Sinopsis Jodha Akbar episode 134 by Jonathan Bay. Di aula sidang, Jalal memberi tahu semua orang kalau Ramtanu akan meninggalkan Agra dan pulang ke negerinya. Jalal mengumumkan, “para wanita di harem ingin memberikan hadiah pada Ramtanu, sebelum dia meninggalkan istana. ~Ram menatap Jalal dengan tatapan sedikit sinis dan rasa ingin tahu~ Isi petinya dengan uang dan perhiasan.” beberapa orang dengan membawa nampan menghampiri Ramtanu. Di depan Ramtanu mereka membuka nampannya. Berbagai barang emas dan perhiasan ada di sana. Jalal menatap Ramtanu dengan bangga. Tapi Ramtanu dengan tatapan tidak tertarik berkata, “yang mulia, aku hargai niat baik anda. Tapi maaf jika aku mengatakan ini, tapi kau telah menghinaku..” Semua orang menatap Ramtanu dengan heran. Ramtanu melanjutkan, “apakah koin emas ini bisa mengajariku musik? Apakah perhiasan ini akan memberikanku nada yang baru?” Jalal balas berkata, “nampaknya kau membandingkan semua dengan musik.” Ramtanu menyahut, “bagi seorang musisi, musik yang terpenting. Nampaknya anda membandingkan semuanya dengan emas dan perak. Maaf aku tidak bisa terima hadiah dari anda.” Jalal dengan tersinggung bertanya, “kenapa?” Ramtanu menjawab, “kami sudah mempunyai cukup emas. Aku datang kesini untuk mendapatkan rasa hormat dan pernghargaan dari anda. Dan aku sudah mendapatkan itu. Maaf, aku tidak bisa membawa hadiah pemberian anda.” Jalal memaksa, “aku takkan membiarkanmu pergi dari sini tanpa hadiah ini.” Ramtanu menyahut, “yang mulia bisa menghukumku jika mau. Tapi aku tak akan membawa hadiah ini.” Suasana menjadi tegang. Ramtanu memberi tanda pada pelayan agar membawa pergi semua hadiah itu. Jodha tampak berpikir, lalu dia mengambil kotak kecil yang di bawanya dan memberikannya pada Ramtanu sambil berkata, “Maestro, aku punya hadiah yang tak bisa anda tolak.” Ramtanu menatap Jodha dengan senang dan penasaran. Ratu yang lain berikut Jalal menatap heran dan ingin tahu. Jodha membuka peti kecilnya. Sebuah kalung dengan liontin bertuliskan “Om” tersimpan didalamnya. Ramtanu tersenyum senang. Jodha berkata, “ini untuk anda. Ini caraku mengucapkan terima kasih.” Ramtanu dengan senang hati menerima hadiah Jodha, “tentu, Yang Mulia. ~Jalal menatap dengan penasaran~ AKu tak bisa menolak hadiah ini.” Maham memutar matanya tak percaya. Hamida tersebyum gembira. Ramtanu memegang kalung itu di tanganya. Jalal melihatnya dan berkata, “itu juga terbuat dari emas, mengapa kau menerimanya?” Ramtanu dengan bangga berkata, “tak peduli jika ini terbuat dari emas, Yang Mulia. Yang penting hadiah ini ada hubungannya dengan musik, ini “OM” Simbol musik di seluruh jagat raya. Ratu Jodhamu telah memberikanku penghargaan bagi seorang musisi. Dia telah memberikanku musik yang ada di dunia ini. ‘Aum’ adalah lambang Dewa Siwa. Perwujudan dari Nataraj yang di wakilkan oleh musik. Musik dimulai dengan ‘AUM”. Aku lebih menghargai Aum dari seluruh harta di dunia ini.” Jalal berkata, “aku harus memujimu, Ramtanu Shahab. PIkiranmu sungguh cemerlang, begitu juga dengan musikmu.” Ramtanu melempar pujian pada Jodha, “pikiran Ratu Jodhamu yang cemerlang.” Jalal mengabaikannya dan berkata pada Ramtanu, “aku ingin mendengar sesuatu sebelum kau pergi.” Ramtanu menyahut, “tidak, yang mulia. Aku tak bisa memainkan musikku kapanpun anda mau. Musik sangat istimewa. Musik akan di mainkan pada saat yang tepat.” Jalal tersenyum, “Ramtanu Sahab, aku terkesan dengan suaramu, aku pastikan kau selalu diterima disini. Kali ini kau datang atas perintah Raja. Tapi aku pastikan, suatu hari nanti kau akan tinggal di agra selamanya.” Ramtanu menyahut, “anda seorang raja yang terbaik. Anda bisa menaklukan negeri tapi bukan musisi. Anda takkan bisa menaklukan musikku. Musik tidak bisa di beli oleh siapapun. Aku menganggap musik seperti tuhanku. Yang mulia, apakah seseorang bisa membeli tuhan? Aku pergi. Pranam.” Ram memberi salam pada Jalal yang mengangguk dan tersenyum. Jodha memberi salam pada Ram, Ram balas mengangguk dan beranjak pergi.
