Sinopsis Jodha Akbar episode 191 by Meysha Lestari. Jodha tetap berbicara di depan para pelayan yang memang sengaja di mintanya untuk berkumpul di bawah tatapan tajam Maham anga. Kata Jodha, “kalian harus bangga bekerja di harem. Yang mau bekerja di sini harus menunjukan dedikasinya. Dan yang tidak mau bekerja di sini dengan sunguh-sunguh, bebas untuk pergi dari sini dengan izinku.” Mendengar kata-kata Jodha, Maham berteriak lantang, “tidak!” Jodha menatap Maham dengan tetang. Maham berkata, “kau tidak punya hak untuk memutuskan. Itu adalah haknya kaisar. Hanya dia yang bisa menentukan siapa yang bisa terus bekerja.” Jodha dengan kalem menjawab, “kaisar sudah memberikan haknya padaku untuk memutuskan siapa yang bisa bekerja di harem. Dan karena itulah aku melakukannya sekarang.” Maham menatap Jodha tidak terima, tapi tak tahu mau menyangkal apa. Tanpa berkata apa-apa, maham membalikan badan dan meninggalkan tempat itu. Jodha menarik nafas dan melanjutkan ucapannya, “bagi yang tidak mau melanjutkan bekerja di harem, tolong selesaikan surat kerja dan formalitas lainnya sebelum pergi. Dan bagi mereka yang masih ingin melanjutkan bekerja di sini silahkan melanjutkannya. Dan jika ingin mengundurkan diri, kapan saja kalian bisa berhenti” Mendengar itu, para pelayan sangat senang dan bersorak sorai untuk Jodha. Jodha tersenyum. Hoshiyar menatap Jodha dengan penuh kekaguman.
Jalal sedang berdiskusi dengan Atgah Shahab tentang persiapan perayaan. Atgah berkata, karena pesta itu di adakan di tempat terbuka, dia akan memperketat penjagaan untuk menjamin keamanan Jalal dan anggota keluarga kerajaan lainnya. Jalal mengangguk setuju. Tapi Jalal meminta agar Atgah memastikan kalau rakyat dapat menikmati pesta itu. Dia ingin rakyat bersenang-senang dan tidak kekurangan suatu apa. Maham datang menginterupsi permbicaraan itu. Dia memberi salam pada Jalal. Atgah berdiri memberi salam pada Maham. Atgah dan anak buahnya meninggalkan Jalal dan Maham. Maham berdiri di depan Jalal dengan khawatir tapi tidak berkata apa-apa. Jalal yang melihat itu merasa heran dan bertanya, “ada apa Badi Ami jaan, kau kelihatan khawatir sekali?” Maham dengan tegang berkata, “aku kesini karena ada sesuatu yang membuatku khawatir. Menurutku kau harus lebih memperhatikan masalah harem.” Jalal menjawab, “urusan harem sekarang adalah tanggung jawab ratu Jodha.” maham menyahut dengan cepat, “kau benar. Tapi aku ingin memberitahumu tentang perubahan besar yang telah di buat olehnya di harem.” Jalal dengan penasaran berkata, “badi Ami, aku mohon katakan terus terang apa yang ingin kau katakan.” Maham meminta Jalal pergi ke harem dengannya, “kau akan tahu perubahan apa yang telah dibuatnya selagi kita menuju kesana.”
