“Jadi dengan cara seperti ini kamu mengajarkan sesuatu pada anakmu, Yang Mulia ? bagaimana kalo nanti kamu terluka parah ? bagaimana kalo bukan Salim ? aku pasti akan menyerangmu, kamu seharusnya menceritakan terlebih dahulu padaku tentang rencanamu itu, Yang Mulia” ujarnya ketus, sementara itu Jalal hanya diam saja sambil terus memperhatikan istrinya yang sedang kesal padanya,
Jodha semakin jengkel ketika Jalal tidak menanggapi perkataannya, akhirnya setelah merapikan semua ramuan obatnya Jodha langsung berdiri hendak beranjak pergi dari kamar Jalal tapi Jalal langsung menyambar tangannya, “Ratu Jodha, masih ada banyak luka ditubuhku yang membutuhkan obatmu itu” ujar Jalal. “Oh yaa, dimana ???” Jodha langsung panic begitu tahu kalo Jalal punya luka lagi,
“Yang mana, Yang Mulia … aku harus mengoleskan obat ini di semua luka yang ada” kata Jodha, “Kamu tidak akan menemukannya kalo kamu jauh seperti itu, mendekatlah ke aku, kamu pasti akan menemukannya” ujar Jalal, Jodha pun menuruti kata kata Jalal, dia duduk persis disebelah Jalal diatas tempat tidur “Aku tidak menemukan luka apapun ditubuhmu ini ???” kata Jodha sambil melihat lihat dengan seksama di wajah dan tubuh Jalal sambil membolak balik wajah Jalal,
“Lukanya itu ada didalam sini, Ratu Jodha” ujar Jalal sambil memegang tangan Jodha lalu ditaruhnya didadanya sebelah kiri, Jodha mulai paham maksud Jalal, Jalal mulai lagi ingin menggodanya “Bagaimana … kamu bisa merasakan lukaku sekarang ?” tanya Jalal, Jodha hanya tesenyum sambil memperhatikan tingkah laku suaminya yang suka sekali menggodanya ini,
“Ratu Jodha, kamu tahu … luka yang pertama ini kamu berikan ketika aku melihatmu pertama kali” ujar Jalal lalu digesernya tangan Jodha dan ditaruhnya didadanya yang sebelah kanan, “Dan luka yang ini kamu berikan ketika aku melihatmu pertama kali di pantulan air di kolam, ketika kamu juga melihatku untuk yang pertama kali, kemudian aku melihatmu pergi di dalam sebuah tandu” ujar Jalal,Jodha masih diam saja menuruti gerakan tangan suaminya lalu Jalal menggeser kembali tangan Jodha ke arah leher
“Sedangkan luka yang ini, kamu berikan ketika kamu mengambil sebilah pedang dan kamu taruh dileherku” ujar Jalal lagi lalu Jalal kembali menggeser tangan Jodha kearah dadanya kembali “Dan luka yang ini, kamu berikan ketika kamu tidak mengijinkan aku untuk menyentuhmu” ujar Jalal sambil membelai wajah Jodha dengan lembut,
“Ratu Jodha, kamu juga telah memberikan aku luka ketika kamu memberikan hatimu untukku” goda Jalal, Jodha hanya senyum senyum saja digoda seperti itu oleh suaminya “Jadi … sekarang kamu harus memberikan obat juga untuk luka luka ini” goda Jalal,
“Kamu nakal, Yang Mulia !” Jodha merasa gemas sekali dengan perlakuan suaminya lalu ditinjunya dada kiri Jalal dan Jalal pun berteriak kesakitan, Jodha langsung panic … “Aduuuh, maaf sakit yaaa ???” tanya Jodha, “Tidak … tidak apa apa, tapi jangan pergi, jangan tinggalkan aku, tetaplah disini … aku ingin malam ini bersamamu, Ratu Jodha” pinta Jalal,
Jodha pun tersenyum memandang suaminya lalu dicubitnya dagu Jalal dengan gemas, Jalal tersenyum memandang istrinya yang cantik, lalu Jodha berbaring disebelah Jalal di atas tempat tidur, kedua tangan mereka bertautan satu sama lain, kemudian Jalal mencium tangan Jodha dengan lembut, Jodha pun membelai wajah Jalal dengan lembut dan lagu in ankhoon main … pun mulai terdengar berkumandang. Mereka berdua tampak saling memandang satu sama lain sambil tersenyum dengan penuh cinta ………… #sinopsisjodhaakbart.blogspot.com
~selanjutnya terserah anda ~
Disebuah ruang keluarga istana, Jalal sedang mengobrol bersama kedua istri spesialnya Ratu Jodha dan Ratu Salima, “Ratu Salima, Murad adalah anak yang pintar dan kuat, dia pasti akan menjadi ksatria yang besar suatu hari nanti” ujar Jalal, “Yaa … semuanya itu karena dia adalah anak anda, Yang Mulia” kata Salima, “Oooh bukan … bukan … kamu adalah ibu sejatinya, Ratu Salima … ibunya telah meninggal dan kamu merawatnya, kamu telah menganggapnya sebagai anakmu sendiri” kata Jalal lagi,