Jodha sedang berendam di dalam bathtub di dampingi moti dan beberapa pelayan yang membantunya mandi. Moti berkata, “Ramtanu menolak semua hadiah kecuali hadiah darimu…” Jodha menyahut, “aku yakin dia akan menyukai hadiah dariku. Seorang musisi akan menerima hadiah yang berkaitan dengan musik. Tapi yang mulia tak pernah mengerti keinginan semua orang. Dia mengharagai semuanya dengan harta.” Mendengar komplen Jodha tentang jalal, Moti memutuskan untuk menyuruh semua pelayan pergi, “aku yang akan mencuci rambutnya.” Jodha melirik para pelayan yang beranjak pergi sambil berkata, “aku tahu mengapa kau menyuruh mereka pergi. Apa yang ingin kau katakan?” Moti berkata, “Jodha, Yang Mulia tidak akan memberimu bulu merak dan seruling krisna jika dia hanya memikirkan harta. Tidak adil jika menyebut beliau tidak punya hati.” Jodha menyahut, “dia mungkin punya hati, tapi tak punya perasaan. Kalau dia punya perasaan, dia tak akan menyuruh Benazir duduk disebelahnya, dia juga tak akan memberikan gaunku untuk dipakainya.” Moti bertanya, “apakah kau akan berikan gaunmu pada Benazir dengan sukarela? Tidak akan, bukan?” Jodha dengan cepat menoleh kearah Moti, “Moti, kau pelayanku atau pelayan yang Mulia? Kenapa kau selalu membelanya? kau tahu bagaimana dia memperlakukan aku. Kenapa kau masih tetap membelanya?” Dengan tenang Moti bertanya, “apakah kau kesal pada yang Mulia atau pada Benazir?” Jodha kembali memunggungi Moti dan bertanya, “apa maksudmu?” Moti berkata, “kuharap kau tidak marah padaku.” Jodha menyahut, “kalau kau mengatakan sesuatu yang salah, aku akan marah. Dan aku takkan bicara padamu, apa yang mau kau katakan ?” Moti bertanya, “kau lebih kesal yang mana? Benazir memakai gaunmu atau benazir duduk disebelah yang mulia? Kurasa kau sedikit posesif terhadap yang Mulia.” Jodha menegur moti, “Moti, bukankah caramu bicara terlalu bebas?” Moti menjawab, “aku hanya bicara yang sebenarnya. Aku bukan hanya pelayanmu, aku juga temanmu. AKu tahu apa yang ada di pikiranmu. Jika kau terlalu sering memikirkan seseorang, meski karena marah ataupun karena cinta. Itu menunjukan kalau kau mempunyai rasa memiliki. Kau mempunyai sebuah ikatan.” Jodha seperti tidak senang mendengar pendapat Moti, “Moti, tinggalkan aku sendiri. Pergilah.” Tanpa membantah, Moti segera meninggalkan Jodha.
Sinopsis Jodha Akbar episode 134. Resham menari seperti Benazir, berputar-putar sambil menyanyikan lagu Ramtanu, “inn Aankhom mein” tiba-tiba Maham muncul dan Resham terlihat sedikit malu dan salah tingkah. Resham menyapa maham, “maaf nyonya,..” Maham bertanya, “Resham, apa yang kau lakukan? Apa kau sudah gila?” Resham menyahut, “nyonya, masalahnya adalah perdana menteri… ~resham berlarti menghampiri Maham~ Benazir membuat semua orang menjadi gila. Semua orang mengaguminya. Bahkan Yang Mulia sangat menyukainya.” Maham dan Resham tertawa bahagia. Maham berkata, “Ratu Jodha juga terpengaruh dengan kehadirannya.” Resham bertanya, “benarkah?” Maham menyahut dengan semangat, “ya. Dia cemburu padanya. Kecemburuan adalah perasaan yang terkuat. Ini sebuah permainan, terutama diantara wanita. Resham, kau takkan paham apa yang kukatakan.” Kau akan melihat kecemburuan yang terjadi antara Jalal, Benazir dan Jodha. Jika aku memainkannya dengan benar. Kali ini Ratu Jodha akan berpikir dengan hatinya tidak akan menggunakan otaknya. Dan keptusan yang di buat dengan hati tidak akan pernah berhasil.” Resham bergosip, “aku dengar Yang Mulia ingin bertemu Benazir sore ini. Benazir sudah mempersiapkan diri.” Maham bertanya dengan antusias, “benarkah? Ini kabar bagus! Wah..aku senang medengarnya. ~maham menoleh pada Resham~ Darimana kau tahu kabar ini?” Resham tertawa, “aku belajar trik ini dari anda, seperti cara anda mendapatkan info politik, aku mendapatkan kabar ini dari harem.” Maham berkata, “ini patut di hargai. ~memberikan sesuatu pada Resham~ ini untuk memberikan aku kabar ini.” Resham menerima apa yang di berikan Maham dan memakannya dengan lahap. Kata Maham lagi, “sekarang lanjutkan tugasmu dengan baik. Lihat apa yang terjadi dengan Ratu Jodha setelah Benazir memikat jalal. Ratu Jodha akan menerima akibatnya. Karena sudah menentang perbuatan putraku. Adham Khan di permalukan di depan semua orang karena Ratu Jodha. Kini saatnya aku balas dendam dengan menggunakan Benazir sebagai bonekaku. Jalal telah menjadikan dia salah satu istri tertua, aku akan pastikan dia takkan lagi mendapatkan kedudukan. Aku akan lakukan itu.”
