Sinopsis Jodha Akbar episode 130 by Jonathan Bay. Javeda menangis karena Adham masuk penjara. Melihat itu maham menyuruhnya diam, “cukup Javeda. Berhentilah menangis.” Sambil menangis Javeda menyahut, “aku tidak bisa menghentikan air mata ini, ibu. Mereka telah memenjarakan suamiku. Dan kau sebagai perdana menteri tidak melakukan apa-apa. Di tambah lagi, kau tidak memberitahu aku tentang kejadian ini.” Maham dengan nada membujuk berkata, “aku tidak memberitahumu karena aku tidak ingin membuatmu khawatir.” Javeda menyahut, “tapi setelah tahu kenyataanya bagaimana mungkin aku tidak khawatir? Aku inggal di istana ini. Sementara suamiku menghabiskan malam di penjara bawah tanah. Akan lebih baik jika mereka memenjarakan aku juga bersama dia. Percayalah padaku ibu, jika aku tahu ini terjadi, aku tidak akan pergi ke rumah ibuku.” Dengan jengkel maham bekata, “apa yang bisa kau perbuat? Berhentilah menangis! Apa kau akan memprotes keputusan yang mulia? Apa kau akan bisa membujuk Yang Mulia agar memaafkan Adham?” Javeda protes, “Kenapa yang mulia bisa melakukan ini? Kenapa dia tidak membiarkan saja Adham menikah dengan Tasneem? Apa untungnya buat dia?” Maham setuju dengan kata-kata Javeda, tapi tak bisa berbuat apa-apa, “kau tidak perlu khawatir. Adham Khan itu hanya di penjara.” Javeda menyela, “itu benar sekali. Tapi kenapa kau membiarkan mereka memenjarakan Adham?” Maham hilang kesabaran. Dia berdiri dan berkata dengan nada tajam, “karena jika aku tidak membiarkan mereka memenjarakan Adham, mereka akan memberikannya pada rakyat untuk di adili, mereka akan membunuhnya dan kau akan menjadi janda. Kau akan memakai baju putih sepanjang hidupmu.”
Javeda seperti tersadar dan berkata dengan nada menyesal, “ya Allah, aku tidak berpikir seperti itu.” Javeda langsung berhenti menangis. Dan dengan rasa ingin tahu bertanya, “ibu, bagaimana keadaan Adham di penjara?” Maham tertawa sarkastis, “dia sedang menikmatinya, dia sedang bersenang-senang, dasar kau bodoh! Apa yang di lakukan orang di penjara?” Melihat maham marah, Javeda bersimpuh di depannya, “dia pasti sudah membuat masalah yang besar, iyakan?” Maham menyahut, “ya. Dia sudah membuat masalah yang besar. Jangan khawatir, sebentar lagi aku akan mencari cara untuk membebaskan Adham. ~Maham mengelus kepala Javedda~ Jangan khawatir, Javeda. Dan aku mohon berhentilah menangis.” Javeda kembali ceria, “aku akan berhenti menangis, kau sudah mengingatkan aku jika aku masih bisa memakai pakaian berwarna ini. Aku sudah membawa banyak baju yang berwarna-warni. Aku tidak akan membuatnya menjadi sia-sia. Aku tidak akan menangis sekarang, apa kau mau melihat baju yang aku bawa? ~Maham bengong mendengarnya~ Aku akan mengambilnya, aku yakin kau pasti suka.” Javeda segera meninggalkan Maham. Maham dengan heran mengeluh, “bagaimana Adham bisa bernasib sial punya istri seperti Javeda? Dia itu bodoh sekali! Bahkan jika Adham mati, aku yakin, dia akan tetap memakai pakaian berwarna-warni itu. Tuhan, kenapa kita bisa menerima semua ini?”
Maham gelisah dan mencari-cari Resham, “kemana Resham? Aku meminta dia untuk memanggil Ramtanu. Aku berharap dia tidak sedang sibuk mendengarkan puisi-puisinya. Kenapa dia tidak bertanggungjawab seperti ini?” Tak lama kemudian Resham datang, “salam, yang mulia.” Maham membalikan badan dan menatapnya dengan kesal, “kemana saja kau? Ada apa? Kenapa kau kelihatan sedih seperti itu? Mana Ramtanu?” Dengan sedih Resham berkata, “dia menolak untuk ikut bersamaku.” maham kaget, “apa? Aku tahu dia itu penyanyi yang sangat berbakat, tapi aku ini perdan menteri kerajaan Mughal. Dia tidak boleh menolakku. Hari ini, aku harus meyakinkan dia. Untuk bernyanyi di depan kerajaan bagaimanapun caranya.” Reshem penasaran, “tapi aku tidak mengerti, Yang Mulia. Bagaimana nyanyian Ramtanu itu bisa membantumu?” Maham menyahut, “Ramtanu akan memberikan apa yang tidak bisa aku dapatkan. Sihir dari musiknya itu akan membuat rencanaku berhasil. Jika dia berbakat di bidangnya, maka aku juga berbakat di bidangku. Jika dia itu keras kepala, aku akan menghancurkan ketetapan hatinya itu dan membuat dia berubah pikiran. Aku akan pergi menemuinya dan aku akan bisa menyakinkan dia.”