“Perhatian Ratu Salima yang begitu besar ketika membesarkan Rahim, sama besarnya ketika Ratu Salima membesarkan Murad, Yang Mulia” timpal Jodha tepat pada saat itu Rukayah datang menemui mereka bersama seorang pelayan. “Yang Mulia, aku ingin bicara empat mata denganmu sekarang” kata Rukayah, “Kamu seharusnya tidak punya masalah dengan kedua wanita yang duduk bersamaku saat ini, Ratu Rukayah” tegas Jalal,
“Oh iyaa ,,, tentu tidak, bagaimanapun juga mereka juga istri spesialmu” kata Rukayah kemudian Rukayah membuka kotak yang dibawanya tadi, di kotak tersebut terdapat berbagai macam stempel, “Ini semua adalah stempel Kerajaan Mughal yang kamu berikan ke aku sebagai penguasa Harem tapi kali ini aku kembalikan semuanya ke kamu” kata Rukayah, “Apa maksudmu, Ratu Rukayah ???” tanya Jalal,
“Aku pikir Hareem adalah dibawah kekuasaanku, apapun yang telah aku putuskan pasti akan kamu terima, tetapi dalam kasus Rashid … aku telah memecat dia dan kamu malah memberinya pekerjaan lagi tanpa memberitahu padaku terlebih dahulu, kamu telah menyakiti perasaanku, aku tidak terima dengan keputusanmu maka aku pikir lebih baik aku mengundurkan diri dari jabatan ini” kata Rukayah, “Ratu Rukayah, jangan mengambil keputusan dalam keadaan marah, itu tidak baik” ujar Salima,
“Aku menghormati kamu, Ratu Rukayah … tapi pernahkah kamu berfikir bahwa hanya karena pertengkaran anak anak, maka orang tuanya harus ikut dihukum ?” tanya Jalal, “Tapi Salim itu bukan anak yang biasa, Yang Mulia … jadi siapapun pasti bisa menghinanya, aku akan menjatuhkan hukuman pada mereka dan jika kamu mengira keputusanku ini salah, aku akan mengundurkan diri dari semua tanggung jawabku di dalam istana ini” kata Rukayah lagi. Mendengar penuturan Rukayah, Jalal langsung berdiri diikuti oleh Jodha dan Salima, sementara Rukayah masih berdiri di depan mereka dengan angkuhnya,
“Yaaa … kamu benar, Ratu Rukayah … jika orang yang bertanggung jawab melakukan beberapa kesalahan maka dia harus meninggalkan jabatannya, aku setuju … dan aku juga telah melakukan kesalahan, jadi aku harus mengundurkan diri dari jabatanku juga” ujar Jalal sambil melepaskan turbannya dan diletakkannya disebelah kotak yang dibawa oleh Rukayah tadi, Jodha dan Salima sangat terkejut melihat Jalal melepaskan turbannya, “Apa yang kamu lakukan, Yang Mulia ?” tanya Jodha, “Tenang, Ratu Jodha … tadi Ratu Rukayah mengatakan bahwa jika orang yang bertanggung jawab melakukan beberapa kesalahan maka dia harus meninggalkan jabatannya” kata Jalal,
“Lalu kesalahan apa yang telah kamu lakukan, Yang Mulia ?” tanya Salima, “Apa kalian ingat ketika Salim pergi keluar dari istana ? aku telah memberikan hukuman kepada para prajurit tapi Ratu Rukayah tadi mengatakan untuk kesalahan anak anak, orang tua harus dihukum jadi aku mengundurkan diri dari jabatanku” jelas Jalal, “Tapi … bagaimana kamu bisa melakukan itu, Yang Mulia ?” tanya Jodha,
“Mengapa tidak, Ratu Jodha … jika Rashid bisa menggantikan kesalahan Nadira, maka aku juga bisa menggantikan kesalahan Salim, peraturan itu dibuat untuk semua orang, baik itu rakyat biasa ataupun seorang Raja, Ratu Jodha” terang Jalal, “Ratu Rukayah, kita semua ini sama, kita hanyalah manusia biasa, kita seharusnya tidak lari dari permasalahan yang ada, kita harus bisa menghadapinya dan memperbaiki semua itu” terang Jalal, “Aku mengerti, Yang Mulia … aku bisa menerimanya, maafkan semua kesalahanku tadi” kata Rukayah,
“Ratu Rukayah, kamu adalah sahabat terbaik dan teman kecilku, aku selalu menghormati semua keputusanmu dan itu akan berlaku selamanya tapi jika kita membuat sebuah kesalahan dan yang lain bisa memperbaikinya, kenapa tidak ?” kata Jalal, “Yaaa … aku sudah mengerti semua kesalahanku, Yang Mulia … aku tarik kembali semua perkataanku tadi” ujar Rukayah, Jodha dan Salima sangat senang mendengarnya.
