Sinopsis Jodha Akbar episode 233 by Jonathan Bay. Jalal telah memanggil Todar Mal untuk mengabdi di kerajaan Mughal. Todar Mal menerima pesan itu dan memenuhi panggilan Jalal. Narator berkata: “seiring dengan berjalannya waktu, Todar Mal dan rombonganya berangkat ke Agra. Lalu seorang utusan di kirim ke AMer dengan membawa sebuah pesan yang menyatakan bahwa Kaisar telah memaafkan putri Shivani dan Tejwant. Kaisara juga mempekerjakan Tejwan dan telah memberikan tempat tinggal yang layak untuk mereka.”
Di hadapan Raja Bhramal, Dadisaa, ratu Mainawati, Jodha dan para pangeran, pembawa pesan memberitahu kalau putri Shivani dan Tejwant telah di maafkan, “kaisar juga telah mengatur merekan untuk tinggal didalam istana. Tejwant telah diangkat menjadi kepala arsitek.” Para wanita terlihat senang menedengar kabar itu. Mainawati, Jodha, Dadisa dan kakisa tersenyum bahagia. Hanya bharmal yang sepertinya menahan diri untuk tidak menunjukan rasa leganya. Pada pelayan, bharmal meminta mereka menyiapkan tempat bermalam untuk si pengantar pesan.
Dadisa berkata, “bukankah ini merupakan berita yang sangat bagus?” Mainawati berdiri dikuti Jodha dan kakisa, sambil tersenyum senang, Mainawati berkata, “iya bu, aku benar-benar senang.” Mainawati melihat Bharmal terdiam, dia bertanya, “ada apa? Tidakkah kau merasa senang? Kaisar telah memaafkan Shivani dan Tejwant.” Denga wajah murung, Bharmal menjawab, “kaisar memang telah memaafkan mereka, Mainawati. tapi aku tidak akan pernah bisa memaafkan mereka.” Jodha mendekati Bharmal, menyentuh pundaknya dan berkata, “ayah, anak-anak memang membuat kesalahan. Shivani adalah putrimu, kau harus memaafkannya.” Bharmal berdiri dan berkata dengan marah, “putri? Seorang putri seharusnya mempertahankan kehormatan keluarganya. Shivani telah memerikan rasa malu dan menurunkan reputasiku! Aku telah memutuskan hubungan keluarga dengan Shivani di hari dia telah melakukan perbuatannya. Dia bukan putriku lagi.” Bharmal menangis sedih. Jodha tak tahu harus berkata apa. Dia menoleh meminta dukungan dari ibunya. Mainawati mendekati Bharmal dan berkata, “waktu akan mengobati setiap luka. kau akan memaafkan Shivani. Tidakkah kau berpikir bahwa dia merasa bersalah atas tindakannya? Apakah kau berpikir dia tidak menyesali perbuatannya?” Bharmal menyela, “Mainawati, bagaimana dengan perbuatan yang memalukan yang dia buat pada dinasti Rajput? Tidak cukup air mata saja yang bisa menghapuskan itu. Dia telah mempermalukanku di depan semua orang.” Jodha menatap ayahnya dan berkata, “ayah, jika kaisar telah memaafkannya, kau juga harus memaafkannya. Kami semua memohon agar kau mau memaafkan dia. Dia membutuhkan kasih sayang dan dukungan kita saat ini dalam hidupnya.” Bharmal menyahut, “Jodha, luka yang telah dia berikan padaku terlalu dalam untuk di sembuhkan. Sulit bagiku menghilangkan trauma ini. Sebagai ayahnya, hal yang bisa aku lakukan adalah berdoa untuk kebahagiaannya dan keselamatannya di manapun dia berada.” Tak sanggup menahan airmata dan kesedihannya lagi, Bharmal segera pergi meninggalkan ruang pertemuan di iringi tatapan keluarganya.