Sinopsis Jodha Akbar episode 130. Ramtanu sedang bermeditasi di kamarnya ketika Maham datang mengunjunginya. Maham memberi Salam, Ramtanu tidak menyahut, dia hanya menatap Maham anga dengan tatapannya yang berkharisma. Maham anga dengan angkuh berkata, “aku Maham anga, perdanan menteri dari kerajaan Mughal. Yang Mulia sudah menganggapku sebagai ibunya.” Dengan dingin Ramtanu berkata, “sekarang ini kau tidak lain hanya sebagai elemen penggangguku saja. Kau sudah mengganggu waktu latihanku. Sebaiknya kau pergi.” Maham mentolerir kata-kata Ramtanu, “tentu aku akan pergi. Malam ini kau akan bernyanyi di istana. Latihan itu sangat penting.” Ramtanu menjawab, “bagiku, musik itu adalah perayaan. Dan melatihnya membuatku merasa senang, aku melakukannya untuk jiwaku. Aku tidak akan tampil jika aku tidak latihan terlebih dahulu.” Maham seperti memahami maksud Ram tanu, “jika aku telah membuatmu tersinggung, maka aku minta maaf. Tapi aku datang kesini dengan rasa hormat. Aku sangat berterima kasih, kalau kau bernyanyi dengan baik malam ini. Menyanyikan sebuah lagu yang akan…” Ramtanu memotong ucapan Maham, “aku tidak akan menerima perintah dari siapapun.” Maham berdiri dengan marah dan berkata dalam hati, “jika dia tidak melakukan apa yang aku perintahkan, aku akan menghancurkan keluarganya.” Tanpa berkat apapa-apa, Maham pergi. Tapi Ramtanu menahanya dengan berkata, “aku tahu apa yang ada di dalam pikiranmu sekarang. Jika aku tidak melakukan apa yang kau perintahkan, kau akan menyakiti semua keluargaku.” Maham menoleh dengan terkejut. Ram melanjutkan, “itukan yang kau pikirkan? Jika benar begitu, maka aku minta kau beritahu yang mulia kalau Rantanu Pandey tidak akan bernyanyi malam ini di perayaan itu.” Maham dengan tatapan dan suara melembut berkata, “ada apa, tuan Ramtanu? Kenapa kau berbicara seperti itu dalam permasalahan yang ringan ini? Apa yang salah dari perbuatanku? Aku hanya mengatakan permintaanku saja padamu. Yang aku mau kau hanya bernyanyi denga baik di perayaan malam ini. Aku harap kau akan menyanyikan sesuatu yang membangkitkan rasa cinta pada semua orang. Musikmu tidak hanya akan memuat malam ini di kenang, tapi juga akan menimbulkan rasa cinta dan keharmonisan pada semua orang. Aku dengar jika musikmu itu sangat hebat bahkan bisa menyalakan lilin. kau bisa menurunkan hujan hanya dengan memperdengarkan suaramu. Kau bisa menciptakan cinta di hati seseorang.” Ramtanu tertarik dengan pujian maham, “itu benar. Apa yang kau ingin aku nyanyikan?” Maham menyahut, “sesuatu yang bisa memikat seseorang. Aku ingin kau menyanyikan sebuah lagu yang akan mendorong perasaan yang mulia untuk merasakan cinta.” Ram bertanya, “untuk siapa perasaan cinta ini di tujukan?” Maham menyahut, “untuk istri utamanya, Ratu Jodha. Bagaimana aku menjelaskan ini padamu? Antara dia dan yang mulia itu ada sebuah jarak. Aku sangat berharap jika sihir dari musikmu itu membantu menghilangkan jarak antara mereka. Aku harap itu bisa mebuat mereka lebih dekat lagi. Dan itu akan membantu kita untuk mendapatkan pewaris dari dinasti ini. Jika kau mampu melakukan itu, maka kerajaan Muhal akan berterima kasih padamu. Aku pergi dulu.” Maham minta diri.