Jodha sedang berjalan didampingi Moti dan diiringi Hoshiyar. Moti berkata, ‘bagus sekali, Jodha. Sebagai manusia, para pelayan berhak untuk menjalani hidup mereka sendiri. Mereka berhak untuk mendapatkan kebebasan…” Hoshiyar menyela dan meminta maaf, “ratu Jodha, aku akui jika kau sudah melakukan pekerjaan yang luar biasa. Tapi maham anga sepertinya tidak senang. Mungkin dia akan keberatan dengan keputusanmu.” Dari arah berlawan muncul Maham dan Jalal. Hoshiyar dengan cemas berkata, “maham dan kaisar sedang menuju kesini.” Kedua rombongan berpapasan. Jodha segera memberi salam pada Jalal. Jalal menatap maham anga lalu berkata pada Jodha, “Ratu Jodha, Maham anga memberitahuku kalau kau telah membuat peraturan baru di harem. Aku harap kau mengerti jika ada beberapa peraturan telah di buat oleh sesepuh kita dan tidak bisa di ubah.” Maham menyela dengan sengit, “aku sudah mengatakan padanya dan aku mengatakannya dengan hormat. Ada beberapa peraturan di harem yang tidak bisa di ubah.” Jodha tersenyum pada maham anga dan berkata, “terima kasih mahan anga ji, aku senang kau sudah membawa kaisar kesini. Aku ingin meminta pendapatnya.” Lalu Jodha menatap Jalal dan berkata, “Yang Mulia, jika sebuah tradisi sudah terlalu kuno dan sepertinya itu tidak benar, maka kita harus menggantinya. Peraturan itu di buat menurut keadaan.” Jalal menjawab, “Ratu Jodha, aku tahu harem di bawah kekuasaanmu, kau bebas membuat peraturan yang kau suka. Tapi kau tidak bisa membebaskan para pelayan yang telah bekerja dengan kita selama beberapa tahun.” Jodha berkata kalau dia merasa kasihan pada para pelayan itu, “tidak pernah ada yang memperhatikan keluhan para pelayan yang telah bekerja untuk kita selama bertahun-tahun.” Maham meminta maaf karena telah memotong pembicaraan Jodha dan Jalal, “pelayan dan budak itu di pekerjakan agar mereja bekerja untuk kita. Mereka tidak dipekerjakan untuk di dengar keluhannya. Jika kita mengizinkan pelayan dan budak itu pergi, lalau siapa yang akan melayani kita?” Jodha menyahut, “mereka mungkin pelayan tapi mereka juga manusia.” Jalal menyela, “aku tidak mengerti maksudmu, Ratu Jodha.” Jodha dengan penuh harap bertanya, “Yang Mulia, apa kau bisa meluangkan waktumu bersamaku?” Jalal menjawab cepat, “tentu.” Lalu Jodha beralih pada Maham, “Maham anga, jika kau izinkan aku, aku ingin membawa kaisar untuk melihat-lihat harem.” Maham terlihat kaget dan bingung. Jodha menegaskan kembali, “bolehkan aku mengajak kaisar, Maham Anga?” Maham sambil tersenyum menjawab, “tentu saja. Kenapa aku harus melarangmu?” Jodha mengajak jalal ikut denganya. Maham menatap kepergian Jalal dan Jodha dengan marah.
Sinopsis Jodha Akbar episode 191. Sharif duduk santai di sofa sambil minum-minum. Dia terbayang lukisan Jodha dan saat dia menyentuh lukisan itu dengan gairah. Juga saat dia dan bakshi mengucapkan terima kasih waktu baru keluar dari penjara. Sharif membayangkan kecantikan Jodha dengan bibirnya yang bak kelopak bunga mawar merah. Baru membayangkan saja, sharif sudah tidak dapat menahan gairahnya. Tiba-tiba bakshi bano datang, ia menatap sharif dengan heran. Bakshi bertanya, “apa yang kau pikirkan?” Sharif tersentak, menatap bakshi dan dengan sedikit terbata-bata menjawab, “tidak ada. Aku sedang memikirkan masa depan kita. Sini, apakah kau mau minum denganku?” Bakshi tersenyum, “tidak. Oh ya, apa yang kau lakukan di sini? Aku pikir kau sedang sibuk membuat persiapan untuk perayaan.” Sharif dengan senyum masam menjawab, “tidak. Kaisar sudah membebaskan aku dari penjara tapi dia tidak mempercayai aku. Dia tidak memberikan tangung jawab atau jabatan apapun padaku.” Bakshi berkata, “untuk mendapatkan kepercayaanya kau harus membuktikan kalau kau setia padanya, pada rakyatnya dan juga padaku.”