Jodha berdiri di depan jendela kamarnya. Tatapannya menerawan jauh, ada kilat kemarahan dan kesedihan terpancar disana. Shehnaz datang menghampiri Jodha dan bertanya, “Jodha, apakah kau sedang menangis?” Jodha terperanjat mendengar pertanyaan Shehnaz. Dia segera membalikan badan menatap shehnaz sambi tersenyum, “apakah menurutmu hal yang bisa aku lakukan di kamarku hanya menangis?” Jodha hendak melangkah pergi, Shehnaz menahannya dengan berkata, “hanya karena tidak menangis, bukan berarti kau tidak merasa sedih.” Jodha dan shehnaz berpandangan. Jodha tersenyum, “baiklah, kau mungkin tahu alasan kenapa aku bersedih?” Shehnaz berpikir sebentar, “hanya ada satu alasannya. Orang yang kau cintai datang ke Amer untukmu, tapi kau telah menolak dirinya.” Jodha dengan cepat menjawab, “aku tidak menolaknya. Aku hanya…” Shehnaz berkata, “tidak menerima seseorang sama dengan menolak orang tersebut. Kaisar adalah orang yang luar biasa. Aku dengar dia telah memaafkan adikmu dan kekasihnya. Tapi dia tidak bisa membujukmu untuk memaafkan dirinya.” Jodha dengan nada merajuk berkata, “aku tidak tahu sejak kapan dia mulai begitu memperhatikan diriku. Biasanya dia bahkan tidak mengerti apa itu arti cinta.” Shehnaz membela Jalal, “itu tidak benar. Indahnya cinta bahkan bisa ditunjukan oleh para hewan. Dan dia adalah seorang manusia, setelah apa yang di laluinya, tidakkah dia tahu apa itu cinta?” Jodha menatap Shehnaz dengan rasa ingin tahu, “bagaimana kau bisa tahu begitu banyak tentang cinta?” Shehnaz tersenyum ceria dan menjawab, “karena…” Tiba-tiba wajah ceria shehnaz perlahan hilang, berganti dengan kemurungan, “…karena aku juga memiliki seseorang yang aku cintai dalam hidupku, tapi aku telah kehilangan dirinya. ~Shehnaz menatap Jodha~ Jodha, kaisar sangat mencintai dirimu. Aku bisa melihat itu di matanya. Dia bisa merasakan penderitaan yang telah kau alami. Aku bisa merasakan itu.” Jodha menatap zhehnaz dengan heran, ‘kau tahu banyak tentang diriku.” Shehnaz menyahut dengan anda mengoda, “aku tahu semuanya tentang dirimu. Semuanya..!” Jodha menatap tak percaya, Shehnaz bertanya, “bisakan aku mengatakan satu hal lagi padamu?” Jodha mengangguk. Kata Shehnaz sambil mengamati wajah Joidha, “kau juga bahkan sangat mencintainya. Tapi kau tidak menolak mengakuinya.”
Sinopsis Jodha Akbar episode 233. Todar Mal tiba di Agra. jalal menyambut Todar Mal dengan wajah gembira. Sharifudin terheran-heran malihatnya. Atgah membawa Todar Mal menghadap jalal. Atgah memberi salam dan berkata, “Yang mulia, Todar Mal telah berada di sini sesuai dengan permintaanmu.” jalal tersenyum dan memberi salam pada Todar Mal. Todar Mal membalasnya. Jalal kemudian berdiri dari tahtanya. Semua orang ikut berdiri. Dengan wajah bahagia, dia mendekati Todar mal dan berkata, “aku senang bertemu denganmu, Todar Mal Shahab. Selamat datang di kerajaan Mughal.” Jalal dengan ramah memeluk Todar Mal. Hamida dan Ruqaiya tersenyum melihat sambutan Jalal pada Todar Mal. Adham terlihat marah dan tidak terima, begitu juga Sharifudin. Jalal mengatakan kalau dia membutuhkan bantuan Todar. Todar bertanya apa yang bisa dia bantu. Jalal langsung menjelaskan duduk permasalahnya, “ini adalah masalah yang sangat serius. Aku akan langsung pada intinya. Aku telah memperhatikan pembukuan dan menemukan perbedaan yang sangat besar dalan catatan keuangan kerajaan. Ketika aku mendiskusikan masalah ini dengan Atgah Khan, dia menyarankan aku untuk mencari seseorang yang bisa mengatur masalah keuangan dengan sangat baik. Aku tidak bisa memikirkan orang lain yang lebih baik darimu.” Adham dengan wajah marah berguman pada Shahabuddin yang ada di sampingnya, “menteri hindu di dalam pengadilan Muhal!” Shahabuddin menyahut, “aku pikir bahwa dia tidak memiliki kepercayaan yang cukup pada orang Mughal.”
