Sinopsis Jodha Akbar episode 380 by Sally Diandra. Masih di ruang sidang kerajaan Mughal, semua yang hadir disana menanti keputusan Jalal atas kasus Rashid yang dianggap telah berkonspirasi dengan Yakub si pemborentak yang hendak membunuh Salim. “Keputusanku adalah Rashid bukanlah seorang penghianat !” ujar Jalal sementara Rashid dan Zil Bahar langsung bisa bernafas lega tapi semua yang ada disana terkejut, kecuali Jodha.
Jodha mendukung keputusan Jalal, sementara Rukayah kurang suka dengan keputusan Jalal, . “Jika mereka adalah penghianat, mereka tidak mungkin akan menyelamatkan Sekhu Baba, mereka akan membuktikan kesetiaan mereka terhadap Raja Parog” ujar Jalal lagi sambil teringat kembali ketika Zil Bahar menyelamatkan Salim pada saat Salim masih bayi, “Orang yang telah menyelamatkan nyawa orang lain tidak mungkin akan membahayakan nyawa orang lain” ujar Jalal,
“Yang mereka lakukan adalah memberikan tumpangan pada teman mereka dan melayaninya” ujar Jalal, “Anda membuktikan bahwa hukum di kerajaan Mughal memang diatas segalanya,Yang Mulia …. saya tidak akan pernah melupakan ini, Yang Mulia” kata Rashid terharu dan sangat berterima kasih atas keputusan Jalal. “Saat ini aku akan mengampuni Rashid tapi aku tidak akan mengampuni Raja Parog, aku akan memberikan mereka pelajaran bahwa tak ada seorangpun yang akan berani mencobanya lagi !” ujar Jalal, Yakub langsung gemetaran ketakutan menanti hukuman dari Jalal.
Jalal sedang berada didalam kamarnya ketika Rukayah masuk kedalam kamarnya, kemudian Jalal meminta tolong pada Rukayah untuk mengikatkan sorbannya dikepalanya. “Jalal, Yakub sudah menumpang dirumah Rashid dan kamu mengampuninya, meskipun tidak sengaja tapi Rashid sudah memberikan tumpangan pada seorang penghianat, kamu tidak bisa mengampuni orang orang macam ini, Jalal” kata Rukayah,
“Cukup Rukayah, jangan katakan padaku bagaimana aku harus mengurusi negeri ini, buatku keadilan adalah untuk memaafkan orang yang tidak bersalah” ujar Jalal, “Aku tau … kamu bisa mengurusi negeri ini dengan caramu sendiri tapi aku adalah temanmu … dengan keputusan ini pesan yang salah bisa terlindungi, Jalal … penolong penghianat adalah penghianat itu sendiri ! bisa jadi dia terlibat” kata Rukayah lagi, sementara Jalal hanya diam mendengarkan ucapan Rukayah,
“Ingat Jalal ,,, musuh bisa masuk kedalam istana, jadi ini adalah tugasku untuk memberimu keputusan meskipun kamu marah padaku, Jalal” kata Rukayah, “Rukayah, berdasarkan pengalamanku … aku telah belajar untuk melihat bagiamana orang orang ini dan kalo keputusanmu sudah selesai, biarkan aku pergi” kata Jalal dan berlalu dari sana sementara Rukayah merasa tersinggung dengan ucapan Jalal yang tidak mengindahkan kata katanya.
Malam itu Rashid baru saja pulang dari bekerja, sementara Zil Bahar menunggu Rashid didepan rumah mereka. Dalam perjalanan menuju kerumahnya Rashid mencoba menyapa orang orang yang dia temui dijalan tapi tidak ada yang menggubrisnya, mereka semua mengabaikan Rashid, mereka malah mengejek Rashid karena memberikan perlindungan pada seorang penghianat,
“Lihat … dia itu yang memberikan perlindungan untuk seorang penghianat, bisa jadi dia juga penghianat juga !” ujar salah seorang dari mereka, “Iyaa betul ! Yang Mulia Raja itu memang orang yang sungguh mulia dan baik hati makanya memberikan pengampunan padanya tapi sepertinya dia juga penghianat sama seperti temannya” kata yang lain,
saat itu Rashid mendengarkan semua pembicaraan orang orang itu, Zil Bahar juga mendengarkannya, karena mereka mengobrol tepat disebrang rumah Rashid. Ingin sekali Rashid membela dirinya didepan mereka, Rashid geram dengan fitnah yang dilontarkan masyarakat padanya tapi ditahannya semua amarahnya itu.
