Sinopsis Jodha Akbar episode 129 by Jonathan Bay. Jodha sedang duduk melamun di kamarnya. Moti datang sambil membawa nampan dan meminta Jodha ganti baju sebelum tidur. Moti meraih tangan Jodha untuk melepas gelang dan perhiasannya ketika dia menyadari kalau Jodha sedang melamun. Moti bertanya, “Ada apa, Jodha? Apa yang kau pikirkan?” Jodha menjawab kalau dirinya sedang memikirkan Bakshi Bano, “Moti, bukankah cinta itu aneh? Orang yang sedang jatuh cinta itu lupa segalanya. Cinta itu tidak ada batasnya. Contohnya bakshi bano. Dia tahu kalau Sharifudin itu penjahat, tapi dia sangat mencintainya. Menurut dia Sharifudin itu bukan penjahat. Dia tidak berhenti menangis saat dia bicara denganku, membicarakan Sharifudin. Kenapa cinta itu aneh sekali Moti?” Moti menyahut, “aku tidak tahu. Katakan padaku, apa kau sudah bertemu dengan kaisar?” Jodha berkata, “aku sudah bertemu denganya tapi aku belum menemukan waktu yang tepat untuk bicara denganya.” Moti dengan heran bertanya, “kalau begitu apa yang kau lakukan?” Jodha menajwab, “tidak ada. Jika sesuatau tidak dikerjakan dengan tepat waktu, maka nilai dari perbuatan itu akan hilang. ~Jodha menerawang sesaat, lalu dia tersenyum~ Moti, aku punya beberapa pekerjaan untukmu. Ambilkan pulpen dan kertas untukku.” Moti menatap Jodha dengan heran, “kertas dan pulpen? Kau ingin menulis surat untuk siapa tengah malam begini? Apa kau sedang rindu pada orang-orang di Amer?” Jodha menjawab, “aku ingin menulis surat pada yang mulia. Aku rasa aku akan menulis surat padanya untuk mengekspresikan rasa terima kasihku padanya. Dia akan tahu apa yang ingin aku katakan padanya. Surat akan lebih pantas dalam keadaan seperti ini.” tanpa bertanya lagi, Moti segera pergi mengambilkan pena dan kertas untuk Jodha.
Sharifudin sedang di bawa ke penjara. Dia di kurung dalam kurungan yang sama dengan adham. Mereka berdua terkejut melihat satu sama lain. Adham menyapa lebih dahulu, “aku sangat terkejut melihatmu.” Sharif membalas dengan kalimat yang kurang lebih sama, “aku juga tidak menduga akan bertemu di sini. Kenapa anak dari Perdana Menteri bisa ada dalam jeruji ini?” Adham melarang sharif mengkhawatirkan dirinya. Aku tidak punya kesempatan untuk kabur sepertimu. Kau malah tertangkap. ~Sharif tertawa~ Kenapa kau tertawa?” Sharif menjawab, “Adham, aku tidak tertangkap. Aku sengaja melakukan ini.” Adham dengan penasaran bertanya, “apa maksudmu?” Sharif menjelaskan, “abu mali telah kalah di medan perangnya. Aku tidak ingin mati di medan perang. Jika aku mati, bagaimana mungkin aku mendapatkan tahtanya? Bukan keputusan yang bijak, kabur dari Agra kalau aku ingin tahta. Aku harus tetap di agra.” Adham bertanya, “bagaimana kalau Jalal membunuhmu?” Sharif tertawa, “aku yakin dia tidak akan sanggup melihat adiknya menjadi janda lagi dengan membunuhku. Aku akan aman di sini. Dan merencanakan sesuatu untuk Jalal.” Sharif sudah membalikan badan akan pergi, tapi dia mengurungkan niatnya, dia kembali menatap Adham dan bertanya, “dan kau? bagaimana kisahmu?” Adham menjawab, “ada beberapa kesamaan dalam kasus kita ini. Kau berusaha memisahkan Jalal dari istrinya, aku juga begitu. Ceritanya panjang. Kita berdua akan punya banyak waktu. Ayo duduk dan saling mendengarkan kisah masing-masing. Ayolah..” Sharif tertawa terkekeh, Adham tersenyum geli. Keduanya lalu duduk dan saling menceritakan kisahnya masing-masing.
