Sinopsis Jodha Akbar episode 133 by Jonathan Bay. Hamida menemui Jalal dan menegurnya karena bersikap tidak baik pada Jodha. Kata Hamida, “kau tidak pernah begini sebelumnya, Jalal. Kau minta orang asing untuk duduk di posisi istri spesialmu. Lalu kau minta istrimu untuk meninggalkan acara. Kau tidak perlihatkan rasa hormat pada hubunganmu dan istrimu dan tidak melakukan etika mughal.” Jalal mengelak, “ibu, kenapa kau pikir aku melakukan ini tanpa alasan? Aku lakukan semua ini karena ada alasannya. Dan sebagai kaisar, kurasa aku tidak perlu menjelaskannya padamu.” Dengan rasa ingin tahu Hamida bertanya, “Tapi apa alasannya?” Jalal menyahut, “ini antara aku dan istriku. Dan aku ingin tetap seperti itu.” Hamida menyela, “suami dan istri harus selesaikan masalah mereka sendiri. Tidak pantas memperlihatkannya pada semua orang. Kau harus mempertahankan etika di sidang dewan. Tidak pantas untuk mempermalukan Ratu Jodha demi orang asing. Kuharap tidak ada salah paham antara kalian berdua.” Jalal berkata, “aku tidak bisa menceritakannya pada ibu, tapi aku ingin bilang kalau kali ini bukanlah salahku. Kau ingin mendengar nyanyian Ramtanu dan kau sudah mendengarnya. Ini sudah malam, sebaiknya kau tidur.” Hamida merasa tidak senang dan sedih mendengar kata-kata Jalal. Sambil menatap putranya dengan perasaan prihatin hamida berpikir, “astaga, kenapa ini sering terjadi? Kenapa mereka sudah dekat, sekarang semakin jauh lagi.”
Ruq sedang duduk di teras sambil menikmati minumannya. Maham menghampirinya dan mengucapkan salam. Ruq meliriknya, membalas salam maham dan menyuruhnya duduk. Maham duduk di sofa di depan ruqaiya dan bertanya, “ratu Ruqaiya, apa kau senang dengan acara malam ini?” Ruq menyahut, “aku senang mendengarkan suara Ramtanu lagi. Dia memiliki suara yang luar biasa.” Maham tertawa dan berkata, “aku tidak bicarakan itu. Maksudku kecantikan Benazir. Bahkan kaisar terpesona. Dia menjadi tidak berdaya dan meminta Benazir duduk bersama dia dan bukannya Jodha. Kau harus lihat raut wajah Jdoha. Saat yang mulia menyuruh Jodha untuk….” Ruq memotong cepat, “cukup! AKu tidak mau dengar lagi. Semua orang melihat apa yang terjadi. Aku sudah bersama Jalal sejak kami masih kecil. Tidak ada di dunia ini yang bisa memenangkan cinta dan perhatian Jalal. Dan mengenai kecantikan dia, Jalal menganggap kecantikan sebagai mainan dia. Dia senang dia temani wanita cantik. Kau juga kenal dia lebih baik.” Maham menyahut, “aku terima fakta. Kalau kau kenal jalal sejak dulu dan kau kenal dia lebih baik. Tapi aku punya pengalaman yang tidak kau miliki. Pria memiliki kebiasaan. Dan kebiasaan itu ada di setiap pria. Termasuk Jalal…” Ruq tidak terima mendengarnya, “apa maksudmu Jalal akan menjauh dariku?” Maham tertawa, “Ratu Ruqaiya, kau salah paham lagi. Aku hanya ingin mengatakan kalau Jalal sekarang sedang di bawah pengaruh mantra Jodha. Tapi itu tidak akan lama lagi. Benazir adalah orang terbaik untuk memisahkan Jodha dan Jalal. Benazir adalah alasan kenapa Jalal meminta Jodha meninggalkan acara itu. Tidak lama lagi, Jodha akan sangat ingin bersama Jalal berkat Benazir.” Ruq tersenyum sinis, “itu dari sudut pandangmu. Secara pribadi, Jodha dan Benazir bukanlah ancaman untuk hubunganku. Karena aku memiliki tempat yang spesial dan tak ada siapapun yang bisa merebutnya. Tapi aku senang untuk Jalal. Dia telah memiliki mainan baru. Aku mau istirahat. Kau boleh pergi.” Maham dengan tersinggung bangkit dari duduknya dan berkata, “Ratu Ruqaiya, kalau kau berasumsi tidak ada yang bisa merebut posisimu, itu tidak masalah. Tapi tak lama lagi, Benazir akan merebut posisi Jodha. Kecantikan dia memiliki kakuatan untuk itu. Pikirkan itu saat kau istirahat.” Sambil memutar bola matanya Maham mengucapkan salam dan berlalu pergi.
