Sinopsis Jodha Akbar episode 132 by Jonathan Bay. Wanita di Harem membicarakan Ramtanu Pandey dan suaranya yang merdu. Seorang ratu berkata, “wow, musik dan iramanya sangat menakjubkan. Aku ingin terus mendengarkan musik dia. Itu sebabnya ibu Ratu meminta Ramtanu Pandey untuk tampil lagi di harem.” Ratu yang lain menimpali, “aku dengar dia bisa mengubah warna pakaian wanita hanya dengan penampilan dia.” Javeda sambil tertawa berkata, “Benarkah? Kalau begitu aku akan pakai pakaian warna biru. Aku tidak suka warna itu ~Ruq tertawa melihat Javeda~ Kalau warnanya bisa berubah itu akan menyenangkan.” Ruq berbisik pada Hoshiyar, “Hoshiyar, acara ini akan sangat penting bagiku. Siapkan pakaianku yang terbaik untuk malam nanti. AKu ingin terlihat sangat cantik.”
Jalal terlihat gelisah. Dia berjalan hilir mudik tak tentu. Lalu dia menepuk tangan, pelayan datang. Jalal menyuruh pelayan mengambilkan minun untuknya. Para pelayan tidak langsung pergi, tapi menunggu perintah selanjutnya. Melihat itu, Jalal membentak mereka agar segera pergi memgambilkan minuman untuknya. Ruq datang dan heran melihat Jalal marah-marah pada pelayan. Ruq menghampiri Jalal, menyentuh pundaknya dan bertanya, “ada apa Jalal? Kenapa kau terlihat tegang? Biar aku pijat. Kau akan merasa enakan. kau tidak akan merasa lelah.” Tapi Jalal menepis tangan Ruqaiya dari pundaknya dan mendorongnya pergi. Ruq terkejut dan heran, tapi dia tidak putus aa. Dia duduk di sebelah Jalal dan bertanya, “Jalal, kau mencemaskan sesuatu? Kau berhak marah padaku. Tapi katakan padaku ada apa?” Jalal menyahut, “tidak ada masalah apa-apa, Ruqaiya.” Ruq berkata, “aKu tidak keberatan kau marah padaku. Aku juga tidak peduli kau mengacuhkan aku. Tapi aku ingin tahu kenapa kau marah.” Jalal dengan perasaan bersalah menatap Ruq, “maafkan aku, aku terbawa emosi. Aku sangat marah hari ini. Setelah acara semalam….”
Jalal memceritakan semuanya pada Ruqaiya yang terkejut dan prihatin mendengarnya. Tiba-tiba seorang pelayan datang dan memberitahu mereka kalau hamida bano ingin bertemu Jalal. Jalal memberitahu pelayan, “beliau tidak butuh izinku, persilahkan masuk.” Ruq berkata, “Jalal, kita bicarakan masalah ini nanti…” Hamida bano datang, Ruq berdiri melihatnya dan segera beranjak pergi setelah mengucapkan salam. Hamida duduk di depan Jalal dan berkata, “acara semalam sangat luar biasa. Ramtanu Shahab membius semua orang dengan pertunjukannya. Semua orang ingin mendengar pertunjukan dia lagi. AKu telah minta dia untuk tampil lagi.” Jalal bertanya, “apakah dia setuju?” Hamida tersenyum senang, “benar. Dia pria yang sangat sopan. Aku kesini untuk memberitaumu kalau kau harus hadir di acara besok.” Jalal meyahut, “ya ibu.” Hamida melihat wajah resah jalal, bertanya, “ada apa? Kau sepertinya kuatir.” Jalal mejawab, “tidak ada apa-apa ibu. Aku hanya sedikit lelah.” Hamida tersenyum dan berpesan, “aku akan menunggu mu.” Lalu pergi meninggalkan Jalal.
