Bila Saatnya Tiba bag 8 by Sally Diandra. Saat semua keluarga besar sudah menyetujui perjodohan Jodha dan Jalal, tiba tiba Jodha mendongakan kepalanya dan berkata : “Ayah, ibu, ibu Hamida dan semua keluarga yang hadir disini, bolehkah aku mengutarakan pendapatku ?” tanya Jodha penuh harap, “Apa yang kau utarakan, Jodha … katakanlah” ujar bu Meinawati, “Tanpa mengurangi rasa hormatku pada kalian semua, dengan berat hati aku katakan, kalau aku menolak perjodohan ini, saat ini aku tidak ingin menikah, aku masih ingin meneruskan studyku, aku masih ingin bebas, aku belum ingin terikat dengan siapapun … aku harap kalian semua bisa mengerti, maaf …aku minta maaf sedalam dalamnya” kata Jodha sambil segera angkat kaki dari hadapan mereka semua, sementara yang hadir disana tercengang mendengar ucapan Jodha, terlebih lebih bu Meinawati dan pak Bharmal, “Jodhaa …” ketika bu Meinawati hendak mengejar Jodha, tiba tiba Jalal menghentikan langkahnya, “Tidak usah, bu … tidak apa apa, saya bisa mengerti dengan apa yang dirasakan Jodha, saya juga tidak memaksa, mungkin Jodha masih perlu waktu untuk mempertimbangkannya, tidak apa apa … saya bisa mengerti” ujar Jalal, namun bu Meinawati tetap merasa malu dengan sikap Jodha tadi, terlebih lagi terhadap Hamida yang sepertinya menaruh harapan besar ke Jodha. Setelah acara ramah tamah antara kedua keluarga itu selesai, keluarga Jalal segera berpamitan pada keluarga Jodha, dan didalam mobil menuju perjalanan ke rumah Jalal “Jalal, kamu ini aneh kemaren kamu mengiba dengan amat sangat agar dinikahkan dengan Jodha tapi sekarang kenapa kamu malah mundur dan menyerah seperti ini ?” tanya Hamida tiba tiba, “Apa yang harus aku lakukan ibu ? kalau dia tidak mau menikah dengan aku, masa aku harus memaksanya ? mungkin dia punya pertimbangan tersendiri, bu …” ujar Jalal namun dalam hatinya “Tenang saja, bu … Jalalludin Muhammad Akbar tidak akan tinggal diam, selama ini tak ada satu wanitapun yang tidak bertekuk letut dihadapanku ! aku akan buat perhitunganmu denganmu Jodha !”. Sementara itu dirumah Jodha, “Jodha ! apa yang kamu buat barusan ! perbuatanmu memalukan ! apakah kamu tidak berfikir bagaimana perasaan ibu Hamida ? bagaimana perasaan Jalal ?” tanya ibu Meinawati sambil memegang kedua lengan Jodha, “Lalu apa ibu juga tidak memfikirkan bagaimana perasaanku ? ini bukan jaman Siti Nurbaya, bu … aku tidak mau dijodohkan !” jawab Jodha, “Kalau kamu memang tidak mau dijodohkan, kenapa kamu memberikan harapan itu pada kami ? kenapa kamu mau bertemu dengan keluarga mereka, lalu akhirnya kamu menampar muka mereka ? kenapa Jodha ?” tanya bu Meinawati dengan nada tinggi, Jodha hanya bisa diam tidak menjawab pertanyaan bu Meinawati, Jodha tidak bisa mengatakan pada ibunya kalau dirinya telah terluka oleh Jalal, bagaimana dulu Jalal meremehkan dirinya menganggap dirinya sebagai wanita murahan, Jodha masih teringat bagaimana wajah Jalal yang menjijikkan saat itu, “Kenapa kamu diam saja, Jodha ! kamu harus minta maaf pada mereka dan berdoa saja semoga ayahmu tidak apa apa setelah kejadian ini !” sesaat Jodha tersentak, dia baru teringat kalau ayahnya saat ini dalam keadaan sakit, apa saja bisa terjadi, Jodha sangat gelisah, dirinya bingung … apa yang harus dia perbuat ?