Sinopsis Jodha Akbar episode 133. Jalal sedang berpikir sambil menghisap Hookah ketika pelayan memberitahu kalau Jodha ingin bertemu dengannya. Jalal menyuruhnya masuk. Begitu melihat Jodha, Jalal langsung berkata dengan ketusnya, “kenapa kau kesini? Aku tidak memanggilmu. Bagaimana kalau aku mendorongmu sama seperti yang kau lakukan padaku?” Jodha dengan wajah terluka menjawab, “aku kesini untuk mengembalikan ini. Kau memintaku untuk memakainya di acara itu. Tapi karena kau tidak ijinkan aku hadir di acara semalam, aku tidak membutuhkannya.” ~Jalal teringat saat dia memberikan gelang itu pada Jodha~ Dengan kasar Jalal mengambil kotak itu dari tangan Jodha dan berkata, “aku senang kau mengembalikannya.” Jodha terlihat semakin terluka. Tiba-tiba Jalal menatap kearah jodha, sambil tersenyum dia memuji, “subhanallah…kau kelihatan cantik sekali.” Jodha terlihat binggung dan menoleh kebelakang. Benazir dengan pakaian seronok melangkah menghampiri Jalal dan memberi salam sambil berkata, “terima kasih yang mulia. Kau telah berikan aku pakaian indah ini.” Jalal dengan lembut bertanya, “kau suka?” Benazir menjawab, “tentu.” Jodha terabaikan. Jalal berkata, “syukurlah. Sebenarnya aku mempunyai tukang jahit khusus di harem yang bisa menjahit segala model pakaian. Dan aku minta dia membuatkan pakaian indah ini untukmu.” Dengan suaranya yang mengoda benazir mengucapkan terima kasih. Benazir kemjudian melirik Jodha dan berkata pada Jalal, “aku rasa aku harus pergi sekarang, Yang Mulia Ratu sedang ada di sini.” Jalal menggeleng, “tidak sama sekali. Tujuan dia kesini sudah selesai.” Lalu sambil tertawa Jalal berkata pada Benazir, “aku punya hadiah untukmu..” Jalal memberikan kotak berisi gelang yang di kembalikan Jodha pada Benazir. Jodha muak melihatnya. Jalal bertanya, “apa kau suka?” Benazir dengan senang hati menjawab, “tentu. Ini gelang yang sangat cantik” Jalal tertawa, “benar. Tapi aku yakin kalau itu akan terlihat indah kalau di pakai di tempat lain.” Seperti mengerti apa yang di inginkan Jalal, benazir segera memakaikan gelang itu di kakinya sambil melirik Jodha. Jalal memuji, “sekarang terlihat sangat cantik.” Jalal menatap kaki Benazir dengan tatapan kagum, lalu dia menatap Jodha dan bertanya, “kau ingin katakan sesuatu yang lain, ratu Jodha?” Jodha menatap Jalal dengan sakit hati dan jijik. Tanpa berkata apa-apa Jodha pun bergegas pergi di ikuti tatapan Jalal. Melihat itu, Benazir bertanya, “dia sepertinya Ratu Favorit anda.” Mendengar itu jalal seperti tersadar, ada kemarahan di wajah. Benazir duduk disamping Jalal, tangannya diletakkan di lutut Jalal dan berkata, “maafkan aku Yang Mulia. Seharusnya aku tidak berkata begitu. Tapi kau tak bisa berhenti menatap dia. Karena selama ini, tak ada orang yang melihat wanita lain kalau ada aku di sana.” Jalal terlihat galau, tanpa bicara dia berdiri dari duduknya dan meninggalkan Benazir yang tersenyum melihatnya.
