Sinopsis Jodha Akbar episode 393 by Sally Diandra. Saat itu Jalal menghampiri anak anak yang sedang menanti kedatangannya ditengah halaman, anak anak nampak sangat ketakutan, ketika Salim tanpa sengaja melempar bolanya dan mengenai tubuh Jalal. “Siapa yang melempar bola ini ke aku ?” tanya Jalal ke anak anak, anak anak hanya diam saja bahkan sangat ketakutan didepan Jalal, “Siapa yang melempar bola ini ke aku ?“ tanya Jalal lagi sambil memandangi anak anak tersebut satu per satu, semua anak hanya diam sambil menundukkan kepalanya, tiba tiba Salim maju selangkah dan berkata “Aku yang telah melempar bola itu, Yang Mulia … aku tidak sengaja tadi melemparnya” kata Salim, “Sebenarnya aku mau meleparkannya kearah Haidar” kata Salim lagi, “Ini berarti kamu tidak tahu bagaimana caranya mencapai target bola ini pada seseorang yang ingin kamu tuju” kata Jalal tenang tidak ada nada marah yang terdengar, anak anakpun kelihatan lega, kemudian Jalal menyuruh anak anak untuk mengambil posisi masing masing, “Aku akan menunjukkan bagaimana caranya melempar dan menangkap bola, kalian siap yaaa pada posisi kalian !” kata Jalal, kemudian Jalal memberikan bola itu kearah Salim dan menyuruh Salim untuk melempar bola tersebut kearahnya, awalnya Salim ragu ragu, lama Salim mengambil bola tersebut tapi Jalal terus membujuknya untuk mengambil bola itu, hingga akhirnya Salim mau mengambil bola itu dan berusaha melempar bola itu kearah Jalal dan Jalal langsung menangkapnya dengan cepat, kemudian Jalal memberikan bola itu kepada anak anak yang lain dan menyuruh mereka untuk melemparkan padanya, Jalal mencoba mengajari anak anak tentang bagaimana menangkap bola, Rahimpun ikut bermain bersama mereka, anak anak juga sangat menikmati kebersamaan mereka bersama Jalal, selang berberapa jam kemudian, Jalal meminta berhenti dan mengajak mereka untuk beristirahat terlebih dahulu, lalu anak anak meninggalkan Jalal. Ketika Salim hendak mengikuti saudara saudaranya, Jalal menghentikan langkahnya, “Sekhu Baba, ikutlah denganku” ajak Jalal sambil menggandeng lengan anaknya, Rahim mengikuti mereka dari belakang, kemudian mereka duduk diteras istana yang berada ditengah halaman, Jalal langsung memangku Salim sambil berkata : “Sekhu Baba, kamu tahu kenapa ayah memperlakukan kamu berbeda dengan yang lain ?” tanya Jalal, Salim hanya diam saja tidak menjawab pertanyaan ayahnya, “Karena kamu special, nak … kelak kamu akan mengambil semua tanggung jawabku dan menjadi seorang raja itu tidak mudah, nak” kata Jalal lagi, “Ayah, aku tidak ingin mengambil posisimu” ujar Salim, “Itu tidak masalah, nak … tapi mau tidak mau kamu harus menanggung tanggung jawab ini juga, karena hanya kamu yang berhak untuk mengambil tanggung jawab ini, jangan meninggalkan sesuatu yang belum selesai dikerjakan, kamu harus menyelesaikan pekerjaan tersebut, terlepas dari berapa banyak waktu yang dibutuhkan, ayah sangat berharap kamu tidak akan mengecawakan ayah” kata Jalal sambil tersenyum memandang anaknya, melihat senyum diwajah Jalal, dalam hati Salim berkata : “Kadang kadang ayah bisa sangat marah dan memberikan aku hukuman tapi kadang kadang pula kata katanya juga manis seperti gula” bathin Salim sambil memandang ayahnya.
