Bila saatnya Tiba bag 4 by Sally Diandra. Sore itu didalam angkot, Jodha sangat menyesali perbuatannya ke Suryaban, entah mengapa begitu melihat Jalal menghampirinya tadi, tiba tiba ada semacam kemarahan yang tertahan didadanya, Jodha merasa jijik begitu melihat Jalal yang telah menganggapnya sebagai wanita murahan, meskipun kemudian dia menyadari bahwa semua itu hanyalah salah paham belaka tapi hati kecil Jodha tetap belum bisa menerimanya 100%. Saat itu rasanya Jodha ingin sekali menumpahkan semua kemarahannya, agar semua orang tau bahwa dirinya sedang kesal dan semua ini karena Jallad ! Tiba tiba Jodha segera menghentikan angkot yang ditumpanginya dan segera keluar dari sana setelah membayar, saat itu hujan gerimis mulai turun, Jodha segera berlari kecil ke halte bis yang ada didepannya. “Uffttt … sialnya diriku, mana hari sudah hampir malam, hujan lagi” gerutunya dalam hati , tapi kemudian Jodha teringat Moti, segera diambilnya ponsel kesayangannya ditas dan dipilihnya nama Moti dan setengah jam kemudian Moti sudah sampai didepannya, Jodha langsung meminta Moti untuk mengantarnya ke bengkel motor untuk mengambil motornya yang sedang diservice disana. Baru setengah perjalanan menuju ke bengkel motor, hujan turun semakin deras, Jodha dan Moti akhirnya memilih sebuah café terdekat untuk tempat mereka berteduh sementara, setelah memesan dua cup caffe latte plus sepotong macaroni schotel ukuran medium, Jodha langsung menghempaskan dirinya dikursi besar dan empuk yang dekat dengan jendela.
“Kamu tau Moti, hari ini rasanya hari terburuk buat aku” , “Sabar Jo … terus kamu udah nyoba hubungin Suryaban ?” , “Belum …” ujar Jodha sambil menggelengkan kepalanya, “Tapi dia miskol terus dari tadi” , “Trus nggak kamu angkat ???” Jodha hanya menggelengkan kepala lagi, “Aku lagi nggak pengin ngomong sama dia, Mo …” , “Tapi masalahnya, Jo … bentar lagi cowok kamu bakal going abroad, kamu sendiri belum kasih jawaban kan untuk lamarannya” saat itu pelayan datang membawa pesanan mereka,”Terima kasih” ujar mereka berbarengan, “Kamu kan paling jago bikin macaroni schotel, kenapa harus beli sih ?” , ”Aku laper, aku stress ,,, jadi bawaannya pengin makaaaan mulu … ayoo” , “Trus apa jawabanmu ke Suryaban nanti ?” tanya Moti lagi sambil menikmati potongan macaroni schotel yang diberikan Jodha, “Itulah Mo … aku bingung, jujur aku belum siap untuk menjadi seorang istri, aku masih ingin bebas, yaa .. seperti ini ,,, aku bisa ngelakuin apa aja yang aku mau, tapi kayaknya dia berharap banyak dari aku, aku harus gimana Motiii … apalagi tadi aku ngebentak dia, bodoh banget diriku ini” , “Nih ! telfon dia … minta maaf sama dia se – ka – rang, nggak pake nanti, buruan …” perintah Moti seketika, melihat kesungguhan sahabat dekatnya, Jodha langsung memilih nama Suryaban diponselnya dan seketika itu juga suara lembut Suryaban terdengar dari kejauhan “Jodha, kamu dimana ? kamu nggak papa kan ?” Jodha langsung berdiri dari kursinya dan menjauhi Moti, sementara Jodha lagi asyik ngobrol sama Suryaban melalui ponsel, Moti mencoba menikmati lantunan lagu dari penyanyi café yang menghibur mereka malam itu dengan gitar tuanya, Moti jadi teringat ketika dulu Jodha pernah ingin melamar jadi penyanyi di café ini gara gara penyanyi tersebut, “Aku pengin kayak dia, Mo” , “Maksudmu nyanyi dicafe ini dengan gitar bututmu itu ?” , “Iyaa … keren kan ? aku bisa nyanyi sambil main gitar, tinggal latihan dikit, aku bisa tampil, aku yakin aku bakal diterima” , ”Iya yakin sih yakin, tapi apa kabar dengan pekerjaanmu yang seabrek ? seminggu tiga kali bahkan lebih kamu kudu latihan koreo, belum lagi kuliahmu, inkaimu, lalu mau nyanyi di café ?, kapan kamu mau bersenang senang ? lagian apa Suryaban nggak protes” sesaat Moti tertawa kecil ketika teringat kejadian itu, memang diakuinya sahabat dekatnya yang dikenalnya sejak SMP ini tidak pernah bisa diam, ada saja yang dikerjakannya, apalagi setelah ayahnya mengajukan pensiun dini dari pekerjaannya di perusahaan BUMN gara gara penyakit stroke yang dideritanya ketika Jodha SMA, Jodha memutuskan untuk mencari penghasilan sendiri, paling tidak bisa meringankan beban ibunya yang PNS. Sesaat Moti masih terhanyut dengan lantunan lagu lagu yang di nyanyikan oleh penyanyi café, tiba tiba bahunya ditepuk oleh seseorang dari belakang, ketika Moti menoleh dilihatnya Reesham sedang berdiri dibelakangnya bersama Jalal, Mirza dan Todar.