Benazir sedang mandi berendam dalam bathtub. Pada Zakira Benazir berkata, “katakan sesuatu padaku, Zakira. Dia memintaku untuk duduk di samping dia saat perayaan itu, dia bilang aku spesial. Dia juga berikan aku banyak hadiah indah. Tidak ada yang keberatan dengan itu kecuali Ratu Jodha.” Zakira dengan suara khasnya menyahut, “lalu kenapa? Dia adalah istrinya kaisar.” Benazir dengan menerawang berkata, “tapi ini pertama kalinya di mana ada pria yang tidak melihat ke arahku. Kaisar sama sekali tidak menatapku, dia melihat ratu Jodha. Aku kesal mengenai itu. Dia mungkin istrinya, tapi dia bisa membuat yang mulia tidak memperhatikan aku.” Zakira dengan heran bertanya, “jadi, kau ada masalah dengan ratu Jodha?” Benazir menjawab, ‘tidak, aku ada masalah dengan diriku sendiri. Ini pertama kalinya aku gagal mendapat perhatian dari seorang pria. Aku bisa membuat orang jadi tergila-gila dengan satu tatapan. Tapi hari ini aku mulai mengidolakan seorang pria. Pria yang luar biasa. Pikirannya sangat dalam sama seperti matanya yang indah.” Zakira berharap Benazir tidak akan melenceng dari tujuannya, “kuharap kau tidak jatuh cinta pada kaisar.” Benazir menjawab, “AKu tidak akan pernah jatuh cinta pada siapapun. Tapi saat aku duduk di samping kaisar tadi malam, aku sadar kalau rasanya sangat menyenangkan untuk dekat dengan seseorang..” Zakira sambi tertawa berkata, ‘kau sedang membuat rencana besar. Jalal menjadi Ratu bagi seorang pelayan sangatlah sulit dan berat. Terutama kalau kita bicarakan tentang Kaisar Jalaluddin Muhammad.” Benazir tersenyum tipis mendengarnya.
Sinopsis Jodha Akbar episode 133. Jodha berdiri di depan Jendela dengan wajah marah dan muak. Dia teringat semua yang telah terjadi yang menyakiti perasaanya. Mulai dari maham yang memintanya pergi dari perayaan atas perintah jalal, hingga kata-kata jalal yang mengatakan kalau dirinya tidak mungkin mencintai Jodha hanya karena satu surat yang di kirimnya. Serta peristiwa yang terjadi barusan, ketika Jalal mengabaikannya di hadapan benazir. Jodha sangat terluka dan marah. Moti datang menghampirinya, “jodha, di sini sangat dingin. Bahkan aku sudah kedinginan di dalam kamar. Kenapa kau berdiri di dekat jendela? ~Moti membuka sal untuk Jodha~ Tutupi tubuhmu dengan ini.” Tapi Jodha menolak, “aku tidak mau! ~dengan marah dia melangkah ketengah ruangan~ Sekarang aku sangat narah. Kaisar permalukan aku di depan sidang. Dia telah menghina tuan putri rajput. Dia memintaku meninggalkan acara itu. Saat aku kekamarnya untuk bicara dengan dia, dia bilang pada pelayan itu kalau dia tidak ada waktu untuk bicara denganku. Setelah di permalukan seperti itu, aku seperti mau bunuh diri.” Moti bertanya, “tapi siapa orang yang di ajak bicara oleh kaisar itu?” Jodha bertanya, “apa maksudmu?” Moti menjelaskan, “kau bilang tadi kalau kaisar permalukan kau di depan seseorang, siapa dia?” Jodha menjawab, “orang yang sama yang duduk di sampingnya saat perayaan.” Moti bertanya dengan penasaran, “tapi apa yang dia lakukan di kamar kaisar selarut ini?” Dengan kesal Jodha menyahut, “mana aku tahu! ~Jodha kemudian menatap Moti~ Kenapa kau menanyakan pertanyaan yang aneh? Aku tidak menghitung siapa saja yang masuk ke kamarnya kaisar. Malam itu, dia bicara banyak hal saat dia mabuk. Dan sekarang…cih! memalukan! Aku merasa jijik.” Moti coba menenangkan Jodha dengan berkata, “mungkin saja kau salah..” Jodha menatap Moti dengan kesal, “aku salah? Percuma saja bicara denganmu Moti. Kau selalu membela kaisar. Pergi dari sini! Tinggalkan aku sendiri!” Dengan prihatin, Moti meninggalkan Jodha sendirian.