Sementara itu dikamar Jodha, Jodha sedang membuat ‘Garland’ (kalung bunga) untuk Kahnaa dibantu oleh Moti dan Zakira, tiba tiba Jodha teringat kembali bagaimana Salim mengabaikannya ketika kembali ke istana setelah menjalani masa hukumannya, belum lagi ketika Salim merusak Rangoli yang telah dibuatnya khusus untuk Salim, juga ketika Salim tidak mau makan dari suapan tangannya dan ketika Jodha meminta maaf pada Salim, semuanya masih membekas dalam ingatan Jodha. Tak berapa lama kemudian, Jalal datang menemui Jodha, Zakira dan Moti yang mengetahui keberadaan Jalal langsung bergegas keluar meninggalkan mereka berdua. “Salam, Yang Mulia” kata Jodha, “Salam Ratu Jodha, apa yang kamu buat itu ?” tanya Jalal ,“Aku sedang membuat Garland buat Kahnaa” jawab Jodha, “Tapi biasanya kamu membuatnya dengan bunga yang berwarna putih, kenapa hari ini kamu menggunakan bunga yang berwarna kuning ?” tanya Jalal lagi, “Warna tidak menjadi masalah, Yang Mulia … yang penting perhatiannya” jawab Jodha, tiba tiba Jalal ikut duduk bersimpuh dilantai disebelah Jodha dan mulai ikut ikutan membuat Garland, “Yang Mulia, apa yang kamu lakukan ??? sudah tidak usah …” kata Jodha, “Ratu Jodha, kenapa Dewa Kahnaa hanya milikmu ?” tanya Jalal, “Ratu Jodha, aku perhatikan sekarang kamu jarang makan dan sering kurang enak badan gara gara Salim, oleh karena itu aku telah memutuskan kita akan melakukan perjalanan ke dalam hutan besok” kata Jalal, “Tapi bagaimana kita bisa meninggalkan Salim, Yang Mulia ?” tanya Jodha, “Tenang, kan ada banyak orang disini seperti ibu, Ratu Rukayah dan Ratu Salima yang akan merawat Salim tapi aku harus merawat kamu, Ratu Jodha” kata Jalal, “Jadi hanya kita berdua yang akan pergi” kata Jalal sambil tersenyum memandang istrinya, “Kamu memang selalu tahu aku dengan baik bagaimana caranya menenangkan aku” ujar Jodha sambil membalas senyum Jalal, “Kali ini hanya aku dan kamu yang akan pergi berdua, Ratu Jodha … aku tahu kamu sangat mencintai Salim, aku telah bicara padanya dan dia telah mengerti” kata Jalal sambil terus memandangi wajah istrinya, “Sekarang, aku hanya ingin menghabiskan waktu bersamamu, Ratu Jodha … dan jika kamu tidak setuju, aku akan mengeluh ke ibu kalo anak perempuannya tidak mau mendengarkan aku” kata Jalal dengan muka manjanya sambil tersenyum, Jodhapun tersenyum mendengarnya, “Baiklah … aku akan bersiap siap untuk pergi bersamamu” ujar Jodha, mereka berduapun saling tersenyum satu sama lain.
Didalam hutan, ada seseorang yang kelihatannya mencurigakan, dia mendatangi sebuah rumah dan mengatakan pada tuannya bahwa Jalal dan Jodha akan memasuki hutan dan ternyata tuannya tersebut adalah Syarifudin, Syarifudin menyengir senang mendengar kabar tersebut, “Sekarang aku bisa mendapatkan Jodha, dia tidak bisa jauh jauh lagi dariku sekarang, aku akan menculiknya kemudian membebaskan ayahku dan membunuh Jalal ! saat ini adalah saat yang tepat untuk membalas dendam ! dan kamu juga harus bersamaku !” kata Syarifudin pada anak buahnya, lalu Syarifudin menyuruh anak buahnya itu pergi dan memberitahukan ke lainnya untuk bersiap siap, “Akhirnya kita mendapatkan kesempatan setelah sekian tahun lamanya, aku tidak akan menyia nyiakan begitu saja” ujar Syarifudin sambil memberikan segepok uang coin ke orang tersebut dan berkata : “Setelah ini kamu akan mendapatkan banyak pekerjaan” kata Syarifudin.