Sinopsis Jodha Akbar episode 129. Jodha menulis surat untuk Jalal, yang isinya antara lain: “Salam yang Mulia, ini Ratu Jodhamu. Aku tidak tahu bagaimana memberitahumu. Aku sangat terkesan dengan keputusanmu di dalam kasus Tasneem. Aku sangat bahagia dengan keputusan adilmu. Aku ingin memgucapkan terima kasih padamu tapi tidak mendapat kesempatan yang baik karena itu aku menulis surat ini. Ratu mu Jodha.” Selesai Jodha menuli surat, dia membacanya sekali lagi. Moti membawa stempel Jodha, Jodha memberi cap nya di surat dan menyuruh moti memberikan surat itu pada Jalal.
Saat itu Jalal sedang bersama Maham. Jalal terlihat sedih, Maham berkata, “aku sedih karena orangmu sendiri mengkhianatimu. Baik Adham Khan ataupun Sharifudin.” Jalal menyahut, “kau tidak perlu marah tentang itu, Badi ami. Kaisar punya banyak teman, juga banyak musuh. Khan Baba selalu memberitahuku, kalau Kaisar dapat menghancurkan musuh yang mengganggunya dengan menghukum mereka. Baik Adham ataupun Sharif, mereka adalah ksatria, tapi mereka telah menjadi pengkhianat. Mereka berdua berkonspirasi melawan istri-istriku. Sharifudin membuat aku dan Ratu Jodha berselisih. Dan Adham khan ingin aku menceraikan Ratu Ruqaiya.” Tiba-tiba terdengar pemberitahuan kalau Moti ingin bertemu Jalal. Jalal memberi izin. Moti masuk, dia memberi salam pada Jalal dan Maham lalu menyerahkan surat dari Jodha pada Jalal. Tapi Maham anga yang menerimanya. Setelah itu Moti berpamitan. Jalal merasa heran dan berkata, “ratu Jodha, seharusnya kau langsung menemuiku saja daripada menulis surat untukku. Ngomong-ngomong, Maham anga, tolong bacakan suratnya.” Maham menolak, “bagaimana mungkin aku membaca surat ini, Jalal? Ini surat dari istri untuk suaminya. Aku minta maaf, aku tidak bisa membacakan surat ini untukmu.” Jalal membujuk mahan, “kau punya hak badi ami. Seperti kau tahu aku tidak bisa membaca atau menulis. Aku mohon bacakan untukku.” Melihat tatapan memohon Jalal, Maham akhirnya setuju. Maham membuka surat dari Jodha dan berpikir, “ini kesempatan yang bagus untuk memberikan pelajaran kepada ratu Jodha.” Maham membaca surat Jodha, yang isinya kemudian di tambah olehnya sendiri menjadi: “Salam untuk Kaisar dari ratu Jodha. Aku tidak tahu bagaimana cara mengatakan padamu apa yang ada dalam pikiranku. Aku sangat terkesan dan bangga dengan keputusanmu dalam menangani kasus Tasneem. Aku tidak bisa mendapatkan kesempatan yang tepat untuk memberimu selamat. karena itu aku menulis surat ini. Untuk memberimu selamat atas keadilan itu.” Maham menatap Jalal sambil berkata, “lalu dia menuliskan: Yang Mulia kau telah melaksanakan tugasmu sebagai seorang suami pada istri. Dan sekarang aku ingin melaksanakan tugasku sebagai seorang istri pada suaminya. ~Maham beberapa kali melirik Jalal untk melihat reaksinya, tapi Jalal tetap tenang~ Aku ingin kau datang ke kamarku besok malam dan menginap di kamarku. Yang mulia aku ingin mengakui kalau aku cinta padamu.” Jalal terlihat sangat bahagia mendengarnya, walau begitu dia tetap terlihat tenang dan berusaha menyembunyikan perasaannya. Maham melanjutkan, “dari istri utamamu, Ratu Jodha.” Maham menatap Jalal, sambil tertawa bahagia dia berkata, “selamat Yang Mulia. Ratu Jodha akhirnya mencintaimu. Aku turut bahagia untukmu. Selamat.” Jalal menatap Mahan dengan heran, “aku terkejut, badi ami. Kenapa kau masih bisa bahagia padahal Adham khan mendekam di penjara.” Maham mengelak, “aku turut bahagia untukmu, Jalal. Kau juga putraku. Salah satu anakku telah membuatku marah. Sementara yang satu lagi membuatku sangat bahagia.” sambil tertawa bahagia, Maham mencium kening Jalal. Tanpa pamitan, Jalal lalu pergi meninggalkan Maham yang menatapnya sambil menyerigai licik. Dalam hati maham berkata, “akan ada sebuah perayaan. Untuk mengingat apa yang terjadi besok malam, rencanaku akan berhasil dengan bantuan Ramtanu Shahab.”