Esok paginya, Jodha sedang melakukan pemujaan sambil menyanyikan Bhajan, “jai ho jagdamba jagtarini”. Ramtanu mendengar suara Jodha sangat terkesan. Pada pengawal dia bertanya, ‘dia istri kaisar bukan?” Pengawal menjawab, “ya, dia ratu Rajvanshi.” Kemudian, Ramtanu ikut menyanyikan Bhajan itu bersama Jdoha. Jodha sangat senang. Selesai menyanyikan Bhajan, Jodha memberi salam pada Ramtanu dan menyentuh kakinya untuk memohon restu. Kata Jodha, “salam. Aku sangat bersyukur sekali kau bernyanyi bersamaku saat berdoa.” Ramtanu menyahut, “kau bernyanyi sangat bagus meski tidak bersamaku. Kau hanya butuh sedikit latihan. Kurasa kau pernah latihan musik.” Jodha mengiyakan, “benar. Aku adalah murid tuan Mahabal.” Mendengar itu, Ramtanu terlihat kagum, “itu luar biasa. Kau belajar musik dari guru yang hebat. Kau harus selalu melatihnya. Jangan berhenti.” Jodha tersenyum dan mengangguk, “ya, aku akan selalu berusaha. Kau adalah idolaku. Aku sangat senang berkesempatan bernyanyi denganmu.” Ramtanu balik memuji, “aku juga senang kau masih menjaga kebudayaan kita. Aku akan pergi hari ini. Jadi aku memutuskan untuk berdoa. Aku beruntung bertemu denganmu.” Jodha membalas, “aku juga beruntung kalau bisa mendengarkan musikmu lagi. Kuharap kau akan mengunjungi Agra lagi.” Ramtanu menyela, “boleh aku katakan sesuatu? Aku tak tertarik tampil di Agra lagi. Aku kesini atas permintaan rajaku. kalau tidak, harga diriku tak kan mengizinkan aku tampil di depan bangsa Mughal.” Jodha dengan penuh pengertian berkata, “musik tidak ada batasan. Dan kau tidak perlu ragu. Apakah itu di Amer, Riwa atau Agra. Aku berdoa pada dewi Amba, agar semua orang di hindustan tahu tentang bakat musikmu. Kuharap aku akan punya kesempatan untuk mendengar musikmu lagi.” Setelah itu Jodha menyembah Dewi Amba dan pergi dari sana. Ramtanu juga turut menyembah, lalau mendekati seorang prajurit dan berkata, “aku tidak mengerti, apakah aku harus bangga karena kerajaan Mughal memiliki Ratu Rajput atau aku harus marah karena itu.”