Diruang keluarga istana, Salim sedang berkumpul dengan Hamida dan Rukayah, Hamida sedang menyuapkan ladu ke Salim, “Aku sangat menyukai ladu, nenek … apakah kamu mau membuatkannya untukku setiap hari, nenek ?” tanya Salim, “Kenapa tidak untuk cucu nenek tersayang” ujar Hamida, persis pada saat itu Jodha datang menemui mereka, dan langsung memberikan salamnya ke Hamida dan Rukayah, sementara Salim hanya diam saja melihat kedatangan ibunya, malah mukanya langsung berubah menjadi masam begitu melihat kehadiran Jodha. Hamida lalu menegur Salim untuk memberikan salam ke Jodha, Salim diam saja, dia malah kelihatan marah, tapi setelah dibujuk oleh Hamida, Salim akhirnya mau memberikan salam ke Jodha, kemudian Jodha memanggilnya untuk duduk dekat dengannya tapi Salim pura pura tidak mendengar, Jodha kembali mencoba memanggil namanya, “Salim …. Sini sayang” pinta Jodha, tapi Salim tidak bergeming sedikitpun, sementara Rukayah menyengir senang dengan tingkah Salim keibunya, “Salim, kamu katanya janji sama nenek kalau kamu akan menuruti semua kata kata nenek, sekarang pergilah keibumu” bujuk Hamida, Salim pun menuruti kata kata Hamida dan melangkah kearah Jodha. Jodha langsung memangkunya dipangkuannya, “Salim, bolehkah ibu pergi keluar istana untuk satu hari ini saja ? maafkan ibu sayang … karena ibu tidak bisa mengajak kamu pergi dan ibu juga tidak bisa mendongengkan cerita untukmu” kata Jodha sambil memeluk Salim dari belakang dan membelai rambutnya, “Jagalah nenek baik baik yaa dan jangan bermain lumpur” kata Jodha lagi, sementara Salim hanya diam saja sambil membuang mukanya, sedangkan Rukayah tersenyum senang. “Jangan khawatir, Jodha … kami ada disini” ujar Hamida, “Iyaaa … bariammi nya juga disini, Ratu Jodha … pergilah bersama Yang Mulia” kata Rukayah, sesaat kemudian Zakira dan Moti datang menemui mereka, “Maafkan hamba ibu Ratu … kami mau memberitahukan ke Ratu Jodha bahwa Yang Mulia Raja sudah menunggu diluar” kata Zakira, “Jaga diri baik baik yaa sayang …” ujar Jodha sambil menurunkan Salim dari pangkuannya, “Aku telah menyarankan ke Jalal untuk mengajakmu jalan jalan keluar, Jodha” kata Hamida, Jodha tersenyum dan mengatupkan kedua tangannya didada sebagai tanda terima kasihnya kemudian berlalu meninggalkan ruangan itu diikuti oleh Moti dan Zakira, sesaat kemudian Rukayah mendekati Salim dan mencium rambut Salim, dalam hatinya berkata : “Jodha dan Jalal mungkin bisa bersatu tapi anak kalian tidak akan pernah bersama kalian !” bathin Rukayah sambil menyengir sinis.
Sepeninggal kedua orang tuanya ke hutan, Salim bersandiwara menjadi seorang raja dan semua anak anak yang lain bersandiwara menjadi orang orang yang berada didalam sidang, “Raja, aku punya satu pertanyaan, apakah IQ seseorang itu lebih besar dari seekor sapi ?” tanya Haidar, “Itu adalah pertanyaan yang bagus tapi mengapa aku harus tegang sendiri, Birbal akan menjawabnya” kata Salim, Murad yang bersandiwara sebagai Birbal lalu berucap : “IQ seseorang itu lebih besar !” ujar Murad, “Apa buktinya ? tanya Haidar, “Aku adalah Birbal jadi aku selalu benar !” bentak Murad, “Itu tidak benar, kamu harus menjawab pertanyaanku !” kata Haidar, sementara tepat pada saat itu Birbal yang asli datang menghampiri mereka dan merelai Haidar dan Murad “Heii … heiii heiii … jangan suka bertengkar, apa yang Murad katakan tadi benar, IQ seseorang itu lebih besar dari pada seekor sapi, seekor sapi hanya memberikan susu untuk satu anggota keluarga tetapi dengan IQ, seorang raja bisa melayani seluruh bangsanya jadi IQ itu adalah yang terbesar” jelas Birbal, “Yaaa … saya setuju !” kata Salim, “Ini salah ! dia kan raja jadi dia bisa mengatakan apa saja !” ujar Haidar, “Haidar, menjadi seorang raja … adalah tugasnya tapi bukan untuk menyelesaikan pertanyaan seperti itu tapi untuk melayani rakyatnya” kata Birbal kemudian berlalu dari sana.