Kembali ke Musoleum Akbar untuk mendengarkan percakapan Jiwa Jodha dan Akbar.
Suara Jiwa Akbar: “ada lirik di sebuah lagu yang ada hubunganny adenganku yang di bawakan oleh Tansen. ~Di suatu tempat, Ramtanu sedang memainkan alat musiknya. Saking merdunya, sampai merpati berduyun-duyun datang menghampirinya~ Ramtanu Pandey menggambarkan cinta di dalam hidupku. Musik Tansen telah merubah hidupku.”
Sinopsis Jodha Akbar episode 129. Maham menemui Jalal di kamarnya dan memberi salam. Jalal yang sedang duduk membalas salam maham dan berkata, “kau kelihatan bahagia, silahkkan duduk.” Maham duduk didepan Jalal sambil tertawa gembira, “terima kasih, Jalal. Ada alasannya kenapa aku bahagia. Aku punya ide untuk merayakan kesenangan ini.” Jalal mengangguk dan berkata, “katakan padaku.” Maham memberitahu Jalal kalau ada seorang penyanyi yang sangat bagus, “…di kerajaan Raja Ramchandra Baghel. Suaranya seperti sihir.” Jalal bertanya, “apa yang kau maksudkan itu Ramtanu?” Maham dengan gembira menyahut, “benar.” Jalal berkata, “aku pernah mendengar tentang kemampuannya. Orang-orang merasa kagum setelah mendengar nyanyiannya.” Maham bertanya, “apakah kita bisa mengundang dia untuk perayaan besok?” Jalal setuju, dia akan mengirimkan undangan secara pribadi pada Ramtanu untuk memintanya tampil di perayaan besok. Maham berkata kalau dirinya akan melakukan semua persiapan kalau Jalal mengizinkan. Jalal berkata, “izin di berikan badi Ami.” Maham mengucapkan terimakasih dan pergi, setelah sebelumnya sempat melirik Jalal sambil tersenyum licik.
Jalal mengirim undangan pada Ramtanu Pandey agar tampil menyanyi di acara perayannya. Tapi sepertinya Ramtanu merasa keberatan untuk tanpil di kerajaan Mughal. Ramtanu berkata, “kenapa aku harus pergi dan tampil di kerajaan ini?” King Riwa Naresh memberi penjelasan, “dia adalah kaisar dari kerajaan Mughal. Dia orang terkuat di negeri ini. Menurutku sebaiknya kau menerima undangannya.” Ram menyahut, “Yang Mulia, aku sangat ingin Yang Mulia. Tapi seberapa tahukan sang kaisar itu tentang musik?”
Narator berkata: dengan izin Raja Ramchandra Baghel, Tansen menerima undangan kaisar untuk tampil di kerajaanya. Semua orang di istana Agra senang mendengar berita ini. Dan akan menjadi hal yang fenomenal bisa melihat musisi terbaik yang akan tampil di kerajaan Mughal.
Hamida dan Jiji anga sedang duduk berhadapan dan berbincang. Jiji anga memuji maham anga, “idenya Maham anga itu sangat luar biasa. Aku pernah mendengar jika Ramtanu adalah musisi yang terhebat.” Hamida sambil tertawa gembira mmenyahut, “aku harap sihir dari musiknya itu bisa membawa Jalal dan Jodha bersama-sama.”
Di halam istana, pada Resham maham berkata, “aku mengundang Ramtanu agar Jalal dan Jodha bersatu. Ramtanu akan mengeluarkan mantranya tapi akulah yang akan mendapatkan keuntungan dari keadaan ini.”
Di kamarnya, Jodha telihat sangat bersemangat mendengar kalau Ramtanu akan tampil di Agra. Pada Moti Jodha berkata, “ini berita yang sangat luar biasa. Aku sangat beruntung sekali akan mendengar suaranya. Aku bisa mendengarkan sihir dari musiknya itu. Aku merasa terberkati bisa mendengar dia.” Melihat Jodha sangat senang Moti tersenyum dan berkomentar, ” kau kelihatan sangat senang.” Jodha menyahut, “ya, Moti. Sujamal bhaisa selalu membicarakan tentang kehebatannya. Aku merasa bangga ada musisi hindustan yang akan tampil di kerajaan Mughal. Dia adalah musisi terbaik. ~Jodha membayangkan Ramtanu sedang memainkan musiknya~ Atmosfir yang ada di sekeliling dia keluar dari nada yang dia mainkan. Moti, tidak ada yang akan aku minta lagi jika aku bisa mendengar suaranya.