Di dalam ruang permainan catur, Salim dan Murad sedang bermain catur yang menggunakan biduk sungguhan yaitu para prajurit dan pelayan istana, Murad melanggar permainan catur … “Aku bisa menjalankan prajuritku kemanapun aku suka” kata Murad, “Kamu tidak boleh melakukan yang sesuai keinginanmu, kamu harus mengikuti peraturannya” ujar Salim, tak berapa lama kemudian Salim dan Murad terlibat perkelahian, dari yang sekedar pertengkaran mulut berujung ke perkelahian fisik diantara mereka tepat pada saat itu Jalal sedang melewati ruangan tersebut dan tampak sekilas melihat perkelahian Salim dan Murad,
menyadari keberadaan Jalal, Murad dan Salim langsung menghentikan perkelahian mereka dan saling berpelukan satu sama lain, sementara itu Jalal hanya bisa tersenyum bingung melihat tingkah laku anak anaknya, “Waah … ada debu dipundakmu, Salim” kata Murad, “Iyaa .. terima kasih, Murad … kamu sudah membersihkannya”, ujar Salim tak lama kemudian Jalal menemui mereka dan anak anak langsung memberi salam, “Salam, Yang Mulia …. “ kata anak anak serempak,
“Hmm … siapa saya ???” tanya Jalal, “Salam abbujan (ayah)” jawab anak anak lagi kompak, “Hmmm … Jangan coba coba untuk berpura pura didepan saya, saya tau apa yang kalian lakukan, kalian telah melakukan perkelahian yang memalukan, perkelahian yang bodoh dan tidak berkelas, jika kalian menghabiskan waktu dengan belajar, kalian akan menjadi seorang ksatria besar suatu hari nanti, sekarang pergilah ke Rahim dan belajarlah bertarung menggunakan pedang dengannya” ujar Jalal sambil mnenyuruh anak anak itu, anak anakpun berlalu dari sana.
Rahim sedang mempersiapkan senjata senjata untuk berperang seperti pedang, panah, tombak dan lain sebagainya, bersama para pelayan … Rahim sedang mempersiapkan tempat latihan untuk bertarung.
