Sinopsis Jodha Akbar episode 369 by Sally Diandra. Masih di Pengadilan Kerajaan Mughal, setelah selesai penobatan Pangeran Salim sebagai pewaris tahta Kerajaan Mughal, semua yang hadir disana kembali ke tempat duduknya masing masing, sementara itu Salim merasa mahkota yang dia kenakan itu terlalu berat, “Ayah, mahkota ini rasanya terlalu berat untuk kepalaku, aku tidak bisa mengenakannya, ayah” kata Salim sambil memegangi mahkotanya terus.
Jalal yang duduk disebelahnya tersenyum melihat ulah anaknya, “Mahkota ini memang sengaja dibuat berat, supaya kamu selalu mengingat tanggung jawab yang harus kamu emban” ujar Jalal, kemudian Jalal menyuruh Salim untuk memegang pedangnya, Salim berupaya mengambil pedangnya dengan hati hati tapi tiba tiba mutiara yang mengelilingi pedang tersebut jatuh tercerai berai,
Salim sangat terkejut, dia sangat takut kalau nanti ayahnya akan marah padanya tapi Jalal cuma memandangnya sambil tersenyum, “Suatu hari nanti, kamu bisa memainkan pedang itu, nak” ujar Jalal, kemudian Jalal mengumumkan ke semua hadirin yang hadir disana, “Mulai sekarang aku umumkan, Salim akan menjadi menteri dari daerah Punjab dan gajinya 500 rupee, Murad akan mendapatkan gaji 300 rupee, sedangkan Danial akan mendapatkan 200 rupee.
Sementara Haidar anak Javeda akan mendapatkan 500 rupee, Qubutdin anak Shamshad akan mendapatkan 250 rupee” ujar Jalal. Semua yang hadir disana merasa senang dengan kabar berita tersebut terutama para ibu ibu anak anak tersebut. “Pewarisku akan menduduki tahtanya untuk pertama kali mulai hari ini dan mulai sekarang Salim akan duduk disebelahku di persidangan ini dan akan menyelesaikan semua permasalahan yang ada bersama aku !” jelas Jalal.
“Baiklah, sekarang kita buka persidangan hari ini … silahkan” kata Jalal, tak berapa lama kemudian para prajurit membawa dua orang pemborentak ke hadapan Jalal, Jalal tampak marah melihat mereka berdua, “Jadi kamulah orangnya yang suka memprovokasi orang orang untuk melawan kesultanan Mughal, kalian adalah pemborentak dan aku tidak akan memaafkan kalian” ujar Jalal, semua yang hadir disana hanya bisa diam memandang para pemborentak,
“Hukuman yang pantas untuk mereka berdua adalah hancurkan tubuh mereka dibawah kaki gajah !” ujar Jalal lantang, Salim sangat terkejut mendengar keputusan ayahnya, segera dia mendekati ayahnya “Tidak, Yang Mulia ,,,, jangan ayah jangan lakukan itu ! jika tubuh mereka dihancurkan di bawah kaki gajah, mereka akan mati, ayah … kamu sendiri mengatakan bahwa seorang penyelamat lebih mulia daripada seorang pembunuh, mereka mungkin memang jahat tapi kamu tidak, ayah …. “ ujar Salim,
Jalal terus memperhatikan apa yang diucapkan oleh putranya, Jalal sungguh sangat terharu lalu dibelainya wajah anak tercintanya dan menyuruh Salim untuk duduk kembali ke tahtanya. Saat itu ruang sidang sangat hening, semua orang terdiam menunggu keputusan Jalal, setelah merenung cukup lama, akhirnya Jalal buka suara ,”Baiklah … aku akan mengubah keputusanku, sekarang mereka akan dihukum seumur hidup !” ujar Jalal,
“Hari ini pewarisku telah membuat keputusannya yang pertama dan hal itu membuat aku sadar bahwa aku hanyalah seorang manusia biasa, dan penyelamat lebih mulia dari pada seorang pembunuh, aku sungguh bangga” ujar Jalal lagi. Sementara itu dari tempat para Ratu berada, Jodha berkata dalam hati : “Apa yang dikatakan oleh Syeh Salim Chisti memang benar, Salim berfikir hanya menggunakan hatinya saja, dia pasti akan membawa perubahan di istana ini” bathin Jodha.