Sesampainya dirumah, “Aku harus menjawab fitnahan orang orang itu Zil Bahar kalo aku bukanlah seorang penghianat !” ujar Rashid geram sambil memberikan barang bawaannya pada istrinya yang sudah menunggu kepulangannya sedari tadi,
“Sudahlah … lupakan, mereka tidak akan mengerti” bujuk Zil Bahar, “Yang penting Yang Mulia Raja menganggapmu tidak bersalah, apapun yang mereka pikirkan tidak jadi masalah, tidak usah diributkan… ayooo masuk kedalam” bujuk Zil Bahar lagi kemudian mereka berduapun masuk ke dalam rumah.
Malam itu Rukayah bersama dengan Reesham datang kedesa untuk menemui Salim kembali, dari kejauhan Rahim melihatnya lalu Rahim mencoba menghentikan Rukayah “Ibu Rukayah, mau apa kamu kesini malam malam ??? Yang Mulia bisa saja kesini sewaktu waktu dan dia pasti tidak akan suka kalo melihatmu ada disini” ujar Rahim, “Lalu … apa yang akan dia lakukan ??? apakah dia akan menghukumku ???” tantang Rukayah,
“Aku akan menghadapinya tapi dia tidak bisa menghentikan pertemuanku dengan anakku, aku adalah ibunya dan aku akan bertemu dengan dia !” ujar Rukayah sinis sambil berlalu menuju gubuk nenek Fatima, saat itu salah satu prajurit hendak menghentikan Rukayah kembali tapi Rahim menahannya . Tepat pada saat itu, Salim dan nenek Fatima sedang bersiap siap hendak tidur, tiba tiba terdengar pintu diketuk, Salim waspada … dia segera mengambil kapak dan dengan hati hati membuka pintu lalu ketika hendak menganyunkan kapaknya dilihatnya Rukayah yang datang,
“Heiii …. Ini aku, ibumu … kenapa kamu membawa kapak seperti itu ?” kata Rukayah kemudian menyuruh nenek Fatimah untuk keluar rumah karena dia ingin bicara berdua secara pribadi dengan Salim, nenek Fatimapun menurutinya, kemudian Rukayah langsung mencium kedua pipi Salim dan memangku Salim dipangkuannya,
“Terima kasih Tuhan … ternyata kamu selamat ! ibu sangat khawatir kamu akan diserang oleh musuh musuh ayahmu” kata Rukayah, “Oh yaa ??? kapan ???” tanya Salim, ”Beberapa penghianat mencoba untuk menyerangmu tapi para prajurit berhasil melumpuhkan mereka” kata Rukayah, “Itu terjadi pada pewaris tahta Kerajaan tapi kamu tau …. Apa yang ibu Jodha kamu lakukan ??? aku benar benar terkejut melihatnya” kata Rukayah berbohong, “Apa yang dia lakukan ?” tanya Salim penasaran,
“Seorang ibu selalu memberikan nyawanya untuk anaknya sendiri tapi ibumu unik, dia telah menyuruh ayahmu untuk mengampuni Rashid yang telah memberikan tumpangan untuk seorang penghianat” kata Rukayah lagi, “Ibumu mendukung Rashid dan kamu tahu kan … ayahmu selalu menuruti semua keinginan ibumu” kata Rukayah sambil terus meracuni pikiran Salim,
“Ibumu hanya melihat kesalahanmu saja, yang lain tidak” kata Rukayah lagi, “Jadi ibu mendukung ayah anak perempuan yang menyebalkan itu ? lalu mengapa dia tidak mendukung aku ???” tanya Salim, “Aku telah bertengkar dengan ayahmu tentang kamu, aku mencintaimu seperti anakku sendiri, itulah mengapa aku tetap datang kesini menemuimu meskipun pada kenyataannya ayahmu mungkin akan menghukumku” kata Rukayah memelas,