“Emang kalau udah jodoh nggak akan kemindang yaaa weceee …” , “Maksudmu ?” tanya Moti pura pura tidak tahu sambil matanya mencoba mencari cari sosok Jodha, “Jodha mana wecee … ? gilingan deh wecee, aqiqa udah cacamarica kemane mane kagak nemu nemu, eeeh taunya kesindang” repet Reesham, “Emang aku ama Jodha ???” Moti berusaha menutupi kebersamaannya bareng Jodha didepan Reesham, “Ciyuuusss miapaaah ??? udah gak usah boong, udah ketauan wecee, noh tasnya” Reesham langsung menunjuk tas Jodha yang tergeletak dikursi depan Moti, sementara Jalal dan dua temannya duduk dikursi dibelakang mereka, “Geseeeerr dikit cyiiinn … aqiqa lapangan bola niii la – par be – rat, yeee mekong aposee ? wuuu… macaroni schotel, mauuu … buat aqiqa aja yaa wecee” Reesham langsung memakan macaroni schotel yang masih tersisa, sementara Moti mulai sedikit was was begitu menyadari kalau waktunya sudah terlalu lama untuk Jodha ngobrol sama Suryaban “Mau pesen apa ?” tiba tiba pelayan menawarkan menu makanannya pada Reesham, “Oooh aqiqa ? aqiqa pesen yg kayak gini aja deeh weccee, endaaaang markondang kondang, minumnya juga sama yeee wecee” , “Baik, jadi satu macaroni schotel, satu caffe latte” ujar pelayan kemudian berlalu dari sana, sementara itu ponsel Moti tiba tiba berdering dan tertera nama Jodha disana tapi Moti ragu untuk mengangkatnya, langsung direjectnya seketika “Haduuuh Jodha …. gimana caranya aku keluar dari nenek lampir yang satu ini ????” bathin Moti cemas, tiba tiba Jalal sudah diduduk didepan Moti dengan menyodorkan tas Jodha yang tertinggal, “Selamat malam … kenalkan namaku Jalal, kita belum berkenalan kan ?” Jalal langsung menyodorkan tangannya kearah Moti, Motipun menyambutnya ragu ragu, lalu mereka berjabatan tangan, “Aku bisa mengerti kalau temanmu tidak mungkin akan kembali kekursi ini dan lagi pertemuan kita hanya sebuah kebetulan kan malam ini ? oleh karena itu kalau kamu mau pergi, pergilah … kami tidak akan menahanmu disini, silahkan ini tasnya” ujar Jalal lembut, diperlakukan seperti itu oleh pria seperti Jalal, Moti jadi speechless Moti jadi bingung nggak tau mau ngomong apa “Oh iya, ini kartu namaku … siapa tau dia memerlukan, tapi jujur aku ingin minta maaf secara pribadi dengan temanmu atas insiden semalam” Jalal langsung menyodorkan kartu namanya ke Moti, “Emang temenmu itu makannya aposee wecee … tinta deeh, mister Jalal ini kan dah secara baek baek minta maaf ke yee punya temen, tapi sadiss daah si Jodha ,,, nggak berperikelekongan, jiaaah … kata kata aqiqa mengharu biru yee wecee” repet Reesham kesal, Moti cuma senyum senyum melihat ulah Reesham, sedangkan Jalal tertawa kecil mendengar ucapan Reesham yang kadang banyak yang tidak dia mengerti, “Maaf, sudah malam … aku pulang dulu” kata Moti sambil berdiri dari kursinya, Jalalpun ikut berdiri, sementara Reesham langsung menggeser badannya keluar memberikan Moti ruang untuk keluar “Jangan lupa wecee … tolong bilang ke Jodha yeee, tadi kami sempet mampir ke rumsye doi, daah …capcus cyiiiinnn”, Moti cuma bisa menganggukkan kepalanya dan segera berlalu dari hadapan mereka dan langsung menuju lapangan parkir motor, disana Jodha sudah menunggunya dengan cemas. “Motiiii … sorry banget, aku tadi lihat Reesham” , “Iya aku tau … dan dia ngabisin semua makanan kita !” ujar Moti kesal, “Nih … si Jallad ngasih kartu nama buat kamu dan dia pesen mau minta maaf sama kamu secara pribadi” , “Nggak mau ! enak aja … aku kalo liat dia bawaannya jijik ! hiii … apalagi kumisnya itu lhooo, kayak pagar balaikota !” Moti langsung tertawa terbahak bahak mendengar ucapan Jodha, “Kenapa kamu ketawa ?” , “Apa tadi kamu bilang ? kumisnya macem pagar balaikota ?” Moti tertawa lagi, menyadari hal tersebut Jodhapun ikut ikutan tertawa, “Tapi emang iya sih kalo diliat liat … “ ujar Moti lagi sambil mengeluarkan motornya, “Sekarang jadi ambil motormu nggak ?” , “Jadi ! yuuk …” Jodha langsung duduk dibelakang Moti, “Kalau boleh aku kasih saran nih, lebih baik motormu itu dijual aja daripada bolak balik masuk bengkel” , “Eeiit nggak bisa, itu motor nilai historynya banyak, semakin tua semakin bersejarah … macem nggak kuliah di fak. Sejarah aja kamu” , “Yaa … cuma sekedar kasih saran, boleh kan ? oh iya … tadi Reesham bilang katanya mereka sempet mampir kerumahmu” ujar Moti sambil menyalakan mesin motornya dan mulai meninggalkan tempat tersebut, sementara Jodha terperangah sesaat begitu mendengar kata kata Moti, “Jallad mampir ke rumahku ???” Bila saatnya Tiba bag 5