Pada Todar Mal Jalal bertanya, “maukan kau menerima posisi sebagai menteri keuangan?” Todar mal menyahut, “ya aku menerima posisi itu. Tapi aku ada sedikit persyaratan.” Jalal dan Adham menatap Todar tapi dengan pikiran berbeda. Jalal bertanya, “apa persyaratannya?” Todar Mal memberitahu Jalal, “Yang Mulia, aku akan berkerja dengan caraku sendiri tanpa campur tangan orang lain. Syarat kedua, aku hanya akan menerima perintah darimu, tidak ada yang bisa memerintahku selain dirimu. Anggaplah itu sebagai sebuah permintaan dariku.” Jalal tanpa pikir panjang menerima persyaratan Todar mal. Tidak ada orang lain selain aku yang ikut campur pada pekerjaanmu.” Todar Mal mengatakan kalau dia akan mulai bekerja hari ini juga. Jalal tertawa lebar, “subhanallah…” Hamida , Ruq dan salima tersenyum senang. Tapi para ulama terlihat tidak senang. mereka saling berbisik. Begitu pula Sharifudin dan Adham.
Selesai pertemuan di ruang sidang, para ulama dan para menteri berkumpul di tempat Adham untuk membahas keputusan Jalal mengangkat Todar Mal sebagai menteri keuangan. Seorang ulama berkata, “pertama-tama kaisar menikahi wanita hindu dari rajput. Kita telah menerima itu. Aku sama sekali tidak punya keberatan tentang hal itu. Tapi hari ini, seorang hindu telah di berikan posisi yang penting dikerajaan Mughal. Orang orang Mughal telah di abaikan, dan Yang Mulia lebih suka pada orang-orang Hindu Rajputs. Man Singh juga telah di bawa kesini untuk di latih berperang. Dan kemudian, dia telah memberikan sebuah posisi administrasi penting pada Raja Bharmal, Bhagwan Das, tejwant dan sekarang Todar Mal. Orang-orang ini tidak mempelajari agama kita. Dan masih belum mengikuti aturan kita.” Adham menimpali, “kau benar. Mereka telah di berikan posisis penting untuk mengurus aset-aset kerajaan Mughal. Bagaimana dengan mereka yang telah berdedikasi pada kerajaan ini? Mereka telah diabaikan. Sebagai contoh, sebuah ketidak adilan telah di lakukan pada ibuku.” Sharifudin menyahut, “jika kita tahu bahwa kaisar tidak adil, lalau kenapa kita tidak menghentikan dia?” Ulama menjawab, “terakhir kali aku melakukan protes, kaisar telah membekukan kekuasaanku. Sekarang, aku hanya bisa berbicara mengenai agama dan adat. Aku tidak di izinkan memberikan nasehat mengenai administrasi.” Adham dengan emoasi berdiri, “atgah khan sedang mengendalikan keputusan Kaisar. Jika atgah melanjutkan campur tangannya, dia akan membawa malapetaka pada kerajaa Mughal. Kita harus memberikan Atgah Khan sebuah pelajaran. Dan kita harus segera melakukan itu.” Rekan-rekan adham yang terdiri dari Munim Khan, Shahabudin, Sharifudin dan beberapa ulama mengangguk setuju.