Beberapa hari kemudian setelah selesai menari disebuah acara, Jodha ingin sekali bergegas pulang kerumah, kemarin ayahnya masuk rumah sakit, darah tingginya kembali naik, hari ini Jodha ingin sekali menemani ayahnya, namun ketika hendak berlalu dari tempat itu, tiba tiba Zakira langsung menyeretnya ke meja “Hei hei hei … mau kemana ??? kamu kan belum makan” kata Zakira, “Aku harus cepat cepat pulang, Za … ayahku masuk rumah sakit dari kemarin, aku ingin menemaninya” ujar Jodha sambil berusaha melepaskan dirinya dari Zakira, “Eiittsss nggak bisa wecee… yeee kudu makarena dulu, makanan disindang bbeeuuuhhhh endang markondang kondaaang, gilingan weceee” repet Reesham seketika sambil mendekati mereka berdua, “Reesham, aku lagi nggak pengin makan, aku ingin pulang … ayahku pasti menunggu aku”, “Yaaa udah deeeh … minangan dulu deeh wecee, ini minuman menyehatkan mix fruit combina – ti – on, maka yo – ur body strong inaf weceee, yuukk cuuzzzz … “ Reesham langsung menyodorkan sebuah gelas berisi minuman cocktail dan sesaat Jodha melirik pada Reesham dan Zakira, “Kalo abis minum ini, aku boleh pulang kan ?” pinta Jodha dengan mengiba, “Dasar pere … lambreta bikin soraya perucha aja deeeh weceee” , “Apaan tuh soraya perucha ? bintang film ?” tanya Zakira, “Iiih tintaaa, sadis deh wecee … geje banget deh yeee, soraya perucha is sto – mek – ek alias sa – kit pe – rut, yuuk cusss sweety yeee nggak bakalan metong kalau minum ini” Jodha langsung meminum habis cocktail yang disodorkan oleh Reesham, “Gimana ??? gilingan kan wecee … ?” Jodha mengangguk “Aku pulang dulu yaa” pinta Jodha, “Sutralah … terserah yeee, titi dj yeee weceee” Jodha segera turun dari kursi dan segera meninggalkan Reesham dan Zakira menuju ke pintu depan, namun sebelum sampai dipintu, baru beberapa langkah Jodha berjalan, tiba tiba Jodha merasakan pusing yang amat sangat dan tiba tiba pandangan didepannya hitam pekat, Jodha merasa tidak bisa melihat apa apa lalu sebelum Jodha sempat jatuh terkulai ke lantai, Reesham langsung memegangnya dari belakang bersama Zakira, sambil memapah Jodha yang pingsan seketika itu juga, Zakira dan Reesham langsung membawa Jodha ke luar pintu ballroom tersebut dan memapahnya ke lift, untungnya orang orang yang berada disana tidak ada yang memperhatikan Jodha yang tiba tiba pingsan, “Kamu kasih berapa sih dosisnya ? kok dia langsung pingsan gini ?” Zakira langsung membentak Reesham setelah mereka berada didalam lift, “Double fungsyen wecee” ujar Reesham sambil memencet lantai 5, “Gila kamu ! kamu kasih dia double ? bisa bisa nggak bangun entar lho !” hardik Zakira, “Bangun, tenang aja weceee .. tu pere kagak nape nape, cuma pingsan, besok pagi juga bangun, yuuuk cuuzzz …” begitu lift terbuka Reesham dan Zakira kembali memapah Jodha, kemudian setelah sampai dikamar 505, Reesham langsung memencet bel pintu kamar hotel tersebut dan tak berapa lama kemudian munculah seorang pria dari dalam kamar hotel dan laki laki itu adalah Jalal. “Boss, ni pere mau ditaruh dimenong ? berat niii” ujar Reesham ngos ngosan begitu melihat Jalal didepan pintu, “Mari sini aku bantu” ujar Jalal sambil langsung menggendong Jodha dengan kedua tangannya “Uuuh strong in – naf bingiiit deeh weceee” kata Reesham sambil mengikuti Jalal masuk kedalam kamar hotelnya diikuti oleh Zakira, kemudian Jalal membaringkan tubuh Jodha ditempat tidur, dilepaskannya sepatu kets yang membalut kakinya, “Tu pere mau diapain sih boss ??? kagak mau di …” Reesham benar benar penasaran dengan rencana Jalal yang masih rahasia buatnya, “Belum saatnya, Reesham … aku cuma mau kasih pelajaran ke dia, sekarang lepas semua