“Kalo ibumu benar benar mencintai kamu, dia pasti akan kesini untuk menemuimu” kata Rukayah lagi, dalam hati Salim berkata : “Ibu tidak pernah datang kesini untuk menemui aku, sementara ibu Rukayah berani menghadapi semua hukuman ayah demi aku” bathin Salim, “Sudah … sekarang bagaimana kalo kita makan ladu ? ibu membawakannya untukmu” kata Rukayah
kemudian Rukayah memanggil Reesham untuk membawakan ladu yang dia bawa tadi, Rukayah menyuapkan ladu buatannya yang sudah dia campur dengan ganja, dalam hati Rukaya berkata : “Sekarang … Salim sudah dalam genggamanku, dia sudah berada di posisiku, secepat mungkin dia pasti akan mengabaikan Jodha dan lebih berpihak padaku” bathin Rukayah
Siang itu Rukayah dipanggil menghadap ke sidang Kerajaan, ketika dia memasuki ruang sidang, semua sudah hadir disana termasuk Jalal yang sedikit nampak tegang dan marah. “Ratu Rukayah, apakah kamu semalam menemui Salim” tanya Jalal, “Iyaa betul, Yang Mulia !” jawab Rukayah mantab. “Lalu apakah kamu juga tidak minta ijin pada Mariam Uz Zamani ?” tanya Jalal lagi,
“Tidak ! aku tidak minta ijin padanya” kata Rukayah tenang,”Ratu Rukayah kamu memang memiliki kekuasaan penuh atas Hareem tapi bukan berarti kamu tidak menuruti peraturan yang aku buat !” ujar Jalal dengan nada tinggi, “Kamu bilang ke Rahim kan kalo kamu tidak takut denganku !” ujar Jalal marah,
“Yaaa …. Tapi aku melakukannya karena aku sangat mencintai Salim, kalo aku tidak bertemu dengan Salim, aku bisa gila, Yang Mulia” bela Rukayah, “Dengan kata lain kamu mengatakan bahwa kami tidak mencintai Salim !” bentak Jalal, “Jodha adalah ibu kandung Salim, dia berpapasan dengan Salim di pasar tapi dia tidak menemui Salim, meskipun kemudian dia meminta maaf padaku atas perbuatannya” ujar Jalal lagi,
“Dan sebagai Mariam Uz Zamani dia kembali meminta ijin padaku untuk bertemu dengan Salim meskipun kemudian dia tidak menemui Salim karena dia menghargai perintahku !” ujar Jalal masih dengan nada tinggi, semua yang hadir disana nampak tegang termasuk Jodha, Salima dan Hamida sementara Rukayah jadi salah tingkah di depan Jalal. “Kamu selalu melanggar perintahku ! aku tau kamu pernah menemui Salim tempo hari, aku tahu itu tapi aku mengabaikannya tapi sekarang kamu melakukannya lagi ! kamu tidak pernah menghargai peraturan yang ada !” ujar Jalal marah,
lalu Jalal memberi perintah pada Todar Maal, “Todar Maal, selama Salim tidak ada di istana, Ratu Rukayah tidak boleh keluar dari istana ! dan kalo dia melakukannya lagi ! semua prajurit akan dihukum karena ini ! ini perintah !” ujar Jalal sambil berdiri hendak meninggalkan ruang sidang, diikuti oleh semua yang hadir disanapun berdiri, sedangkan Rukayah berusaha untuk membela diri “Tapi …. Yang Mulia …. “ kata Rukayah, belum selesai kata kata Rukayah, Jalal terus berlalu tidak mendengarkan ucapannya, Jalal benar benar marah sama Rukayah.
