikut dalam kios kamu” ujar Shahi, “Tidak apa apa, bagaimanapun juga … Danial kan juga anak Yang Mulia Raja” ujar Salima
Salim menaruh banyak sekali barang di dalam kiosnya, dia berusaha menawarkan barang barang tersebut pada orang orang yang mengunjungi kiosnya, Jodha dan Rukayah tampak tersenyum bahagia melihat tingkah laku Salim. Semua perempuan mengunjungi kiosnya. “Ratu Rukayah, kalau saja Salim tidak bisa menjual semua barang barang ini, kita saja nanti yang akan membeli semuanya, bagaimana ?” kata Jodha,
“Rasanya semua barang ini akan terjual habis, Ratu Jodha … lihat cara Salim menjual barang barang ini” kata Rukayah. Beberapa wanita yang mengunjungi kios Salim mengatakan : “Pangeran … kami akan membeli barang barangmu ini tapi dengan syarat kamu harus mencium tangan kami, bagaimana ?” kata wanita tersebut, “Waaah ,,, anda menyuap saya yaaa, tapi baiklah … karena anda tinggal di lingkungan istana saya, saya setuju” ujar Salim,
kemudian Salim mulai melayani pelanggannya yang membeli barang barangnya dan mencium tangan mereka. Tak berapa lama kemudian Jalal mengunjungi kiosnya, “Waah … bagus sekali kamu menjual barang barang ini, Sekhu Baba” kata Jalal, “Kamu tahu, Ratu Rukayah … hari ini aku bahagia sekali, karena biasanya kamu dan Jodha selalu saling bersaing satu sama lain di Meena Bazar tapi kali ini kalian berdua bekerja bersama sama” ujar Jalal sambil memandang kedua istrinya, sementara Jodha dan Rukayah hanya tersenyum saja .
Lalu, Salim memintanya untuk membeli sesuatu di kiosnya, Jalal pun membeli salah satu barang Salim dan memberinya koin emas ke Salim, ketika Jalal hendak meninggalkan kiosnya tiba tiba “Berhenti dulu, Yang Mulia” kata Salim lalu dia mencium tangan ayahnya, “Buat siapa saja yang mengunjungi kiosku ini, aku akan memberikan hadiah ini pada mereka yaitu mencium tangan mereka” ujar Salim lagi … “Oooh ,,, jadi kamu tahu sekali yaa bagaimana caranya menarik perhatian orang orang, ayah suka itu” ujar Jalal sambil mencium kening putranya dan berlalu dari sana.
Jodha sangat senang sekali melihat tingkah laku anaknya itu, dilihat terus seperti itu oleh Jodha lalu tiba tiba saja Salim bilang ke Jodha : “Ibu …. Aku tidak mau berbicara dengan ibu” kata Salim, “Haiii …. Kamu sudah mengatakan hal itu berulang kali ke ibu” kata Jodha sambil tersenyum.
Haidar memenuhi kiosnya dengan mainan mainan yang terbuat dari tanah liat, kemudian dia merusak salah satu mainan tersebut. “Haidar ! apa yang kamu lakukan ???” tanya Javeda, “Mainan mainan kita tidak untuk dijual, ibu ! ini adalah penghinaan buat kita, bu !” ujar Haidar, “Bukan seperti itu, nak … kamu ingat kan dulu ,,, ketika banyak orang mengunjungi kios kita” kata Javeda, “Ini semua cuma sandiwara untuk menyenangkan hati Salim saja, ibu” kata Haidar lagi sambil menginjak injak mainan yang sudah dibantingnya tadi dengan nada marah.
Zil Bahar datang ke Meena Bazar, lalu dia menunjukkan surat undangan ke Reesham yang berdiri di pintu gerbang Meena Bazar, “Suami saya Rashid bekerja di group musiknya Tansen di istana” kata Zil Bahar, “Baiklah … biarkan dia masuk !” ujar Reesham, Zil Bahar masuk bersama dengan Anarkali dan Sakina temannya juga ikut masuk bersama ibunya. Zil Bahar memberi Anarkali sejumlah uang untuk membeli benda yang dia suka.
Mereka berdua Anarkali dan Sakina masuk ke dalam Meena Bazar, lalu mereka melihat banyak orang berkerumun memenuhi kios Salim, Sakina mengajak Anarkali untuk melihat kios Salim dari dekat, “Lihat, Anarkali … Pangeran Salim menjual barang barang juga” kata Sakina, “Hhhh … dia memanggil dirinya seorang Raja dan sekarang dia berjualan barang disini !” ujar Anarkali, “Ini Meena Bazar, Anarkali … keluarga kerajaan memang membuka kiosnya disini” ujar Sakina lagi, “Lihat, Sakina … dia mencium tangan perempuan perempuan itu” kata Anarkali,
“Kalo gitu … ayooo kita beli sesuatu di kiosnya” ajak Sakina, “Dia sudah menjual semua barangnya, semua orang yang datang ke kiosnya itu karena ingin melihat Pangeran Salim dari dekat, apalagi Mariam Uz Zamani juga bersama dengan dia, sudah … kita pergi saja dari sini ! kita cari sesuatu yang bisa dimakan, ayook !!!” kata Anarkali
Danial dan Murad saat itu menjual laddos (ladu/manisan), Danial asyiik memakan ladu ladu itu, “Danial ! berhenti ! jangan makan ladu ladu itu terus ! kita kan sedang menjualnya !” ujar Murad, kemudian Danial mengambil salah satu kalung emasnya, “Kalau begitu, aku beli semua ladu ladu ini sekarang !” kata Danial sambil menyerahkan kalung emasnya itu ke Murad, “Yaa ampuuun Danial … kamu memberi aku sebuah kalung emas pemberian ibumu ini untuk ladu ladu itu ? “ tanya Murad,“Iyaa … untuk ladu aku juga bisa menjual kamu juga” kata Danial senang, Murad cuma bisa keheranan.