Narator berkata: semua orang di istana agra sedang menunggu kedatangan Ramtanu. Yang Mulia dan orang-orang menunggu musisi terbaik Ramtanu Pandey. Ramtanu Pandey sedang dalam perjalanan ke istana Agra yang akan membuat reputasi dia di hormati, di hargai dan dia akan mendapatkan nama baru Tansen. Ramtanu Pandey tidak pernah menyangka jika dia akan berada di antara 9 permata kerajaan mughal.
Sinopsis Jodha Akbar episode 129. Ramtanu tiba di Angori Bagh, seorang pelayan bertanya apakah dia bisa membawakan alat musiknya? Ramtanu menolak, “aku mencintai alat musikku lebih dari hidupku. Aku tidak akan memberikannya kepadamu.” Atgah khan menyambut kedatangan Ramtanu Pandey. Atgah memberinya salam dan menyapa, “aku ucapkan selamat datang pada Raja Musisi di istana kerajaan Mughal.” Ram akan melangkah mengikuti Atgah, ketika dia melihat burung merak dan mengagumi keindahannya. Ram tidak jadi masuk ke istana, dia duduk di sofa, membuka alat musiknya dan mulai memainkannya. Mendengar alunan alat musik Ramtanu, burung merak memekarkan ekornya dengan indah. Semua orang yang melihatnya menjadi terkagum-kagum. Untuk sampai di aula sidang, Ram harus melewati taman, saat menginjak tanah, dia merasakan sesuatu di sepatunya, dengan berpegangan di pundak pelayannya, Ram menatap sepatunya, dia melihat tanah mengotori sepatunya dan berkata, “tanah di kerajaan ini kelihatannya tidak bagus. Tanahnya sudah mengotori sepatuku. ~atgah hanya menatap, tapi tidak komentar~ Ayo lanjutkan.”
Ram akan memasuki ruang sidang. Pengawal mengumumkan kehadirannya. Para ratu terlihat bersemangat, terutama Jodha. Hoshiyar berbisik di telinga Ruq, “kau lihat itu Ratu, semua orang sudah merasa kagum dengan melihat kedatangannya.” Ruq balas berbisik, “aku dengar jika suaranya itu sangat bagus sekali. Begitu juga dengan kepribadiannya. Seorang penyanyi sedang menyambut Ramtanu dengan nyanyiannya. Ramtanu menoleh ke arah penyanyi itu dan protes, “nadanya kurang tepat. Ada waktu yang tepat untuk setiap nadanya.” Medengar teguran Ram terhadap penyanyi itu, semua orang terdiam dan menatapnya dengan kagum. Atgah membawa Ram kehadapan Jalal. Jalal berkata, “aku mengucapkan selamat datang padamu di kerajaan Muhal. Aku sudah mendengar tentangmu.” Ramtanu balas menyapa, “aku juga pernah mendengarmu dan aku merasa kagum juga padamu.” Jalal memberi salam pada Ramtanu, Ram menyahut, “pranam.” Jalal kemudian berkata, “keinginanku untuk bertemu denganmu sudah terlaksana, aku berharap akan mendengarmu bernyanyi malam ini. Kau bisa istirahat di kamar tamu kerajaan.” Ramtanu dengan pedas menjawab, “aku datang kesini bukan untuk istirahat Yang Mulia. Aku datang karena undanganmu itu dan karena perintah dari Rajaku. Aku akan pergi setelah perayaannya selesai.” Jalal tersenyum, “kau bebas untuk menentukan kapan kau akan pergi. Aku rasa kau tidak suka udara di Agra.” Ramtanu menyahut, “aku ingin memberimu selamat atas dugaanmu itu tentang aku. Aku minta izin untuk pergi.” Jalal memberi izin dan memberi isyarat pada Atgah agar mengantar Ram. Ram tanu memberi salam sebelum pergi. Jalal mengantar kepergian Ram sambil tersenyum pernuh arti.