Siang itu Jalal sedang berjalan jalan di taman istana sambil merenungkan sesuatu, tiba tiba tangannya dipegang oleh seseorang, ketika Jalal melihatnya ternyata orang itu adalah Mehtab (anak Bhaksi Banu yang bisu tuli alias keponakan Jalal). Jalalpun langsung tersenyum dan mencium kening Mehtab, dengan bahasa isyarat Jalal berusaha berbicara dengan Mehtab
“Setelah melihat wajahmu, emosiku langsung menghilang” ujar Jalal, “Kalo melihat Salim, emosimu pasti juga akan hilang, bawalah Salim pulang, aku rindu padanya” kata Mehtab dalam bahasa isyarat. “Aku juga rindu sama Salim, aku selalu berdoa pada Tuhan agar Salim bisa segera kembali keistana” ujar Jalal, Jalal kembali mencium kening Mehtab, ada perasaan damai ketika bersama anak perempuan Syarifudin ini, meskipun ayahnya seorang penghianat,
kemudian Jalal berdiri dan menghampiri pohon mawar yang tumbuh di taman, Jalal memetik salah satu bunga mawar yang berwarna merah kesukaan Jalal, lalu diberikannya bunga mawar itu ke Mehtab, Mehtab menerimanya dengan senyuman yang manis kemudian dia berlari meninggalkan Jalal yang tersenyum bahagia melihat tingkah Mehtab ,
tepat pada saat itu Jodha sedang melintas juga ditaman istana, ketika Mehtab bertemu dengan Jodha, Mehtab langsung menyuruh Jodha untuk membungkuk dan diciumnya pipi Jodha, lalu diberikannya bunga mawar pemberian Jalal tadi, kemudian Mehtab kembali berlari meninggalkan Jodha,
Jodha kebingungan dengan ulah Mehtab dan dilihatnya disebrang sana Jalal sedang memperhatikan dirinya dari kejauhan, segera Jodha menghampiri Jalal, “Ada apa ini, Yang Mulia ?” tanya Jodha penasaran, “Aku kira Mehtab sangat menyukaimu, Ratu jodha” jawab Jalal, “Dia adalah salah satu orang yang selalu bisa membuat aku tersenyum, Ratu Jodha” ujar Jalal lagi.
Sementara itu, didalam kamar Rukayah sedang berbicara dengan dirinya sendiri : “Suatu saat nanti Salim akan kembali ke Jalal tetapi tidak menjadi anak dari Jalal dan Jodha tapi anak Rukayah, kamu tadi berteriak seperti itu didepan semua orang karena aku tidak mempunyai kekuatan Mariam Uz Zamani akan tetapi aku akan melakukan ini terus menerus, aku akan selalu berusaha membuat Salim mendukung aku !” kata Rukayah dengan nada marah.
Jodha dan Jalal sedang berjalan jalan ditaman istana, mereka sedang membahas masalah Rukayah yang sering menemui Salim, “Yang Mulia, apakah benar menghukum Ratu Rukayah seperti tadi ?” tanya Jodha, “Aku tidak memikirkan posisinya saat ini, Ratu Jodha … dia pantas diberi hukuman seperti itu” jawab Jalal, “Kita semua mencintai Salim tapi tidak ada seorangpun yang melanggar perintah” kata Jalal lagi,
“Lalu … kamu saat ini mau pergi kemana ???” tanya Jalal, “Sama seperti kamu, Yang Mulia … setiap malam kamu selalu melindungi Salim, aku juga selalu pergi ke Mandir setiap hari untuk mendoakan Salim dan Qadir, aku akan melakukan ‘Havan’ (semacam pemujaan pada Dewa) untuk mereka berdua jika kamu mengijinkan” pinta Jodha,
“Yaaa … aku selalu berdoa pada Tuhan dan Dewa Krisna agar doamu dikabulkan” kata Jalal, “Aamiin ….” ujar Jodha, “Subahanallah ….” kata Jalal , Jalal senang mendengar Jodha mengatakan aamiin, kemudian Jodha berlalu meninggalkan Jalal. Setelah Jodha berjalan jauh darinya, Jalal mengatakan pada dirinya sendiri : “Jodha selalu mengerjakan sesuatu yang baik, aku harap Salim segera kembali”
NARATOR : Sementara itu kesehatan Qadir dari hari ke hari semakin bertambah buruk , itu adalah sebuah pertanyaan yang cukup besar apakah Salim akan segera kembali ke istana atau tinggal selamanya bersama nenek Fatimah.
Jodha sedang dalam perjalanan ke Mandir dengan para pengawal dan pelayan yang mengikutinya , sementara itu Jodha berada di dalam tandu, sesampainya di Mandir , Jodha langsung berdoa untuk kesehatan Qadir dan Salim. Dilain pihak tabib yang mengobati luka luka Qadir merasa putus asa melihat kondisi Qadir “Rasanya tidak mungkin menyelamatkan nyawa Qadir saat ini” , Qadir berjuang antara hidup dan mati.