Sesaat kemudian Anarkali dan Sakina mengunjungi kios Murad dan Danial, mereka berdua ingin membeli ladu, tapi saat itu Murad dan Danial sedang asyik bertengkar. “Heiii ,,, anak anak jangan bertengkar, lihat ada yang mau membeli ladu kalian” kata Salima sambil merelai Murad dan Danial,
Danial langsung melihat Anarkali “Iiiih ! itu kan gadis yang jahat ! kami tidak akan memberikannya apapun !” ujar Danial lagi … “Sudah pergi saja kamu dari sini !” usir Murad sambil mengusir Anarkali dan Sakina pergi, “Anak anak … jangan bicara seperti itu ! dia datang kesini untuk membeli ladu, ayooo berikan padanya” kata Salima, “Apa yang ingin kamu beli ?” tanya Murad,
“Kami mau beli ladu” kata Sakina dan Anarkali, kemudian Murad mencoba menghitung berapa banyak uang yang dibutuhkan untuk ladu ladunya ini, sementara itu Danial menaruh satu per satu ladu ladu tersebut didalam sebuah wadah, di sebrang kios Salim melihat Anarkali sedang berada di kios Murad, kemudian Salim memandang ke arah Anarkali, Anarkalipun membalas menatap ke arah Salim, mereka berdua saling menatap tidak suka satu sama lain.
Sementara itu, Danial berusaha bersembunyi dan mulai memakan ladu yang dibeli oleh Anarkali setengah bagian, untungnya Salima mengetahui kenakalan Danial, lalu Salima menjewer telinga Danial, “Danial … tidak baik berbuat seperti itu, ketika kamu menjual sesuatu ke pelangganmu, kamu tidak boleh menipu mereka” ujar Salima sambil mengambil beberapa ladu lagi sebagai pengganti ladu ladu yang dimakan oleh Danial tadi, lalu Salima memberikannya ke Anarkali, ketika hendak pergi dari kios Murad, Anarkali kembali melihat Salim yang masih memandangnya disebrang sana dengan tatapan tidak suka, Anarkali langsung melengos pergi menjauh darinya.
Di kios Salim, ketika orang orang sedang melihat lihat kiosnya, tiba tiba Salim bilang ke Rukayah, “Ibu Rukayah aku pergi dulu yaaa, nanti aku kembali lagi” ujar Salim, Rukayah cuma tersenyum, sementara Jodha melarangnya “Salim, kamu tidak boleh meninggalkan kios ini begitu saja” kata Jodha, Salim lalu menoleh lagi ke arah Rukayah, “Ibu Rukayah katakan pada ibu kemarin dia tidak mau bicara sama aku jadi sekarang aku tidak mau bicara sama dia, lagian aku sudah menjual sebagian barang barang ini jadi aku akan pergi sebentar saja, nanti aku kembali lagi” kata Salim lagi, Rukayah yang diajak bicara cuma bisa tersenyum saja tanpa berkata apa apa, sementara Jodha merasa geram dengan perlakuan Salim padanya.
Di kios Mehtab, salah seorang perempuan bertanya pada Mehtab (anak Bhaksi Bano), dari kejauhan Jalal melihat Mehtab sangat kesulitan untuk mengerti apa yang perempuan itu katakan padanya karena dia bisu dan tuli, Jalal langsung menemui mereka dan memberikan restunya pada Mehtab. Jalal mencoba berbicara dengan Mehtab dengan menggunakan bahasa isyarat, Mehtab langsung bisa mengerti apa yang dimaksud oleh Jalal dan mengatakan dengan bahasa isyaratnya bahwa Jalal harus memanah lima kali untuk mendapatkan sebuah hadiah.
Mehtab dan Bhaksi membuka kios dimana para pengunjung harus bisa memanah lima buah buahan yang digantung dikiosnya dengan menggunakan panah untuk mendapatkan hadiah. “Aku akan memanah 5 buah untuk mendapatkan hadiah” ujar Jalal, lalu Jalal memanah 5 buah buahan tersebut dalam sekali bidikan, semua orang memuji keahliannya dan bertepuk tangan.
Lalu Jalal bertanya pada Mehtab “Mehtab, apa hadiah yang aku dapatkan ?” tanya Jalal, kemudian Mehtab mengambil Al Qur’an dan memberikannya ke Jalal, Jalalpun tersenyum sambil berujar “Mashaallah… “ ujar Jalal, “Bhaksi, anak perempuanmu ini unik di seluruh dunia ini, aku datang kesini untuk membeli sesuatu darinya tapi malah dialah yang membeli sesuatu dari aku” ujar Jalal lagi,
“Dia adalah yang paling berharga buat aku, Yang Mulia … dia adalah anak yang murni” kata Bhaksi, “Hari ini kamu akan mendapat keuntungan dari kiosmu ini, aku akan membeli semua yang kamu jual dikiosmu, kamu akan mendapatkan uang lebih daripada Salim” kata Jalal sambil memberikan sekantung uang ke Mehtab dan Bhaksi.