Sementara itu dihalaman istana, Jodha sedang berada disana ditemani oleh para pelayan setianya, Moti, Zakira dan Shamshad. Jodha tampak duduk dibawah membuat ‘rangoli’ (hiasan dari kelopak kelopak bunga) …. Tak lama kemudian Jalal datang menemuinya dan para pelayan itupun pergi meninggalkan mereka berdua. “Kamu sedang membuat apa, Ratu Jodha ? untuk apa ini ?” tanya Jalal, “Tidak ada yang special, Yang Mulia … aku suka saja membuat ‘rangoli’” jawab Jodha, “Kamu telah membuat sebuah ‘rangoli’ yang indah, aku suka” kata Jalal, “Yaaa ,,, aku cuma bisa membuat sebuah rangoli yang indah, Yang Mulia … tapi suamiku telah melakukan sesuatu dengan sangat baik” kata Jodha,
“Apa maksudmu, Ratu Jodha ?” tanya Jalal penasaran sambil menghampiri Jodha yang masih duduk bersimpuh dibawah, Jodha langsung berdiri begitu suaminya mendekatinya, “Cara kamu mengatasi Ratu Rukayah tadi, sangatlah menakjubkan” kata Jodha kemudian Jodha menggunakan bahasa Urdu, tapi Jalal menggodanya kembali “Ratu Jodha, kamu harus belajar bahasa Urdu lebih baik lagi, bahasa Urdu masih belum benar” goda Jalal, “Oooh yaa ??? ya sudah tinggalkan saya … sekarang kamu harus memikirkan tentang anak anak” ujar Jodha, “Aku sudah memutuskan bahwa Rahim yang akan memberikan pelajaran pada anak anak tentang pertarungan dalam berperang, hari ini adalah hari pertama Salim untuk berlatih berperang, Ratu Jodha” kata Jalal. #sinopsisjodhaakbar.blogspot.com
Anak anak sedang berada di kebun istana dengan senjata busur dan panah mereka, “Kamu tahu Haidar ,,, Salim mempunyai peralatan panah yang lebih bagus dari pada kita, itu semua karena dia adalah pewaris tahta kerajaan” kata Murad dari arah kejauhan sementara itu Salim bersama Danial dan Qutub berada jauh didepan mereka. “Kamu sebenarnya yang lebih pantas mempunyai peralatan panah seperti itu, Murad … Salim tidak pernah tahu bagaimana caranya mengenai sasaran” ujar Haidar sambil memanasi manasi Murad. Lalu mereka berdua berjalan mendekati Salim … “Salim, apakah kamu tahu bagaimana caranya mengenai sasaran yang kita inginkan ?” ejek Murad, “Aku tahu dengan baik !” jawab Salim,
“Baiklah … kalo begitu mari kita adakan kompetisi, itu di depan sana ada pohon mangga, salah seorang yang bisa memanah buah mangga itu, itulah pemenangnya, bagaimana ?” kata Murad, “Baik ! aku terima !” jawab Salim, “Kalo begitu kamu duluan karena kamu adalah pewaris tahta kerajaan !” tegas Murad, “Karena aku pewaris tahta kerajaan, aku memberikan perintah padamu untuk memulai terlebih dahulu, silahkan !” ujar Salim, “Baiklah, dengan restumu pewaris tahta kerajaan” kata Murad sambil mengambil anak panahnya dan bersiap untuk memanah salah satu buah mangga yang ada, kemudian anak panah Murad berhasil mencapai sasaran, buah mangga yang hijau itu jatuh kebawah,
“Bagus ! pekerjaan yang bagus Murad !” kata Haidar, sesaat kemudian giliran Danial, ternyata dia tidak bisa memanah buah mangga itu, lalu giliran Haidar, dia bisa memanah buah mangga yang ranum yang berwarna merah, buah mangga itu jatuh juga kebawah, sampai akhirnya giliran Salim, Salim berusaha mempersiapkan anak panah dan busurnya dan melesatkannya ke buah mangga yang dituju tapi ternyata anak panah Salim tidak mencapai sasaran, Salim sangat sedih. “Jangan khawatir, kamu bisa mencobanya lagi, Salim” ujar Murad, kemudian Salim mencobanya membidik lagi buah mangga yang merah ranum tapi kembali anak panah Salim gagal mencapai sasaran,
“Salim, kamu ini seorang pewaris tahta kerajaan tapi kenapa kamu tidak bisa mencapai sasaranmu ke buah mangga itu ?” ejek Murad, “Salim, kamu itu tidak pantas mendapatkan peralatan panah yang bagus itu, kamu seharusnya memberikannya ke Murad” ejek Haidar, “Tidak ! ibuku yang memberikan peralatan panah ini ! aku tidak akan memberikannya ke kamu !” bentak Salim tapi Murad berusaha untuk merenggut peralatan panah Salim tapi Salim menariknya sampai akhirnya salah satu prajurit datang menemui mereka dan memberitahukan kalo Rahim memanggil mereka semua,
“Baiklah, ayoo kita ke sana, jangan lupa Salim kamu juga harus kesana, kita akan berlatih bersama” kata Haidar sambil berlalu dari sana diikuti oleh anak anak yang lain, sementara itu Salim diam saja, dia hanya memperhatikan pohon mangga yang ada didepannya….Sinosis Jodha Akbar episode 373