Maham masuk ke kamar Ruq sambil berkata, “Jalal marah karena…” Ruq memotong ucapan Maham dengan menegurnya, “bukankah kau perlu izinku dulu sebelum masuk kekamarku, Maham anga?” Maham tersinggung, “benar, Ratu Ruqaiya. Tapi yang terpenting sekarang adalah apa yang akan kukatakan padamu. Semalam Jalal menemui ratu Jodha dan Jodha menolak dia. Ratu Jodha akan merebut posisimu tidak lama lagi. Tanggung jawabmu adalah mencegah Jodha merebut posisimu itu.” Ruq menajwab, “aku tidak pedulikan Ratu Jodha.” Maham masih berusaha menghasut Ruq, “tapi apa kau sudah lakukan semua hal untuk menjaga posisimu?” Dengan tidak sabar, Ruq berdiri dan berkata, “jangan coba memancingku, Maham Anga.” Maham menyahut, “aku tidak perlu melakukan itu. Aku hanya ingi mengingatkan kewajiban istri pada suaminya. Dan yang harus di lakukan seorang ratu untuk melindung posisi dia.” Ruq bertanya, “apa?” Maham menjawab, “pengalihan. Alihkan perhatian Jalal dari Jodha. Aku tahu Jalal sekarang benci pada Jodha. Tapi kau harus ingat, cinta dan kebencian yang besar sering melewati batasan.” Ruq bertanya, “apa maksudmu?” Maham menjawab, “aku ada ide. Untuk memisahkan Jalal dengan Jodha.” Ruqaiya dengan tegas menyahut, “lakukan sesukamu. tapi jangan libatkan aku.” Maham setuju, “tentu saja Ratu Ruqaiya. kalau kau tak mau terlibat, tidak masalah. Tapi aku akan penui kewajibanku. Karena aku tidak mau ada yang memisahkan kau dan Jalal. Terutama kalau itu Putri Rajput. AKu akan berusaha sekuat tenagaku untuk selamatkan hubunganmu dengan Jalal. Aku permisi dulu.”
Sinopsis Jodha Akbar episode 132. Jodha mengunjungi Jalal. Jalal sedang berdiri gelisah di tengah kamarnya. Jodha menghela nafas dan menghampirinya, “yang mulia..” Jalal menoleh dengan geram. Jodha berkata, “aku mau…” Dengan geram jalal berteriak, “kau butuh izin untuk masuk ke kamar kaisar! Pergi dari sini!” Jodha tertegun menatap Jalal, tapi kemudian dia membalikan badan dan pergi. Jalal tak mau menatapnya dan membalikan badan. Ternyata Jodha bukan pergi, tapi berdiri di pintu dan meminta izin bertemu, “boleh aku masuk, Yang Mulia?” Jalal dengan mata melotot berteriak, “tidak! Sekarang aku sedang sibuk! Kau boleh pergi!” Tanpa memperdualikan penolakan Jalal, Jodha menerobos masuk, “aku akan katakan yang ingin kukatakan. Aku tak peduli kau berikan izin atau tidak!” Jalal mengangkat tanganya sambil melotot, “kau…” Jodha cepat memotong, “aku tahu ini kejahatan dan aku akan terima hukumannya. Tapi kau harus dengarkan aku!” Lalu Jodha meminta pelayan pergi semua.
Jodha menatap jalal dan berkata, “semalam…” Jalal memotong, “aku belum melupakan kejadian semalam, ratu Jodha.” Jodha menyahut, “aku juga. Aku ingat apa yang aku tulis di surat itu.” Jalal menyahut cepat, “aku juga ingat apa yang tertulis di surat itu, ratu Jodha. Aku juga ingat bagaimana kau perlakukan aku. Tak ada yang pernah menghinaku seperti itu. Jangan ingatkan aku peristiwa itu lagi.” Jodha menyela, “Yang Mulia,…” Tapi Jalal tak memberinya kesempatan, “kau tidak dengar aku? Caramu mempermalukan aku, aku merasa ingi membunuhmu untuk itu. Aku tidak ingin melihat wajahmu sekarang. Sebaiknya kau pergi dari sini” Jodha menyahut, “aku akan pergi, tapi aku ingin menjelaskan mengenai semalam. Aku memang telah menghinamu. Tapi saat itu kau sedang tidak sadar. Kau ingin membawa persahabatan kita ke hubungan intim. Kau hanya ingin berhubungan intim dengan wanita. Kau tidak mencintaiku.” Jalal menjawab cepat, “tentu saja aku tidak mencintaimu. Bagaimana kau bisa berpikir kalau aku mencintaimu? Kau pikir siapa dirimu? Kau bangga pada kecnatikanmu? Kau pikir 1 surat bisa membuatku menyukaimu? Tidak ratu Jodha! ~Jodha terpukul mendengarnya~ Banyak wanita di Harem yang sangat ingin menemui aku. Keluar dari sini!” Jalal mengusir Jodha sambil menunjuk ke arah pintu. Jodha masih terpukul denagn kata-kata jalal, matanya berkaca-kaca. Tiba-tiba muncul Resham yang mengatakan kalau Maham ingin bertemu Jalal. Jalal menjawab kalau dia akan segera menemuinya. Lalu tanpa berkata apa-apa lagi dia meninggalkan Jodha yang masih terpaku dengan mata berkaca-kaca.