Sharif setuju, “sama seperti kaisar yang setia pada Ratu Jodha.” Bakshi langsung terperanjat. Sharif melanjutkan, “terkadang aku merasa kagum dengan nasib baik Ratu Jodha. Kaisar membuat perayaan karena dia telah sembuh dari racun benazir. Dia juga sangat beruntung karena mempunyai istri secantik Jodha. Siapapun yang menikahi Ratu Jodha, orang itu sangat beruntung sekali.” Bakshi di liputi dengan rasa cemburu mendengar Sharif memuji Jodha. Dengan sedikit kesal dia berkata, “lupakan itu semua dan bantu aku menyiapkan perayaan.” Sharif setuju, dia segera duduk, meneguk habis minumannya dan berkata, “kita harus menjadi baggian dalam perayaan itu, maksudku perayaan untuk Ratu Jodha.” Mendengar itu, bakshi semakin dongkol.
Sementara itu, Jodha membawa Jalal berkeliling di harem, menunjukan tempat-tempat yang belum pernah dilihatnya dan orang-orang yang belum pernah di temuinya. Jodha mengajak Jalal menemui pelayan yang sakit. Pelayan itu duduk di tangga istana sambil terbatuk-batuk dan memijit-mijit keningnya. Melihat kedatangan Jodha dan Jalal, dia segera berdiri dan memberi salam, “salam yang mulia, salam ratu Jodha.” Jodha memberitahu Jalal, “pelayan ini sedang sakit, tapi dia dipaksa bekerja dengan kondisinya itu. Padahal seharusnya dia di rawat dan di suruh istirahat. Apakah ini pantas?” Jalal tidak menjawab. Pada pelayan itu, Jodha bertanya, “apakah kau sudah pergi menemui dokter?” Pelayan itu menjawab, “sudah, Ratu Jodha. Terima kasih atas kebaikanmu.”
Jodha mengajak Jodha ke tempat lain di harem. Sambil berjalan Jodha berkata, “aku akan menunjukan sesuatu padamu yang belum pernah kau saksikan sebelumnya. Aku harap setelah kau melihatnya kau akan mengerti alasan kenapa aku membuat peraturan baru. Ayo yang Mulia, kita langsung ke dapur kerajaan.” Jodha mengajak Jalal ke dapur kerajaan. Di mana para pelayan berbagai usia sedang melaksanakan tugasnya diawasi oleh seorang pelayan kepala yang selalu berteriak mengingatkan agar mereka bekerja cepat dan tidak bermalas-malasan.
Melihat Jodha dan Jalal datang, para pelayan itu segera menghentikan pekerjaanya dan memberi salam. Jalal memberi isyarat agar mereka melanjutkan kerjanya. Jodha bertanya, “apa kau melihat mereka, yang mulia? Inilah yang harus mereka dapatkan setelah kau memenangkan perang. Mereka di bawah kesini sebagai pelayan dan budak. Sejak saat itu mereka harus bekerja di dapur ini seperti tawanan. ~Jodha menunjuk seorang pelayan tua yang sedang menggerus bumbu~ Apa kau lihat wanita tua itu? Dalam usianya itu seharusnya dia menghabiskan waktu bersama cucu-cucunya dan pensium dari pekerjaanya. Tapi dia masih bekerja di sini sebagai pembantu. Dan itupun sudah 35 tahun dia bekerja di dapur istana, bahkan sebelum kau lahir. Dia bekerja dengan tidak sungguh-sungguh karena di paksa bekerja. Kau bahkan tidak pernah datang kesini sejak dia bekerja di dapur kerajaan. Apa menurutmu dia tidak merindukan keluarganya? Apa dia tidak ingin menghabiskan waktu bersama keluarganya? ~dengan tatapan menerwang Jodha berkata~ Tapi mungkin sekarang keluarganya sudah tidak rindu lagi padanya. dan..dia tidak punya waktu untuk mengingat keluarganya. Katakan Yang Mulia, apa ini yang harus di banggakan dari kerajaan Mughal? Bukankah dia itu bagian dari kerajaanmu? Ini membuktikan kalau kau tidak memperhatikan kesejahteraan rakyatmu. ~Maham mengintip dari balik tiang, Jodha dan Jalal tidak menyadarinya~ Banyak pembantu yang menderita seperti dia. Aku ingin menolong mereka semua. Itulah kenapa aku mengambil tanggungjawab mengurus harem ini.” Jalal semakin tak tahu harus berkata apa. Jodha mengajaknya meninggalkan dapur istana. Maham terlihat binggung, melihat upayanya gagal.