Jodha sedang memetik bunga di taman di temani para pelayan. Reva berkata, “bunga-bunga ini cantik sekali, Ranisa.” Jodha berkata, “tidak di ragukan lagi jika dia itu adalah seniman yang luar biasa.” Reva heran mendengar jawaban Jodha, “aku sedang membicarakan bunganya.” Jodha menyahut, “aku sedang membicarakan Ramtanu. Kemampuan dan martabatnya itu sangat luar biasa. Pasti keadaan di istana akan menjadi ceria untuk penampilannya.” Entah dari mana, tiba-tiba Jalal muncul di depan Jodha dan berkata, “aku senang mendengar jika kau sungguh senang dengan perayaan malam ini.” Jodha mengangkat wajahnya menatap jalal dan memberi salam, “pranam Yang Mulia.” Jalal membalas salam Jodha, “adab. Aku tidak mengerti dengan pengamatanmu. Tentang mertabatnya ramtanu. Aku tahu kalau musisi itu punya sikap yang aneh. Dan aku melihat itu di Ramtanu juga.” Jodha menyahut, “memikirkan siapa pria yang terbaik adalah pria yang memiliki sikap yang aneh. Contohnya ..kau.” Jalal tersenyum dan berkata, “aku anggap itu sebagai pujian.” Jodha balas tersenyum dan berkata, “Aku ingin berterima kasih padamu. Karena mengundang Ramtanu Pandey untuk tampil malam ini. Aku sangat bahagia.” Jalal menatap Jodha dengan tatapan penuh arti, “aku senang mendengar jika usahaku ini bisa membuatmu bahagia.” Jodha menyahut, “ya. Tentu saja, usahamu yang membawa dia kesini. Tapi aku yakin jika ide untuk membawa dia kesini itu bukan idemu.” Jalal mengerutkan kening dan bertanya, Kenapa kau bisa berpikir jika itu bukan ideku?” Jodha tersenyum, “aku bisa melihat itu. Musik adalah bukan salah satu kesukaanmu.” Jalal bertanya, “kenapa kau berpikir seperti itu? Musik itu bukan milik orang yang menyanyikan atau memainkannya saja. Ratu Jodha, ada sebuah nada yang tercipta dari langkah gajahku. Dari benturan pedang juga tercipta sebuah nada. Suara derikan dari baju perang itu juga ada musiknya. Itulah bedanya nada dari Ramtanu dan aku.”
Jodha sangat kagum dengan pemikiran Jalal, “pengamatanmu sangat bagus, Yang Mulia, begitu pula contoh yang kau berikan. Musik itu tidak ada batasannya.” Jalal dengan rasa ingin tahu bertanya, “Apa kau tahu mengapa?” Jodha sambil menerawang berkata, “musik itu bisa sampai kesebuah tempat di mana yang lainnya tidak bisa. Ada suara musik saat fajar datang. Ada suara musik dari suara turunnya hujan dan derasnya sungai. Ada suara musik dari kelembutannya bulan. Dan di dalam warna bulu burung merak, jika orang bisa merasakannya. Ada sebuah musik di semua makhluk ciptaan tuhan. Ada musik di bunga yang sedang mekar dan suara lebah yang mengelilinginya. Ada sebuah musik di desirnya angin. Ada musik di serbetnya pelayan. Ada sebuah musik di dalam doa dan suara bel. Ada musik di sunyinya malam dan ada musik di suara loncengnya kerbau. Ada musik di lagu nina bobonya. Musik itu ada di mana-mana. Sepotong kayu itu bisa menjadi seruling. Musik itu adalah bagian dari semuanya, sama seperti jiwa. Sangat sulit sekali merasakan sebuah musik dan ada tidak ada nyawa di alat musiknya. Apa menurutmu mungkinkah ada batasnya dari sebuah musik?”
Jalal menatap Jodha dengan kagum, “subhanallah, Ratu Jodha. Mungkin aku tidak tahu bagaimana batas dari musik itu. Tapi yang aku tahu adalah kalau kau itu sangat senang berbicara.” Jodha tertawa, “malam ini juga tidak ada batasannya.” Mendengar kata-kata Jodha, Jalal teringat surat Jodha yang di baca Maham anga, ~”Yang Mulia aku ingin mengakui kalau aku cinta padamu. Aku ingin kau datang ke kamarku malam ini. Dan menginap di kamarku malam ini.”~ jalal tertunduk penuh pengertian. Jodha dengan gembira berkata, “aku sangat penasaran malam ini.” Jalal menyahut sambil menatap Jodha dengan tatapan yang susah di artikan, “aku juga tidak sabar menunggu malam ini, ratu Jodha.” Jodha tertawa bahagia…. tanpa tahu maksud sebenar dari kata-kata Jalal. ..Sinopsis Jodha Akbar episode 130