Malam itu, Nadira sedang berkumpul dengan kedua orang tuanya dirumah mereka, “Bu, hari ini adalah perayaan pewaris baru di Kerajaan, dan aku mendapat undangan ke sana” kata Rashid pada Zil Bahar istrinya, Nadira yang ikut mendengarkan tampak antusias sekali, sementara itu Zil Bahar teringat pada ucapan Shaguni Bai ketika Nadira masih dalam kandungannya, dimana Shaguni Bai meramalkan bahwa nasibnya akan segera berubah dan dia akan segera memasuki istana.
Di kamar Salima, malam itu Salima sedang berkumpul dengan kedua anaknya Rahim dan Murad, “Ibu, kenapa negara bagian Punjab tidak diberikan ke aku ? apakah Salim lebih bagus dari aku ?” tanya Murad, “Kamu juga akan mendapat bagian kalo kamu sudah besar nanti, Murad” jawab Rahim kakaknya, “Kenapa kamu tidak pernah mendengarkan aku ? apakah karena kamu pendamping Yang Mulia, maka kamu lebih condong ke dia saja ?” tanya Murad.
Dikamar Javeda, “Haidar, selamat yaaa … akhirnya kamu mendapat pekerjaan di istana ini” ujar Javeda, “Aku tidak akan berhenti sampai disini saja, bu ! aku menginginkan daerah, provinsi, yaaa …. aku akan memenangkan provinsi demi provinsi dan aku akan menjadi raja seperti Salim !” kata Haidar, “Haidar, jangan pernah kamu mempunyai niat untuk melawan Yang Mulia, nak” ujar Javeda.
Sementara itu di kamar Danial, saat itu Danial sedang asyik menyantap makanannnya, “Danial, kamu jangan makan terlalu banyak sekarang, kamu sekarang seorang menteri dan kamu seharusnya berfikir untuk bekerja, jangan makan terus” ujar ibu Danial, “Lalu … seharusnya aku berhenti makan begitu, bu ?” tanya Danial, ditanya seperti itu ibu Danial langsung mengambil piring Danial dan Danial langsung pergi begitu saja dari sana.
Dikamar Jodha, Jodha sedang asyik memijat mijat kepala anaknya, sementara Salim duduk dibawah sambil terus menggerutu, “Ibu, sebenarnya aku itu lebih suka bermain tapi ayah malah menyuruhku untuk duduk di dalam istana !” gerutu Salim, “Kamu telah melakukan keadilan hari ini di pengadilan istana tadi, sayang” kata Jodha, “Ibu, bagaimana bisa ayah menyuruh untuk menghancurkan setiap orang yang bersalah ?” tanya Salim, “Coba kamu gunakan mahkota ini lagi” ujar Jodha sambil mengambil mahkota Salim dan mengenakan ke kepala Salim,
tepat saat itu Jalal masuk ke kamar Jodha menemui mereka tapi Jodha dan Salim tidak menyadari kehadiran Jalal dibelakang mereka. “Ibu, aku tidak mau memakainya, aku tidak mau memakainya, ibu … mahkota ini berat !” ujar Salim sambil berusaha untuk mencopot mahkotanya, “Salim, kamu harus memakainya, paling tidak sampai perayaan Jashn, sayang” bujuk Jodha, “Hmmm … suatu hari nanti kalo aku jadi raja, aku akan membuat mahkota yang besar yang terbuat dari besi dan ayah harus memakainya, biar ayah tahu bagaimana rasanya memakai mahkota yang berat tapi aku akan membuatkan ibu mahkota yang empuk dan lembut” gerutu Salim lagi,
sementara itu Jodha tertawa mendengarkannya, sedangkan Jalal hanya tersenyum senyum mendengarkan percakapan kedua orang yang dicintainya itu dari belakang. “Hmmm …. Bagaimana kalo ibu katakan semua ini ke ayah ?” goda Jodha, Salim yang masih membelakangi Jalal langsung menjawab, “Aku tidak takut sama ayah ! pada kenyataannya ayahlah yang takut sama aku, ibu … ibu lihat sendiri kan bagaimana ayah langsung setuju dengan keputusanku di pengadilan tadi” ujar Salim lagi,