Sinopsis Jodha Akbar episode 191. Kali ini Jodha mengajak Jalal menemui Babu. Pelayan sedang membujuk babu agar mau makan, tapi babu menolak. Jodha duduk di depan babu.. Melihat babu, jalal bertanya, “siapa anak ini, Ratu Jodha? Apa yang sedang dia lakukan di harem?” Jodha mendongak menatap Jalal, “maafkan aku, Yang mulia. Aku sudah menyuruhnya tinggal di harem tanpa seizinmu.” Jodha menatap babu dan berkata, “Babu, kau ingin mengatakan sesuatu pada yang Mulia? Lihatlah, kaisar sudah ada di depanmu. Apa yang ingin kau katakan?” Babu tanpa takut menatap Jalal dan berkata, “kau sudah tidak adil, Yang Mulia.” Jalal terkejut mendengarnya, “apa yang dia maksudkan, ratu Jodha?” Jodha menjawab, “dia itu hanya anak kecil, dia mengatakan apa yang ada di dalam hatinya. Saat aku kembali dari kuil, dia bersembunyi ditanduku setelah dia kabur dari pengawal. Saat itu dia kelaparan dan tidak berdaya. Dia ingin menemukan ibunya. Parjuritmu sudah menjual ibunya di pasar untuk menjadi pembantu. Yang mulia, ini adalah kenyataan yang pahit. Dia seharusnya menghabiskan waktu bersama ibunya. Hari ini, dia sudah memutuskan jika kaulah yang bersalah atas hidupnya. Jika dia menghabiskan hidupnya tanpa bimbingan yang tepat, dia mungkin akan melawanmu setelah dia dewasa nanti.” Jalal menatap Babu, babu balas menatap Jalal. Jodha melanjutkan, “cinta seorang ibu sangat penting untuk anaknya, untuk hidupnya dan untuk perkembanganya kelak.” Mendegar kata-kata Jodha, Jalal teringat masa kecilnya. ~Saat itu dia menangis, para pelayan tak bisa menghiburnya. Maham anga memarahi pelayan itu karena tak bisa membuat Jalal berhenti menangis. Lalu dengan penuh kasih sayang dan kesabaran, Maham menghibur dan membujuk Jalal. Maham bertanya apa yang diinginkan Jalal, Jalal menjawab, “aku ingin bertemu ibuku.”~ kenangan itu lenyap. Jalal menatap babu dengan sedih. Jalal kemudian menyentuh kepala Babu sambil berkata,”ya. Aku yang bersalah. Aku berjanji padamu jika aku akan mendukung janji ratu Jodha. Aku akan mencari di mana ibumu berada.” Babu dengan polosnya berkata, “kau sangat baik sekali, Yang Mulia.” Jodha menatap Jalal dengan mata berkaca-kaca. Jalal balas menatapnya, lalu tanpa berkata apa-apa dia pergi. Jodha menatap babu dan tersenyum tulus.