Jodha sedang duduk di taman sambil memberi makan merpati. Tapi pikirannya melayang-layang membayangkan kedekatan Jalal dengan benazir. Dia ingat ketika jalal mempermalukannya di pesta dengan menyuruh Benazir duduk di sampingnya. Dia juga ingat bagaimana Jalal mengajari Benazir bermain pedang. Tiba-tiba Benazir yang sesungguhnya datang menghampiri Jodha. Jodha tak menghiraukannya. Karena Benazir memberi salam, Jodha terpaksa membalas salamnya meski dengan anggukan kepala. Benazir berkata, “maaf mengganggumu, Yang Mulia Ratu.” Dengan tidak berminat, Jalal bertanya, “katakan ada apa kesini?” Benazir menjawab, “maaf karena aku sudah memakai gaunmu. Tapi aku harus mematuhi perintah Yang Mulia. Jika tidak, aku tak pantas untuk memakai gaun ratu. Aku kesini untuk mengembalikannya.” Jodha menyahut, “kau boleh menyimpannya, jika kau tak keberatan memakai gaun orang lain.” Benazir tersenyum dan menjawab, “dengan senang hati. Aku sama sekali tidak keberatan mengambil apapun yang jadi milikmu. Lihatlah, bukankah gelang ini milikmu juga? Kuharap kau tak keberatan aku memakainya. Maksudku adalah hadiah ini tadinya untukmu…” Jodha memotong cepat, “Raja kerajaan Mughal bisa memberikan hadiah pada pelayannya jika dia senang.” Benazir membalas, “benar, tapi nanti ada Ratu yang marah, jika seorang raja menyuruh pelayan duduk disebelahnya. Kuharap ini tak menyebabkan masalah antara kalian berdua..” Jodha menyahut cepat, “ini adalah masalah antara suami istri. Orang lain tak boleh ikut campur.” Benazir tersenyum dan berkata, “ratu Jodha, menurutmu aku ikut campur dalam hubunganmu? Tidak yang mulia ratu, aku tak berniat melakukan itu. Kurasa Yang Mulia menyukaiku. Dia ingin bertemu denganku lagi. Yang mulia akan menemuiku lagi.” Jodha melirik Benazir dengan sudut matanya lalu memandang merpati yang sedang makan sambil berkata, “kau lihat burung merpati itu? kadang-kadang raja memberinya makan kapanpun dia mau, kita bodoh jika menganggap burung merpati ini istimewa karena dia memberinya makan.” Lalu tanpa bicara apa-apa lagi, Jodha mengajak Moti dan pelayan lainnya untuk pergi. Sepeninggal Jodha, Benazir memberitahu Zakira, “zakira, kurasa aku tahu yang mengganggu Ratu jodha.” Zakira menegur Benazir, “Kurasa kau hanya membuang-buang waktu saja. Kau menyimpang dari tujuanmu.” Benazir menyahut, “aku tidak menyimpang dari tujuanku dan aku tahu bagaimana mendapatkannya. ~Benazir mengambil biji jagung~ Sangat mudah untuk menangkap burung. Saat aku mendekat untuk menlempar makanan. Waktu yang akan bicara. siapa yang lebih di sayang oleh yang mulia.” Zakira bertanya, “mengapa kau mengganggu Ratu Jodha? Jika kau sudah dekat dengan yang mulia?” Benazir menajwab, “aku akan mengambil kesempatan dalam percekcokan antara yang mulia dan Ratu Jodha.”