Sinopsis Jodha Akbar episode 233. Jalal berdiri di teras depan kamarnya. Di tangannya terdapat gelas minuman, sambil meneguk minuman itu, dia melihat kelangit. Rembulan sedang menggantung indah. Jalal menatap rembulan dengan tatapan penuh kerinduan, lalu dia tersenyum sedih dan bicara sendiri, “Ratu Jodha, apakah kau merindukanku seperti aku merindukanmu? Apakah kau memikirkan tentang aku ketika kau melihat bulan itu? Sungguh aneh. Menurut semua orang, seorang kaisar bisa mendapatkan apapun yang dia inginkan. Tapi ada satu hal yang sangat aku inginkan dan aku tidak bisa mendapatkannya, aku hanya ingin bertemu denganmu, ratu Jodha.” Jalal meneguk minumannya lagi. Salima datang mengunjungi Jalal, dia memberi salam, “adaab yang mulia.” Jalal membalikan badan menatap Salima dan tersenyum senang. Salima turut tersenyum. Jalal membalas salam Salima dan mempersilahkan dia datang. Salima bertanya, “apakah aku mengganggumu? Apakah kau sedang ingin sendirian?” Jalal mendekati salima sambil menjawab, “tidak, ratu Salima. Sebenarnya kau tahu itu. Aku tidak bisa sendirian. Aku senang kalau kau mau menemaniku. Apakah kau ingin minum bersamaku?” Salima menolak dengan halus, “terima kasih atas tawaranmu. Seperti yang kau tahu, aku tidak bisa minum-minum.” Jalal mengangguk mengerti dan mempersilahkan Salima duduk. Salima duduk di sofa, dan Jalal duduk di hadapannya. Ada meja diantara mereka berdua. Jalal menatap Salima lalu tertawa renyah, “apalah kau ke sini untuk bertanya alasan kenapa aku mengangkat Todar Mal menjadi menteri keuangan walaupun dia orang hindu dan telah setia pada Sher Shah Suri?” Salima menjawab, “tentu saja tidak, Yang Mulia. Jika kau telah mengambil langkah, pasti ada alasan yang tepat untuk itu. Boleh aku tahu, bagaimana kau bisa mengenal Todar mal Ji?” Jalal menyahut, “Ratu salima, tidak perduli seberapa banyak kita mencoba, kita tidak bisa bertemu orang yang ingin kita temui. Tapi kadang-kadang kita bertemu dengan orang secara tidak sengaja.” Ratu salima dengan rasa ingin tahu bertanya, “sebuah kebetulan?” Jalal menjawab, “ya. Itu adalah sebuah kebetulan. Apa kau ingat ketika Ratu Jodha dan aku pergi untuk ziarah ke salim baba dengan berpakaian seperti orang biasa?”
Terbayang kembali, saat jalal dan Jodha melakukan perjalananke Sikri untuk mengunjungi Salim Chisti. Ketika itu mereka berdandan seperti orang biasa. Jalal berjalan kaki, dan Jodha duduk diatas tandu. Meski begitu, keduanya selalu saling memandang dan tak pernah memperhatikan yang lain lagi.
Di Amer, Jodha tidur di pangkuan dadisa. Dadisa membelai kepala Jodha penuh kasih sambil mendengarkan cerita Jodha tentang perjalanannya ke Sikri bersama jalal. Jodha berkata, “nenek, aku merasa heran dan khawatir pada saat yang bersamaan. Kami telah di minta untuk pergi berziarah berdua saja. Tapi kaisar tidak merasa khawatir. Nenek, apakah kau tahu? Kami bahkan di penjara karena tidak membayar pajak ziarah. ~Jodha tertawa geli~ Bukankah itu aneh? Kaisar Mughal telah di penjara oleh pasukannya sendiri, di wilayahnya sendiri.” Dadisa dengan terkejut bertanya, “apa? Pasukannya telah memenjarakan dia?” Jodha menjawab, “ya. Tidak ada yang mengenali dia saat dia berpakaian seperti pria biasa.” Dadisa bertanya, apa yang terjadi setelah itu?