Didalam hutan, Jodha sedang berada ditendanya, dirinya sedang berdandan dibantu oleh Moti dan Zakira yang sedang mengasapi rambut Jodha dengan wangi wangian, “Kamu sangat cantik sekali malam ini, Ratu Jodha … Yang Mulia pasti akan tergila gila denganmu, mungkin dia akan memintamu untuk menikahimu kembali” kata Zakira yang tidak menyadari keberadaan Jalal dibelakang mereka sedari tadi dan mendengarkan pembicaraan mereka, sementara Jodha hanya tersenyum bahagia dan mendapati Jalal melalui pantulan cermin riasnya, kemudian Zakira dan Moti meninggalkan mereka berdua sendirian di tenda itu. Sementara itu Jalal masih berdiri mematung disana sambil memandang kecantikan Jodha, “Yang Mulia, kenapa kamu melihatku seperti itu ?” tanya Jodha sambil melirik kearah Jalal yang masih berdiri disana, kemudian Jalal mendekati Jodha yang duduk didepan meja riasnya dan memegang bahu Jodha, “Hari ini aku merasa baru saja menikahimu kembali” kata Jalal, “Tidaklah baik menguping pembicaraan orang lain, Yang Mulia” ujar Jodha, “Aku baru saja memuji istriku, aku serius … melihatmu hari ini, aku jadi teringat kenangan kenangan kita dulu” kata Jalal sambil teringat dimana ketika dia pertama kali bertemu Jodha ketika Jodha sedang diusung didalam tandu, kemudian ketika mereka menyamar sebagai rakyat biasa dalam perjalanan ke tempat Syeh Salim Chisti menggunakan perahu, kemudian moment moment romantis mereka berdua, “Aku selalu mengingat setiap peristiwa yang indah ketika berdua denganmu, kejadian kejadian itu seperti mutiara yang berharga dalam hatiku” kata Jodha sambil memegang tangan suaminya yang bersandar dibahunya, sementara itu diluar tenda Syarifudin dan anak buahnya sudah semakin mendekati tenda Jodha, Syarifudin menyuruh anak buahnya untuk mengalihkan perhatian para prajurit maka dia akan memasuki tenda Jodha.
Malampun semakin larut, Jalal dan Jodha sedang berada ditempat tidur, “Ratu Jodha, aku masih ingat dengan jelas bagaimana kamu menghujani aku dengan panah dulu” goda Jalal, “Hmm … kamu masih saja suka mengejekku tentang hal itu, Yang Mulia … kamu memang tidak berubah sama sekali” kata Jodha ketus dan langsung memasang muka masam, “Kemarahanmulah yang membuat aku sangat mencintaimu, Ratu Jodha” goda Jalal lagi, “Jadi … kamu mengajak aku kesini untuk membuat aku marah ?” tanya Jodha cemberut, kemudian Jalal menjewer telinganya dan mengatakan “Maafkan aku, Ratu Jodha …. tolong maafkan akuuu” goda Jalal, Jodha akhirnya tersenyum melihat ulah suaminya seperti itu, “Baiklah, aku maafkan kamu” ujar Jodha dan mereka berdua sama sama saling tersenyum bahagia sambil saling memandang satu sama lain dengan penuh cinta, sementara di luar tenda anak buah Syarifudin sudah mulai bertarung denga prajurit Jalal, sedangkan Jalal mulai merasakan adanya suara suara yang mencurigakan diluar…..Sinopsis Jodha Akbar episode 394