Jalals sedang berlatih pedang di halaman istana. Benazir hendak menghampirinya, tapi pengawal menghalanginya. Jalal melihat itu dan menyuruh pengawal membiarkannya masuk. Benazir menghampiri Jalal. Seorang pengawal mendekati rekannya dan berkata, “sejak Benazir di sini, aku tak bisa memalingkan mataku.” Rekannya mengangguk mengiyakan. Benazir mendekati Jalal dan memberinya salam, “..luar biasa. kau sangat ahli memainkan pedang. Aku terpesona melihat kau mengayunkan pedangmu.” Jalal membalas, “aku terpesona sejak aku pertama kali melihatmu. ~jalal mengulurkan pedangnya pada Benazir~ Apa kau bisa memainkan pedang?” Dengan penuh percaya diri Benazir menjawab, “tidak. Mataku sudah lebih dari cukup.” Jalal tersenyum dan setuju dengan apa yang di katakan Benazir, “benar. Tapi aku sarankan agar kau bisa bermain pedang. Kau tak pernah tahu kapan kau harus lindungi dirimu dari musuh. Ayo, aku akan ajarkan kau bermain pedang.” Benazir menyahut, “tapi aku tak punya pakaian untuk berlatih pedang.” Jalal kemudian berteriak pada pelayan agar memberikan pakaian yang di pakai ratu Jodha saat dia berlatih pedang, “dia akan pakai itu dan berlatih dengankku.” Jalal menyuruh Benazir mengikuti pelayan itu.” Benazir meninggalkan Jalal diikuti tatapan para pengawal yanga ada di tempat itu. Pengawal yang sama kembali berbisik pada rekannya, “tidak peduli apapun, tapi aku tak bisa palingkan mataku dari Benazir. Aku hanya menunggu kesempatan. Aku hanya ingin habiskan 1 malam bersama dia.”
Sinopsis Jodha Akbar episode 133. Tak lama kemudian benazir kembali pada Jalal sambil mengenakan pakaian yang selalu di kenakan Jodha saat belatih pedang. Jalal menatapnya dengan penuh kekaguman. Benazir mendekati Jalal. Jalal mengulurkan pedang. Benazir mengambilnya. Jalal pergi kebelakang Benazir dan mengajarinya cara memegang dan mengayunkan pedang dengan memegang kedua tanganya. Tubuh Jalal sangat rapat dengan tubuh benazir. Selagi Jalal melakukan itu, tiba-tiba Jodha muncul dan memperhatikan apa yang di lakukan Jalal dan benazir dengan perasaan tidak suka. Jalal sepertinya tidak menyadari kedatangan Jodha. Jodha melihat pakaian yang di kenakan Benazir, “itu adalah pakaianku yang aku pakai saat berlatih pedang. Pelayan itu tak mungkin berani memakainya. Aku yakin kaisar yang meminta dia memakainya..”
Benazir dan jalal kemudian berlatih bersama, saling menyerang dan saling menangkis. Tiba-tiba Jalal ternampak Jodha dan kehilangan kosentrasinya sehingga Benazir berhasil menyerangnya. Latihan terhenti. Sambil melirik Jodha, Jalal bertanya pada Benazir, “kau bisa main pedang?” Benazir menjawab, “ya, Yang Mulia. Tapi aku tak butuh bakat ini, seperi kubilang, mataku lebih berguna bagiku. Dari pedang manapun di dunia.” Jodha masih berdiri disana mendengarkan percakapan Jalal dan Benazir dengan tatapan cemburu. Jalal memuji benazir, “aku terkesan dengan bakatmu.” Benazir tersenyum, “aku memang anggap diriku beruntung. AKu permisi dulu.” Benazir menyerahkan pedang apda pengawal dan hendak melangkah pergi, tapi mengurungkannya. Dia berkata pada Jalal, “aku akan menunggumu di kamarku..” Jalal mengangguk. Mendengar itu, dengan kesal dan cemburu Jodha meninggalkan tempat itu. Di ikuti tatapan mata Jalal. Melihat itu Benazir bertanya, “apa kau sungguh ingin mengajariku atau hanya ingin tunjukkan pada dia kalau kau melatihku?” Jalal bertanya, “apa maksudmu?” Benazir menjawab, “maksudku setelah dia pergi, kau seperti anggap aku tidak ada.” Jalal menyahut cepat, tapi masih dengan menatap Jodha yang sudah jauh pergi, “itu tidak benar. Saat aku melihatmu bermain pedang, aku merasa kau tidak butuh latihan. Dan seperti yang kau bilang, matamu sudah lebih dari cukup.” Setelah berkata begitu, Jalal pergi meninggalkan Benazir sambil menyempatkan diri memandang kejurusan di mana Jodha menghilang. Melihat itu benazir berkata lirih, “ini pertama kalinya aku bertemu pria seperti dia. Yang lain tak bisa palingkan matanya dariku. Tapi dia bahkan tidak memperhatikan aku.”Sinopsis Jodha Akbar episode 134