Sujamal sampai di tepi hutan. Dia melihat tempat di mana benazir di kubur hidup-hidup. Diatasnya ada monunem. Sujamal membaca prasasti itu. Di situ tertulis kalau di dalam sumur itu telah dikubur hidup-hidup pengkhianat Benazir yang berencana ingin membunuh kaisar. Di prasasti itu tertulis peringatan agar tidak ada yang mendekatinya. Sujamal berpikir kalau ini adalah tempat yang bagus untuk beristirahat. Orang tidak akan menemukan dirinya di sini. Banyak parajurit yang sedang patroli tak jauh darinya. Semula Sujamal berniat tidur dibawah pohon, tapi setelah di pikir-pikir dia melihat kalau pohon itu sangat besar dan banyak cabangnya. Dia kemudian memutuskan untuk istirahat di atas pohon itu. Hampir saja Sujamal terlelap, ketika dia di kagetkan dengan kemunculan dua orang. Dia adalah Mali dan anak buahnya.
Mali melihat kuburan benazir dan berkata, “Benazir, kau menggorbankan nyawamu untuk melaksanakan tugasmu. Aku tidak akan membiarkan pengorbananmu sia-sia. Aku akan membalas dendam atas pengorbananmu itu. Inilah janji abu mali padamu.” Sujamal mendengarkan apa yang dikatakan abu mali. Tiba-tiba muncul orang ketiga dengan pedang terhunus. Abu mali terlihat kaget dan segera bersiaga. Orang itu meminta agar mali tidak kaget, karena dia adalah shariifudin.
Mali tersenyum melihat Sharifudin dan bertanya, “berita apa yang kau bawakan untukku?” Sharif menjawab kalau dia punya berita bagus, “Jalal sedang merencanakan sebuah perayaan bersama para rakyatnya secara terbuka besok malam. Kita tidak akan punya kesempatan yang lebih baggus untuk membunuh Jalal seperti saat itu. ~Sujamal mendengar kata-kata Sharif, dia berpikir~ Aku akan memberikanmu tanda jika saatnya sudah tepat dan kau akan membunuh Jalal saat perayaan itu.” Mali berkata kalau dirinya sangat senang karena Sharif sudah melakukan tugasnya. Sharif menjawab, “aku sudah melakukan tugasku. Dan kau harus memenuhi janjimu setelah kau membunuh jalal.” Sujamal terkejut mendengarnya. Mali tertawa dan menjawab, “tentu saja.” Lalu sambil tertawa bahagia, Sharif memasang kembali tutup wajahnya dan berbalik pergi. Sujamal mencoba mengamati wajah sekutu Abu Mali, tapi dia tidak bisa mengenalinya. Setelah kepergian Abu Mali, Sujamal berpikir, “Abu mali dan sekutunya ingin menyerang Kaisar.” Sujamal terlihat cemas.
Sinopsis Jodha Akbar episode 191. Ruq sedang mendapat pelayana dari para pelayan. Ada yang merawat rambutnya dan ada juga yang memijat tangannya. Ruq terlihat sangat menikmatinya. Tiba-tiba Maham anga datang menganggunya. Ruq menoleh menatap Maham. Maham memberi salam dan berkata, “ratu Ruqaiya, apa yang kau lakukan?” Ruq tak menjawab. Maham kembali berkata, “ratu Ruqaiya, aku kesini untuk bicara denganmu dan kau…” melihat Ruqaiya tidak mengubrisnya maham jadi kesal dan menyuruh semua pelayan bubar. Ruq memandang Maham dengan Tajam dan merasa tertagnggu, “maham anga, apa masalahmu?” Maham menjawab, “ratu Ruqaiya, aku sangat terkejut. Mengetahui kalau kau mulai tertarik membicarakan yang lain nya selain politik. Apa ini hobi barumu? Di mana hasratmu untuk mengendalikan kerajaan Mughal? ~Ruq tersenyum malas~ Dan sekarang..kau bahkan tidak tahu apa yang telah terjadi di harem.” Ruq bangkit duduk dan berkata, “Maham anga, sekarang harem sudah menjadi tugas ratu Jodha untuk mengurusnya. Dan aku akan menghabiskan waktuku bersama kaisar.” Maham kesal mendengarnya, “tapi kau itu pernah menjadi kepala harem, ratu Ruqaiya. Ratu jodha sudah memberikan kebebasan pada para pelayan di harem untuk berhenti bekerja.”