Di Agra, jalal tertawa dan berkata, “ratu salima, keberadaan Jodha bersamaku telah membuat perjalanan itu menjadi hal yang sangat berkesan. Bersamanya hal sesulit apapun menjai mudah. Dia tersenyum saat menghadapi masalah yang sulit. Aku telah mempelajari banyak hal dari ratu Jodha. Aku…” Ratu Salima tersenyum. Jalal jadi tersipu sendiri karena telah membicarakan Jodha tanpa sadar. Jalal lalu mengalihkan pembicaraan, “aku akan mengatakan padamu bagaimana aku bertemu dengan Todar Mal.” Salima tersenyum penuh pengertian dan mengangguk. Jalal melanjutkan, “kami telah menghabiskan satu malam di padang gurun dan Todar Mal shahab memberikan kami tumpangan untuk bermalam dan mengangap kami adalah para penziarah.”
Di Amer, Jodha masih bercerita pada Dadisa. Kata Jodha, “dan kemudian.. ~Jodha bangkit dari berbaringnya dan menatap dadisa~ nenek, malam itu rumah Todar mal telah diserang oleh para perampok. Tapi kaisar melawan balik mereka. Dia melawan setiap perampok dan mengalahkan mereka. Dia sangat kuat untuk berperang sendirian. Bahkan Todar Mal merasa keheranan mengetahui betapa pemberaninya kaisar.”
Terbayang kembali pertarungan Jalal melawan perampok di rumah Todar Mal. Bagaimana Jalal mengalahkan perampok itu satu persatu seorang diri, hingga sedikit yang tersisa dari mereka melarikan diri.
Di Agra, jalal masih bercerita pada Salima. kata Jalal, “Todar Mal adalah orang yang baik hati. Dia memberi kami perlindungan ketika kami melakukan ziarah. Ketika mencari Ratu Jodha di Mathura, aku terluka. Dia telah menyelamatkan hidupku dan membantuku untuk mencari ratu Jodha. Untuk kedua kalinya, dia mengenali aku bahkan ketika aku sedang menyamar. Dan dia tidak mengharapkan balasan atas bantuannya padaku. Aku tahu kalau dia sangat ahli dalam mengurus masalah keuangan. Dia berpengalaman dan sangat setia.” Salima menyela, “itulah sebabnya kau telah mengundangnya untuk menerima posisi itu.” Jalal menyahut, “kau benar. Dia adalah orang yang berdedikasi tinggi dan sangat akurat akan pekerjaanya. Ratu Salima, aku tidak ingin seorang petugas yang berpikir bahwa dia bisa bekerja hanya untuk menyanjungku. Aku ingin mencari orang yang tidak takut untuk mengatakan yang sebenarnya walaupun itu hal yang tidak menyenangkan. Aku ingin orang seperti itu di kerajaanku, yang tahu akan tugas dan bisa di percaya.” Salima memuji, “itu adalah pemikiran yang luar biasa, Yang Mulia. Seseorang harus mempercayai orang lain hanya berdasarkan tindakan mereka, dan tidak berdasarkan hubungannya dengan kita” Jalal setuju, “itu benar, Ratu salima. ~Jalal teringat pengkhianat Maham, dan terlihat sedih~ Aku telah di khianati begitu banyak oleh orang-orang yang memiliki hubungan denganku.” Salima menyela, “selama kita bisa belajar dari kesalahan kita, kita bisa mmembuat kemajuan dalam hidup kita.” Jalal menimpali, “tapi sebuah kesalahan bisa mengacaukan seluruh hidup kita. Aku seharusnya mempercayai ratu Jodha. Bukannya mencurigai dia.”