Jalal tiba di aula, semua orang memberi salam dengan wajah ceria. Jalal duduk di tahtanya dan melihat Ramtanu sedang duduk di depan sitarnya dengan tangan menyanggah kepala dan mata terpejam. Dia bahkan tidak memberi salam pada Jalal. Jalal menatapnya dengan heran, begitu pula semua orang saling berbisik. Jalal menatap Ram dengan rasa ingin tahu. Jodha mengerutkan kening sambil berpikir, “Ramtanu Pandey sepertinya sedang memikirkan sesuatu. Sehingga dia tidak sadar kalau Yang Mulia sudah datang. Aku harap yang mulia tidak marah.” Tiba-tiba Ram tersentak dan membuka matanya. Dia terlihat binggung. Jalal menatapnya dengan tatapan stern, maham dan Jodha menunggu reaksi Jalal. Ram dengan polosnya berkata, “pranan, Yang Mulia. Aku tidak tahu kalau anda sudah datang. Aku selalu lupa segalanya kalau sedang memikirkan musik.” Jalal menyahut, “aku tidak marah. AKu sangat menghormati orang yang menganggap pekerjaannya adalah hal terpenting di dunia ini.” Ramtanu balas menyahut, “bagiku musik adalah tuhan.” Jalal berkata, ” sangat bagus, aku sangat terkesan.” Ram menyela, “kau harus menunggu sebentar karena ak harus menyetel alatku.” Jalal dengan pedas berkata, “biasanya orang yang menungguku, bukan aku yang menunggu orang.” Ram menyahut cepat, “siapa yang bilang padamu jika seniman itu sama seperti orang lain.” Jalal tak menyahuti, dia berkata, “aku sangat penasaran ingin mendengar musikmu.”
Sinopsis Jodha Akbar episode 130. Ram mulai memainkan alat musiknya, dan bernyanyyi..”aaaa…” tapi kemudian dia seperti tersedak dan berhenti untuk batuk-batuk. Semua orang menanti dengan penasaran. Jalal bertanya, “apa ada yang salah?” Tanpa rasa bersalah Ram menjawab, “aku tidak tahu kenapa dengan suaraku. Entah kenapa aku tidak bisa bernyanyi.” Jalal dengan tersinggung bertanya, “apakah itu karena kau bepikir kalau aku ini tidak pantas untuk mendengarkan musikmu?” Ram menyahut, “aku rasa tidak. Tapi aku rasa suaraku tidak seperti yang kau pikirkan, itulah kenap aaku tidak bisa bernyanyi.”
Mendengar kata-kata Ram, Jalal dengan marah mengeluarkan belatinya. Semua orang terperanjat kaget. Ramtanu dengan santai berkata, “kau tidak akan mendapatkan apa-apa jika membunuhku, Yang Mulia. Kau tidak akan bisa mendengarkan musikku dan kau akan kehilangan seniman yang hebat.” Jalal dengan geram berkata, “aku selalu mendapatkan apa yang aku inginkan.” Dengan cepat Jalal melemparkan pisaunya kearah Ramtanu. Ramtanu berteriak keras karena kaget. Semua orang kaget sampai berdiri, bahkan Hamida bano ikut berdiri. Jodha terlihat sangat tegang. Tapi lemparan Jalal tidak mengenai Ramtanu, tapi menacap di antara sela ketiaknya. Jalal dengan puas dan berkata, “aku bisa membuktikan apa yang aku katakan itu benar. Aku selalu mendapatkan apapun yang aku mau. Suaramu sudah kembali. Aku yakin sekarang kau tidak keberatan bernyanyi di hadapanku.” Ramtanu tersenyum, “kau sudah membuat aku terkesan. Kau sudah menjawabnya dengan baik.” Jodha tersenyum lega. Jalal berkata, “kalau begitu, ayo kita mulai!” Ramtanu menyahut, “ya.” Semua tersenyum lega.