Ruq menyahut, “itu bagus. Saat Jalal tahu keputusan ini, Ratu Jodha akan mendapat masalah.” Maham berkata lantang, “kau salah. Aku memberitahu kaisar apa yang telah terjadi. Tapi kaisar memberikan kebebasan pada Ratu Jodha untuk mengambil keputusan dan membuat aturan baru di harem.” Ruq tersentak berdiri dan bertanya dengan kaget, “apa?” Maham dengan mengejek menjawab, “ya, itu benar. Kau pikir Ratu Jodha sibuk mengatur harem, dan kau ingin menghabiskan waktumu bersama Jalal. Tapi ada satu hal yang ingin aku katakan padamu, Ratu Jodha telah melibatkan Jalal dalam mengurus harem. Ratu Jodha telah berhasil memenangkan hati Yang Mulia. Aku selalu memberimu peringatan. Aku telah memberimu peringatan pertama saat ratu Jodha datang ke harem. Aku memberitahumu jika akan sangat sulit untukmu membuat ratu Jodha jauh dari Jalal. Tapi kau tidak mendengarkan saranku. Sekarang bahkan ratu Jodha telah merebut posisimu. Dia mengambil semuanya yang tadinya milikmu. Sekarang dia menjadi kepala harem dan menjadi kesayangan kaisar. Dan kau…” Maham tetawa melihat Ruq. Ruq dengan rasa ingin tahu bertanya, “apa yang kau tertawakan?” Maham tidak menjawab, dia masih tertawa. Ruq dengan marah berteriak, “katakan padaku, kenapa kau menertawakan aku?”
Maham masih dengan tertawa menjawab, “apalagi yang harus aku lakukan? Jalal suka dengan orang yang suka bermain pikiran denganya. Dan dulu aku kagum dengan kenyataan di mana kau telah benar-benar menguasai pikirannya Jalal. Tapi hari ini, Ratu Jodha membuktikan kalau dia telah menguasai pikirannya Jalal. Ratu Jodha telah memainkan pikirannya Jalal. Dan dia juga telah berhasil menguasai hati Jalal. Tapi kau… kau lebih tertarik untuk membuat dirimu sendiri terlihat lebih cantik. Tapi semua itu tak ada gunanya sekarang. Mungkin kau sudah mengerti jika kau sudah tidak punya kesempatan lagi untuk mengendalikan pikirannya Jalal.” Mendengar itu Ruq marah dan menyela, “cukup, Maham anga. Jangan kurang ajar.”
Dengan nada mengejek, maham berkata, “maafkan aku, nyonya. Aku tidak berniat untuk menyakitimu. Aku selalu ingin melihatmu bahagia. Itulah kenapa aku kesini untuk membuatmu mengerti. Hari ini Ratu Jodha mempunyai semuanya. Dia sudah menjadi istri utama, kepala harem, dan juga menjadi kesayangan Jalal. Dan kau? ~Maham menatap Ruq dengan iba~ kau sudah tidak punya apa-apa lagi yang tersisa, ratu Ruqaiya.” Ruq menatap Maham dengan perasaan terluka. Maham melanjutkan, “baiklah… aku minta izin dulu, ratu Ruqaiya. Ssampai jumpa.”
Ruq menjadi gusar, marah dan binggung. Tak tahu harus bagaimana. Satu-satunya yang bisa dia lakukan adalah marah-marah dan membanting barang seperti biasanya….Sinopsis Jodha Akbar episode 192