Sinopsis Jodha Akbar episode 134. Di penjara, Sharifudin membangunkan Adham yang sedang tidur. Adham tersentak bangun dan bertanya, “Sharifudin, mengapa kau mengganggu tidurku? Apa yang terjadi? Ada masalah apa? Biarkan aku tidur.” Sharif dengan kesal menjawab, “kau ingin tidur? Aku sudah tidak tahan berada di tahanan kenapa kau bisa tenang?” Adham sambil tersenyum tapi tetap memejamkan mata berkata, “apa lagi yang bisa kita lakukan?” Sharif menyahut, “banyak. Kita bisa menyusun strategi untuk keluar dari sini. kau ingin tinggal di penjara ini seumur hidup?” Adham tertawa dan bangkitt dari tidurnya, “sharifudin, kau pikir aku bodoh? Aku sudah mencoba berbagai cara. Tapi kita tak bisa melarikan diri dari sini. Tak ada yang bisa kita lakukan.” Sharif bertanya, “apakah ibu mu tidak bisa membantu kita? Dia bisa membebaskan kita, dia adalah perdana menteri. Kurasa dia lebih memikirkan jabatannya daripada dirimu..” Adham tidak terima dan membentak, “Sharifudin!” Adham berdiri dan meraih tangan Sharif, Jemari mereka saling terkait dan keduanya saling adu kekuatan. Adham berkata, “aku akan membunuhmu jika kau mneyinggung ibuku lagi!” Sharif membalas dengan tak kalah geramnya, “aku akan membunuhmu! Kau tak bisa melihat kebenaran Adam!” Adham menjawab, “aku tidak bodoh, tapi aku tahu kau pengecut. Yang melarikan diri dan meninnggalkan semuanya.” Sharif menyahut, “aku memang pengecut. Tapi kenapa kita bertengkar?” Adham menjawab, “kau yang memulainya! ~adham melepaskan tangan Sharif~ Dan aku tahu ibuku akan melakukan sesuatu untuk membebaskan kita.”
Di kamarnaya, maham sedang menangis karena merindukan Adham. Maham berkata, “aku belum melihat Adham selama berhari-hari. Sebagai seorang ibu, aku kurang beruntung. Perintahku membuat putraku menderita. Maafkan aku Adham. Kau keliru kalau berpikir aku tidak merindukanmu. Aku sangat merindukanmu setiap hari. Kau pasti berpikir aku tak berbuat apapun untuk membebaskanmu. Percayalah aku sedang mencari cara, aku sedang mencari kesempatan. Aku akan membebaskanmu secepat mungkin. Aku sungguh merindukanmu. Aku berusaha membebaskanmu.” Tiba-tiba Jalal sudah berdiri di samping Maham. Maham menoleh dan dengan cepat menghapus airmatanya sambil mengucapkan salam, “assalamualaikum, Jalal.” Jalal menatap Maham dengan prihatin. Maham menangis tersedu-sedu, Jalal segera memeluknya. Jalal menatap Maham dengan penuh kasih sayang, “kau menangis karena adham khan?” Maham sambil menanggis menyahut, “aku tidak tahan, lagipula aku adalah ibunya. Maafkan aku! Aku tak bisa hentikan airmata ini. Ada saat dimana dia membuatku bangga ketika menjadi komandan di Malwa. Tapi sekarang dia adalah seorang pelau kejahatan dan mendapat hukuman. Oh ya Allah, berilah aku kekuatan.” Tiba-tiba Maham menghapus airmatanya dan menghentikan tangisnya sambil berkata, “ini bukan berarti aku bersimpati padanya. Aku menangis karena aku ibunya, dan sebagai perdana menteri aku pastikan dia akan mendapat hukuman. Jika perlu, aku akan menghukumnya lebih berat. Tiap kali datang kesini, Jalal. Aku tidak tahan dengan berpikir sebagai seorang ibu..” Jalal terlihat larut dalam kesedihan Magam anga. Dalam hati maham berkata, “kuharap air mataku ini berhasil mempengaruhinya.” Lalu masih dengan sandiwaranya, maham berkata, “alhamdulilah, tuhan telah berikan putra sepertimu, Jalal. Aku sungguh bahagia.” Jalal mengelus pundak maham dan berkata, “badi ami aku mengerti perasaanmu. Oleh karena itu, kau punya kebebasan untuk bertemu dengan Adham Khan kapanpun kau mau.” Maham menangis haru, “terima kasih Jalal. Terima kasih banyak.” Jalal bertanya, “kenapa kau menangis, badi ami?” Maham menyahut, Aku tersentuh dengan niat baikmu. Kau penuh pengertian. Kau menjagaku, tapi aku tahu kau tidak bahagia. Apakah kau senang saat Jodha mengirimkamu surat untuk datang keruangannya? AKu kira percekcokanmu semakin besar. Tapi ratu Jodha memanggilmu dan membuatmu malu. Apakah ini caranya menjalankan tugas sebagai seorang istri?” Jalal mengangkat tanganya, “Maham anga, aku tak ingin membahas masalah ini. AKu akan pastikan, aku akan balas dendam atas penghinaan ini.” Sinopsis Jodha Akbar episode 135