DI Amer, melihat Jodha bercerita tentang kaisar begitu rupa, dadisa bertanya, “kau merindukan Yang Mulia, bukan? Kenapa kau masih marah padanya?” Senyum di wajah Jodha perlahan memudar. Kesedihan kembali membayangi wajah cantiknya. Dadisa mengenggam tangan Jodha. Jodha menarik bafas berat, “aku disini bukan karena aku marah padanya ataupun karena harga diriku. Aku disini karena aku terluka. Aku telah menerimanya dan setia padanya. Dan tela melakukan hal yang buruk untuk menyelamatkannya dan menjaga kehormatannya. Lalu kenapa dia tidak bisa menghargai aku? Kenapa dia mencurigai aku?”
Di Agra, Salima berkata, “Yang Mulia, aku sangat terkesan dengan apa yang telah kau katakan. Kau tidak bisa menentang Todar Mal karen agamanya.” Jalal setuju, “betul, ratu salima. Itu sangat menyedihkan bahwa agama dan tradisi membuat orang terpecah belah dan berperang. Aku telah belajar dari ratu Jodha bahwa agama seharusnya tidak menjadi pembatas. Itu adalah kasih sayang dan rasa menghargai yang kita pegang untuk hidup kita. Tidak perduli darimana asalmu, satu-satunya masalah adalah bagaimana kau memperlakukan orang lain.” Salima mengangguki, “ya. Kau benar sekali.” Jalal tersenyum dan kembali memandang rembulan.
Sinopsis Jodha Akbar episode 233. Maham memasuki rumahnya dan memanggil para pelayan. Tapi tak ada satupun yang menemuinya. Maham dengan gusar berkata, “di mana pelayan-pelayan itu? Apakah ada orang disini?” Tidak ada sahutan. Maham berteriak, “apakah ada orang disini?” Tetap tidak ada sahutan. Maham berteriak lagi dengan lantang, “pelayan!” Javeda dengan wajah cerianya muncul dan menyahut, “ibu, apakah kau memanggilku?” Maham dengan jengkel memutar bola matanya dan menjawab, ‘tidak Javeda. Aku tidak memanggilmu. Aku sedang memanggil pelayan.” Javeda berkata, “oh…aku mengerti. Tapi ibu, semua pelayanmu telah pergi. Tapi kalau kau membutuhkan sesuatu, kau bisa mengatakannya padaku.” Maham terlihat Shock. Dia terduduk di sofa dan berkata, “tidak ada yang bisa kau lakukan untukku. Kau boleh pergi.” Javeda dengan polos berkata, “ibu, jika kau tidak keberatan bisakah aku mengatakan sesuatu?” Maham memalingkan muka dengan kesal. tapi Javeda tetap meneruskan kalimatnya sambil mendekati maham, “aku benar-benar menyesal dengan apa yang telah terjadi padamu. Tapi aku pikir bahwa kau juga bersalah. Jika kau mengatakan semuanya padaku, aku akan memberikanmu saran yang benar. Aku mengakui bahwa aku tidak sepintar dirimu. Tapi aku bisa mengerti apa yang kau rasakan. Aku mungkin akan menunjukan padamu jalan yang benar dan memberitahumu apa yang bisa mempengaruhi Yang Mulia. Tak perduli apa yang orang lain katakan, aku menghormatimu dan aku selalu menghargaimu. Kau adalah ibu mertuaku. Aku tidak tahu apa kesalah pahaman yanga ada antara kaisar dan dirimu. Tapi saat dia mengatakan kalau kau bukan ibunya lagi, aku benar-benar merasa kecewa, ibu. Aku mungkin bodoh, tapi aku adalah menantumu. Apakah kau tahu sesuatu? Aku bahkan menangis di hari itu. Aku tidak mau percaya apa yang orang katakan tentang dirimu. Yang aku tahu adalah bahwa kau adalah mertua terbaik yang bisa orang miliki. Dan hari ini aku akan berjanji padamu, dalam situasi apapun, entah itu baik atau buruk. Aku akan ada di sana untukmu.” Mendengar kata-kata Javeda, mata mahan anga berkaca-kaca. Untuk pertama kalinya dia menggenggam tangan Javeda. Maham sambil menagis berkata, “aku selalu salah memperlakukan dirimu.” Maham memeluk Javeda dengan berlinangan airmata. ~Semula sangat sukar untuk mempercayai kalau Maham anga, sunguh-sunguh mengharagai Javeda seperti yang kini di perlihatkannya. Memeluknya sambil menangis. Tapi orang bisa berubah kan?~