Ram menyanyikan lagu In Aankhon main Tum. Semua terhanyut mendengarkan kemerduan suaranya dan keindahan syairnya. Jalal terlena. Dia memdengarkan nyanyian Ram sambil meneguk anggur dan sesekali menatap Jodha. Jalal melamun, ~membayangkan dirinya dan jdoha sedang berada di kamar mandi shahi. Jodha sedang tiduran di teras bak mandi, jalal menghampirinya dengan telanjang dada dan mengelitik tubuh Jodha dengan sehelai bulu burung merak..(sangat romatis, tonton Videonya di youtube ya)~ Begitu sadar dengan lamunannya, Jalal senyum-senyum sendiri dan kembali meneguk anggur di gelasnya. Sambil menatap Jodha membayangkan, ~Jodha menuang anggur untuknya lalu menyandarkan kepala di bahunya. Dan Jalal membelai wajah Jodha dengan mesra.~ Jalan semakin mabuk dan semakin melamun hingga membayangkan dirinya mengajak Jodha dansa. Syair dan musik berganti, lamunan Jalal semakin liar, dia membayangkan ~Jodha menyalakan lilin dikamarnya. Jalal menghampirinya dari belakang dan memeluknya. Jalal menyentuh tangan Jodha dan meletakkanya di perutnya sambil mengelusnya lembut. Jalal berisik di telinga Jodha, “katakan..katakan padaku kalau kau tidak mencintaiku. Katakan padaku kalau kau tidak punya perasaan padaku..” Jodha melepas pelukan jalal dan menghindar darinya sambil berkata, “tidak. Aku tidak mencintaimu.” Jalal kembali mendekatinya, meraba lengan Jodha dari bahu hingga ke telapak tangan. Dia menggengam jemari Jodha. Dada Jodha berdebar-debar tak menentu, “apa yang kau lakukan?” Jalal berbisik, “aku Jallad..! Aku selalu mendapatkan apa yang aku inginkan, Ratu Jodha. Akau selalu menang. Jika kau tidak mencintai aku. Jika kau tidak punya perasaan padaku. Jika kau masih tidak menganggap aku ini suamimu, kalau begitu pergilah dari sini. Pergilah dariku.” Jalal mendorong Jodha pergi, tapi tangan mereka masih bergandengan. Jalal memalingkan wajahnya dengan terluka. Melihat itu Jodha menangkupkan tanganya di atas tangan Jalal yang menggenggam jemarinya sambil berkata, “tidak, Yang Mulia. Aku tidak mengatakan seperti itu.” Jalal menyentakkan tangan Jodha dan mengapitnya di ketiak. Sehingga mau tidak mau tubuh Jodha merapat di punggung jalal. Jalal berkata, “aku sudah berjanji padamu, Ratu Jodha. Aku berjanji tidak akan menyentuhmu tanpa seizinmu. Tapi malam ini, sepertinya, kau sudah memberiku izin. Itulah kenapa kau memanggilku untuk datang ke kamarmu.” Jodha melepas genggaman Jalal dan membalikan badan, “aku tidak memanggilmu untuk datang ke kamarku.” Jalal kembali memeluk dari belakang dan berbisik dekat di telinganya, “kalau memang begitu, kalau kau suruh aku pergi…aku akan pergi. Katakan…apakah kau menyuruhku pergi?” Melihat Jodha hanya diam saja, Jalal segera mematikan lilin~ Jalal sudah setengah mabuk. Dia tersenyum sendiri sambil menatap Jodha. Nyanyian Ram belum selesai, tapi Jalal sudah berdiri. melihat itu, Maham mendekatinya dan bertanya, “Yang mulia, Ramtanu belum selesai, kenapa kau pergi?” Sambil senyum-senyum Jalal berkata, “badi ami, aku rasa aku harus pergi sekarang.” Jalal kemudian melangkah pergi. Maham memanggil, “Yang Mulia…” Tapi Jalal terus melangkah. Para menteri yang berdiri saat melihat Jalal berdiri kembali duduk setelah Jalal pergi. Ramtanu menyelesaikan lagunya.
Jalal sedang berjalan dengan sempoyongan ketika maham mencegatnya dan memberi salam. Jalal dengan gugup membalas salam maham. Maham sambil tersenyum berkata, “aku rasa sekarang kau mau pergi ke kamarmu.” Jalal menganggu sambil tersenyum, “kau benar, badi ami.” Jalal hendak melangkah pergi, tapi maham menahannya, “katakan padaku Jalal, kau kelihatannya sangat bahagia, ada apa?” Jalal menjawab, “aku bahagia karena mendengar surat dari ratu Jodha.” Maham tertawa, “ya Allah. Aku tidak percaya ini jalal, selamat. Aku turut bahagia jika kau merasakan perasaan ini. Akhirnya hatimu luluh.” Jalal ikut tertawa dan berkata, “aku sebaiknya pergi tidur.” Jalal melangkah pergi, sekali lagi maham menahanya, “tidak Jalal. Jalal ratu Jodha adalah ratu utamamu, yang sudah kau beri banyak waktu dan pengertian. Ratu Jodha telah mengekspresikan cintanya padamu. Sekarang giliranmu untuk mengekspresikan cintamu padanya. Ratu Jodha telah mengundangmu ke kamarnya. Sebaiknya kau peri ke sana.” Jalal mengangguk. Maham melanjutkan, “aku ingin memberitahumu sesuatu. Saat kau datang pada ratu Jodha, mungkin saja dia akan berpura-pura. Dia mungkin akan jual mahal. Mungkin juga dia akan menolak kau dekati. Jangan perdulikan semua itu dan jangan berpikir kalau dia tidak mencintaimu. Aku rasa sekaranglah saatnya kau pergi ke kamarnya ratu Jodha. Cintamu itu sedang menunggumu.” Jalal mengangguk mengerti, “selamat malam, badi ami.” Maham dengan tertawa senang balas mengucapkan selamat malam. Lalu dengan agak sempoyongan Jalal pergi ke kamar Jodha. Maham menatap kepergiannya dengan licik….Sinopsis Jodha Akbar episode 131