Jodha masih terus tertawa mendengarkan gerutuan anaknya sampai akhirnya dia menyadari kehadiran Jalal diantara mereka tapi dia sengaja tidak memberitahu Salim. “Ibu, suatu saat nanti … kalo aku menjadi raja, aku akan mengubah peraturan di istana ini dan aku akan membiarkan anak anak untuk bebas bermain” kata Salim, sesaat kemudian Jalal mulai membuka suaranya “Shekhu Baba !” panggil Jalal, begitu mendengar suara ayahnya, Salim langsung berdiri ketakutan memandang ayahnya,
“Tadi … apa yang kamu bilang ? jadi ayah yang takut sama kamu yaaa???” tanya Jalal, Salim tidak menjawab pertanyaan ayahnya, “Waaah … itu nenek memanggilku, aku pergi dulu ibuuuu” ujar Salim sambil berlari dari sana menghindari pertanyaan ayahnya, Jodha hanya bisa tertawa melihat ulah anaknya, sementara itu Jalal cuma tersenyum saja lalu mendekati Jodha dan duduk disebelahnya,
“Kamu tahu Ratu Jodha, kenapa aku tidak pernah bisa marah sama Salim ?” tanya Jalal, “Tidak ! kenapa memangnya, Yang Mulia ?” tanya Jodha sambil masih tersenyum, “Karena aku melihat dirimu dalam dirinya, dia persis sekali seperti kamu dan aku tidak bisa marah karenanya” jawab Jalal sambil tersenyum, “Oooh yaa ??? sedangkan rambut serta kulitnya sama seperti kamu, Yang Mulia dan juga kemampuannya bercerita tentang cara memasak itu juga sama seperti kamu, Yang Mulia” kata Jodha sambil menyubit pipi Jalal dengan gemas dan tertawa bahagia, Jalal juga tertawa mendengarnya sambil mengulurkan tangannya memeluk Jodha, sedangkan Jodha meletakan kepalanya di bahu Jalal.
Setelah keluar dari kamar Jodha, Salim mendatangi Bariammi nya (Ratu Rukayah) saat itu Rukayah sedang menghias dirinya, sementara Reesham sedang memberikan wangi wangian ke rambut Rukayah, “Heiii … Salim, apa yang kamu lakukan disini ?” tanya Rukayah, “Aku haus, Bariammi … bolehkah aku minta minum ?” tanya Salim, Rukayah langsung menyuruh semua pelayannya pergi meninggalkan mereka berdua lalu diambilnya segelas air putih untuk Salim, Salim langsung meminumnya sampai habis. Setelah minum, matanya langsung tertuju pada kotak kinang Rukayah,
“Apa itu, Bariammi ?” tanya Salim, “Ooooh itu … itu kinang, kamu mau memakannya ?” kata Rukayah, “Tidak ! bagaimana bisa aku memakannya ?” ujar Salim, “Kenapa tidak ??? kamu adalah pewaris kerajaan, kamu bisa melakukan semuanya, makan, minum, semua maumu bisa kamu lakukan” kata Rukayah dan dalam hatinya berkata “Aku telah mencampur ganja itu ke dalamnya, aku ingin lihat bagaimana pengaruhnya keSalim, dan ketika Salim menginginkan ganja, dia pasti akan datang padaku dan aku akan membuatnya kecanduan” bathin Rukayah.
Sementara itu, mengetahui kalo dirinya bisa berbuat semua yang dia inginkan, Salim kelihatan bahagia sekali, “Yess ! aku bisa berbuat apapun !” katanya sambil mengambil kinang itu dari tangan Rukayah, ketika sedang hendak memakannya tiba tiba Salim mendengar ada suara gaduh di taman istana, lalu Salim berusaha mencari tahu suara apakah itu ?, kemudian Salim beranjak ke balkon kamar Rukayah, dari balkon kamar Rukayah, Salim melihat Nadira masuk ke dalam istanannya, “Mau apa anak jelek itu kesini ????” tanya Salim, “Barriammi, Nadira sudah berani masuk ke dalam istana, aku akan pergi menemuinya dulu” ujar Salim kemudian diletakkannya kembali kinang itu ke tempatnya, Rukayah sangat tidak senang dengan perbuatan Salim dan bertanya dalam hati “Siapa itu Nadira ?? berani beraninya dia mengganggu pekerjaanku !”