Jalal bergegas pergi ke kamar Maham. Begitu melihat maham dia bertanya, ‘badi ami, kau ingat surat Jodha yang kau bacakan untukku?” Maham dengan gugup berjalan membelakangi Jalal dan menjawab, “ya, Jalal. ~dalam hati maham berkata, ‘bagaimana mungkin aku bisa lupa, aku gunakan surat itu sebagai alat untuk menjauhkan kalian berdua.’ Maham sambil tersenyum menatap Jalal~ Aku ingat, Jalal. tapi kenapa kau memikirkan surat itu sekarang?” Jalal bertanya, “kau yakin sudah bacakan semua kata yang ada di surat itu? Maksudku…” Maham menyela, “apa maksudmu, Jalal? Tentu! Aku sudah bacakan semua yang tertulis di surat itu. Kau tidak percaya padaku? Aku masih simpan suratnya…untuk apa aku mengubah isi surat Jodha? Apa untungnya bagiku?” Maham pergi mengambil surat Jodha dan menunjukannya pada Jalal, “ini suratnya. Kau bisa perlihatkan ini pada orang lain agar kau puas.” Jalal menolak, “tidak perlu, Badi Ami. Aku percaya padamu. Tapi kenapa ratu Jodha menolak mengakui apa yang dia tulis?” Maham berkata, “itu karena kau lebih percaya Jodha daripada aku. ~mata maham berkaca-kaca~ kau sangat percaya padanya sampi kau meragukan aku. Mungkin saja Jodha membuat kesalahan saat menulis suart ini. Atau mungkin… maafkan aku karena mengatakan ini..mungkin dia ingin balas dendam padamu. Tidak, Jalal. Kau bawa surat ini ke orang lain dan minta dia bacakan.” Jalal merobek surat dari Jodha dengan marah, “aku sudah bilang, itu tak perlu, badi ami. Tapi…” Maham menyela, “tidak ada tapi Jalal. Hal semacam ini tidak perlu di pikirkan oleh kaisar. Kau kelihatan sangat kesal, sedikit hiburan mungkin akan membuatmu merasa lebih baik. Atas izin ibu ratu, musisi Ramtanu Pandey telah mengatakan akan tampil lagi. Kau harus siap-siap menghadiri pertunjukan itu.” Jalal memejamkan mata dan berkata, “aku tidak ingin kesana, Badi Ami.” Maham tertawa dan membujuk Jalal, “kau adalah Kaisar, Jalal. Kadang, kaisar harus lakukan sesuatu yang berlawanan dengan keinginannya. Boleh aku katakan sesuau? Hari ini, kau ada alasan khusus untuk menghadiri pertunjukkan itu.” Jalal bertanya, “apa itu?” Maham mengatakan kalau dia mempunyai hadiah spesial untuk Jalal, “kau akan merasa bangga untuk membawanya bersamamu. Kau mau melihatnya?”
Sinopsis Jodha Akbar episode 132. Maham mendekati kurungan besar yang ada di sudut ruangan lalu menarik tirai yang menutupinya hingga terbuka. Jalal melihatnya, terpana tak percaya dan ekspresinya berubah gembira. Maham bertanya, “katakan, Jalal. Bukankah ini hadiah yang unik? Bawalah hadiah ini bersamamu ke perayaan..” Jalal tersenyum licik.
Maham terlihat gembira karena rencananya berhasil. Resham menghampirinya dan bertanya, “nyonya, aku sudah lama ingin tahu, beritahu aku kenapa kau tersenyum?” Maham dengan bahagia berkata, “setiap kali musuhku dalam masalah, itu akan berikan aku alasan untuk tersenyum. Ratu Jodha akan segera menyadari status dia di istana ini. Hari ini, impian ratu Jodha akan hancur. Dan impianku akan terwujud.”