bajunya” perintah Jalal, “Yeee si boss geje deeh weceee, tintaaa … katanya nggak mau diapa apain, kok pake lepas baju segalaa … maluku weceee, tintaa deeh si boss” Jalal tidak mempedulikan omongan Reesham, “Nih uang buat kalian berdua, aku harap itu cukup buat kalian” Jalal langsung memberikan segepok uang ratusan ribu didalam sebuah amplop coklat “Uuuuh kalo ini siiih gilingaaan deh si bosss, si boss tau aja yang aqiqa mau, aqiqa suka berbisnis dengan si boss” mata Reesham langsung terbelalak begitu melihat uang berwarna merah itu melambai lambai didepan matanya, “Tapi jangan lupa, sebelum kalian pergi, lucuti semua bajunya, aku pergi dulu, kalau kalian mau pulang … jangan lupa tutup pintu rapat rapat, mengerti !” , “Siap boss !” Jalalpun menggangguk dan segera berlalu meninggalkan mereka berdua. Sepeninggal Jalal, Reesham langsung menyuruh Zakira untuk melepaskan baju Jodha satu persatu, “Reesham, kalau Jodha sampai marah sama kita gara gara hal ini, bisa berabe kita” ujar Zakira sambil membuka selimut yang membungkus kasur tersebut kemudian diletakkannya diatas tubuh Jodha, sehingga hanya kepalanya saja yang terlihat dan dilepasnya baju Jodha satu per satu, mulai dari kaos dan celana jeansnya, “Udaah yang penting kita dapet duit weceee .. pokoknya endang markondang kondaaaang” , “Dapet duit sih dapet duit tapi aku kasihan sama dia, aku takut kalau nanti itu si Jalal ngapa ngapain Jodha, kasihan kaaan” , “Don’t worry wecee … itu mister cinta berat ama ni pere, aku punya piling kalo tu lekong kagak bakal ngapa ngapain dese, percaya deh … “ , “Pokoknya kalau ada apa apa ama Jodha, kamu lho Reesham yang kudu tanggung jawab !” , “Yeee enak dielu kagak enak digue dooong, modus ! elu juga kudu tanggung jawab, elu kan juga mau dokunya” , “Trus ini kaos dalam, beha, cd juga kudu dicopot ?” tanya Zakira sambil merapikan baju Jodha dan ditaruhnya diatas kursi sebelah tempat tidur , “Udah kagak usah … bagian daleman biarin aja deh, entar tambah horny tuu si boss, udah buruaan ciiin, kita langsung capcuz dari sini yuuuk” , “Iyaaa deeh … aduuuh sorry ya Jodha kalau kamu kita manfaatin untuk kesenangan kita, maaaf bangeeet, kamu marah yaaa ???? tonjok aja itu Mr. Jalal, yaaa … see you honey” ujar Zakira sambil membelai wajah Jodha yang sudah tertidur pulas, lalu mereka berdua segera keluar dari kamar hotel tersebut sambil ketawa cekikikan. Sementara malam itu Jalal tidak kembali ke kamarnya dimana ada Jodha yang sedang tertidur pulas disana, Jalal malah asyik mengerjakan pekerjaannya dilaptopnya sambil menikmati secangkir kopi diruang makan hotel, baru sekitar jam 2 pagi, Jalal merasakan kantuk yang tak tertahankan, segera dia bergegas merapikan semua pekerjaannya dan menuju ke kamarnya. Sesampainya dikamarnya, ketika lampu kamar mulai dinyalakan, dilihatnya Jodha masih tertidur pulas, setelah diletakkannya semua barang bawaannya dimeja, Jalal segera menghampiri Jodha dan duduk ditepi tempat tidur sambil memandangi Jodha, “Semuanya tidak akan seperti ini, kalau kamu tidak membentakku, Jodha … kalau kamu tidak menolakku, I’m sorry … I have to do this” ujar Jalal sambil membelai wajah Jodha dengan lembut kemudian dia beralih kesisi tempat tidur satunya, dibukanya bajunya satu per satu, hingga dia hanya mengenakan kaos dalam dan celana pendek saja, kemudian dibaringkannya tubuhnya disebelah tubuh Jodha, “Good night dear” … kemudian Jalal pun tertidur. …. Bila Saatnya Tiba bag 9