Jala, Atgah dan Todar sedang melakukan pertemuan. Suasana terlihat sangat tegang. Todar mal menujukan catatan keuangan yang telah dipelajarinya dan melaporkan penemuannya pada Jalal. Jalal bertanya, “apa maksudmu?” Todar Mal menjelaskan, “ada kesalahan pada catatan keuangan kerajan. Perhitungan dari pemungutan pajak ada kesalahan. Pengumpulan pajak dikrediktkan pada perhiasan kerajaan. Tapi selalu ada kesempatan untuk memanipulasi data.” Atgah menyela, “Yang Mulia, Todar mal telah menemukan itu dalam catatan buku keuangan bahwa pengumpulan pajak di kreditkan pada perhiasan kerajaan. Sebuah nilai negatif di peroleh ketika semua khasanah dijumlahkan.” todar Mal dengan hati-hati memberitahu Jalal kalau pemungutan pajak di bebankan pada orang biasa dan mereka tidak senang dengannya. Jalal dengan terkejut bertanya, “…kau baru datang kesini dan mengatakan kalau rakyat tidak senang padaku? Aku telah mengeluarkan banyak uang untuk memenui kebutuhan mereka. Aku pikir kau harus tahu kalau aku mencoba setiap cara untuk mensejahterakan rakyatku.”Todar berkata, “betul, Yang Mulia. Tapi jumlah itu tidak dimanfaatkan dengan cara yang benar.” Jalal menatap Todar dan bertanya, “bagaimana bisa kau mengatakan itu?” Todar balas bertanya, “Yang Mulia, bagaimana kau bisa mengatakan itu telah di manfaatkan dengan benar?” Jalal berkata. “aku tidak mengerti maksudmu.” Todar menjelaskan, “Yang Mulia, biar aku menanyakan sedikit pertanyaan padamu. Maka kau akan mengerti maksudku. Katakan padaku, seberapa baiknya kau mengenal pada menteri dan petugasmu?” Jalal balas bertanya, “Todar Mal, pertanyaan macam apa itu? Aku sangat mengenal mereka dengan baik. AKu bertemu dengan mereka setiap hari dan aku mempercayai mereka.” Todar mengatakan, “itulah di mana kau telah membuat sebuah kesalahan. kau bertemu dengan petugasmu setiap hari tapi kau tidak bertemu denga rakyatmu. Melainkan rakyatmu datang padamu dengan keluhan-keluhan mereka. Bukan kau yang pergi menemui mereka untuk mengetahui kesulitan mereka. Kautidak memiliki komunikasi dengan rakyatmu. tapi kau tahu tentang mereka melalui para menteri. Jika ada pelanggaran dari menterimu, itu akan mempengaruuhi administrasi negara. Kau adalh pemnguasa negeri ini, juga seorang yang dermawan pada rakyatmu. Untuk memahami apa yang dialami rakyatmu, kau harus langsung berkomunikasi dengan mereka. Dari situ kau akan mengerti kesulitan yang mereka hadapi.” Jalal terdiam, berpikir sebentar lalau berkata, “sekarang aku mengerti apa maksudmu.” Todar mengatakan, “Yang Mulia, saat kau pergi diantara para rakyatmu dengan menyamar, itu adalah sebuah tindakan yang bagus. Tapi kau harus sering bertemu dengan mereka untuk memahami permasalah yang mereka hadapi. Itu bukan saja membantumu mengetahu permasalah mereka tetapi juga untuk memberi rasa takut pada para menteri sehingga tindakan korupsi daoat ditekan. Dan kau juga bisa tahu siapa yang salah dan menghukumnya..” Sinopsis Jodha Akbar episode 234