Di halaman istana, Salim sedang berusaha mencari cari Nadira dihalaman istana, ketika dia sedang berdiri sambil membetulkan mahkotanya, Nadira melihatnya, Nadira langsung tertawa terbahak bahak, “Heiii ,,, kenapa kamu tertawa seperti itu ?” tanya Salim, “Hahahaha …. Mahkotamu lebih besar dari pada kamu ! bagaimana kamu bisa mengaturnya ?” kata Nadira sambil tertawa, “Apa yang kamu lakukan di dalam istanaku ini ?” tanya Salim, “Aku kesini hanya untuk melihat lihat saja” jawab Nadira, “Keamanan adalah pekerjaanku, kamu tidak bisa masuk begitu saja !” ujar Salim,
“Yang Mulialah yang mengundang kami kesini !” kata Nadira, “Yang Mulia adalah ayahku !” jelas Salim, “Aku akan mengatakan padanya bahwa kamu tidak menuruti perintahnya” ujar Nadira, mendengar hal itu Salim sangat ketakutan , “Huh ! aku tidak mau berbicara sama kamu ! kamu pergi saja dari sini ! aku masih punya banyak pekerjaan yang harus aku urus !” jelas Salim, “Hmmm … aku yakin kamu hanya bisa mengurus mahkotamu saja” kata Nadira masih dengan tertawa.
Perayaan Jashn dimulai di istana Mughal, semua orang hadir disana termasuk Salim yang tampak duduk disebelah ayahnya. Tansen Raam Tanu mulai memainkan lagunya dengan band musiknya, salah satu penyanyi band tersebut mulai melantunkan nada nadanya, semua yang ada disana merasa terbuai dengan lantunan tembangnya tapi tiba tiba ketika sedang asyik mendengarkan suaranya yang merdu, si penyanyi tersebut kehilangan suaranya dan terbatuk batuk, semuanya panic ….
Tapi tiba tiba dari arah belakang dari balik tirai, terdengar suara Nadira melanjutkan lagu yang sempat terhenti tadi, suaranya merdu sekali sehingga mampu memukau Jalal dan Jalal menyuruhnya untuk berdiri dihadapannya, Nadirapun menuruti perintah Jalal. “Siapa namamu ?” tanya Jalal, “Nama hamba Nadira, Yang Mulia” jawab Nadira “Ayah saya Rashid” lanjut Nadira, “Oooh … iya aku tau kamu, akulah yang memberimu nama” kata Jalal, “Aku suka suaramu, tolong nyanyikan lagi untuk kami” pinta Jalal,
Nadirapun menurut lalu dia pun mulai menyanyikan lagu tersebut dengan sangat merdu dan indah. “Suaramu sangat menakjubkan sekali di usiamu yang masih belia seperti ini” kata Rahim, sementara itu Salim tidak berkedip memandang ke arah Nadira dalam hatinya berkata : “Kenapa semua orang memuji dia ???” , setelah selesai menyanyikan sebuah lagu, semua yang hadir disana merasa senang sekali terutama Jalal, “Bagus, bagus sekali Nadira ! Raam Tanu kamu harus cemburu sama suaranya .. suaranya bagus sekali ! baiklah, hadiah apa yang kamu inginkan, Nadira ?” tanya Jalal,
dengan nada malu malu Nadira mengatakan : “Saya ingin melihat lihat keseluruhan istana, Yang Mulia” ujar Nadira, “Kalo begitu kamu bisa melakukannya, Nadira” kata Jalal, “Aku sudah mencobanya tapi ada seseorang yang menghentikan langkah hamba, Yang Mulia” ujar Nadira, “Oooh ya, siapa dia ?” tanya Jalal, “Dia orang yang tidak punya sopan santun, dia orang yang kurang ajar, Yang Mulia” kata Nadira lagi, “Oooh iyaa ??? siapa namanya ?” tanya Jalal, tepat pada saat itu Salim berkata dalam hati : “Awas yaaa, kalo kamu sebutkan namanya !” bathin Salim, “Saya tidak tahu namanya, Yang Mulia” kata Nadira. Sinopsis Jodha Akbar episode 370