Para ratu telah berkumpul di Aula untuk menyaksikan penampilan Ramtanu Pandey. Mereka menanti kedatangan Ramtanu. Seorang ratu berkata kalau Ramtanu bisa datang semaunya karena dia itu seniman. Javeda sudah agak gelisah karena dia sudah memakai pakaian warna biru. Begitu Ram muncul Javeda dan para ratu bersorak kegirangan. Sementara ratu utama dan permaisuri hanya tersenyum penuh kekaguman. Di hadapan para ratu Ram berkata, “salamku untuk semua wanita yang ada di sini. Sebelum aku tampil di depan kalian semua, aku ingin bertanya pada kalian, kenapa aku harus bernyanyi untuk kalian?” Hamida bano berdiri, “aku ingin menjawab pertanyaanmu Ramtanu Shahab. Ada sihir di dalam suaramu. Warna-warni kebudayaan Hindustan ada di dalam musikmu. Mirip dengan itu, wanita dari seluruh hindustan adalah bagian dari Harem ini. Semua agama, status, dan kebudayaan ada di sini. Aku mengatakan kalau musikmu akan menyatukan orang-orang. Aku ingin musikmu menyatukan semua orang di sini, yang berasal dari agama dan kebudayaan berbeda.” Semua orang terkagum-kagum dengan pemikiran ratu Hamdia. Ramtanu pandey tesenyum senang. Hamida memperkenalkan Jodha pada Ramtanu. Ramtanu berkata, “salam untuk Ratu Jodha.” Jodha membalas salam Ramtanu. Ram hendak memainkan musiknya ketika terdengar pemberitahuan kalau Jalal datang. Jodha sudah merasa tidak enak sendiri.
Jalal duduk di tahtanya dan berkata, “hari ini, di acara pertunjukkan ini, aku ingin kepala istriku, ratu Ruqaiya untuk ke depan dan duduk di sampingku. Ruqaiya dengan tersenyum berdiri, menghampiri Jalal dan duduk di samping kanannya. Jalal melanjutkan, “dan di sampingku yang lain, aku ingin seseroang, ~Hamida tersenyum dan mengangguk pada Jodha, Jodha tersenyum dan berdiri melangkah kedepan~ yang belum lama ini dekat denganku, ~jalal berkata pada pegawal~ Kaa bawalah hadiah spesialku ke sini.” Semua orang terpana tak percaya, Jalal mempermalukan Jodha. Maham tersenyum gembira.
Pengawal membawa kurungan bertirai unggu ke dalam aula dan membuka tirainya. Di dalam kurungan ada wanita cantik bercadar. Dia keluar dari kurungannya dan berjalan kearah Jalal. Wanita itu mengenakan pakaian yang transparan dan merangsang. Di tengah aula dia berhenti dan membuka cadarnya, semua orang terpana takjub melihat kecantikannya. Melihat itu, Jalal menyerigai. Wanita itu mendekati Jalal, memberinya salam. Jalal berkata, “biasanya istri spesialku duduk di sini, tapi malam ini aku ingin hadiah khususku yang duduk di sini.” Jodha terpukul dan kembali ke tempat duduknya. Semua orang menatap iba pada Jodha. Jalal terlihat puas telah mempermalukan Jodha. Hamida dan Salima merasa tidak enak hati atas perlakuan jalal, tapi tidak bisa berbuat apa-apa.
Ramtanu terngangah melihat wanita cantik itu. Jalal bertanya apakah wanita itu mempunyai efek yang sama dengan lemparan pisaunya waktu itu? Ram menjawab, “aku terpana sesaat, tapi hari ini aku akan menyanyi untuk wanita cantik ini.” Jalal meminta wanita itu duduk di sampingnya. Maham memperkenalkan namanya, Benazir. Maham mengatakan kalau Benazir terkenal karena kecantikannya. Benazir kemudian duduk di samping Jalal, dan Ram mulai menyanyi.
Ram mulai menyanyi lagu Inn aankhon mein tum. Ruq menatap Jalal sambil berpikir kemarin dia marah-marah, tapi sekarang menatap Benazir dengan mesra. Jodha sangat terpukul dan terhina serta menyimpan bara amarah atas perlakuan Jalal terhadapnya. Jalal melihat itu, lalu dia memanggil maham dan berbisik. Maham kemudian mendatangi Jodha dan memberitahunya kalau jalal ingin dia pergi dari sana, karena dia tidak suka dengan kehadirannya. Jodha dengan perasaan hancur berkeping-keping dan berurai airmata, meninggalkan aula, di ikuti pandangan mata banyak orang. Jalal tersenyum menyerigai dengan puas. … Sinopsis Jodha Akbar episode 133