Takdir bag 2 by Tahniat. Benar saja apa yang di pikirkan Jodha. Ram Kapoor memang benar-benar marah pada Jodha atas kelancanganya di ruang pertemuan tadi. Bukannya senang karena Jodha telah membantunya mendapatkan proyek besar itu, Ram malah menuduh Jodha mencuri kliennya. Jodha tidak berani mengangkat wajah menatap ayahnya apalagi membantah kata-katanya. Karena sepanjang pengalamannya, membatah kata-kata ayahnya berarti malapetaka. Setelah Ram capek mengomel dan memarahinya, Jodha beringsut pelan-pelan memasuki kamarnya, menguncinya dari dalam dan menangis sejadi-jadinya, menyesali nasibnya.
Keseokan harinya, Ram menyuruh Jodha pergi kekantor Jalal untuk menyerahkan surat-surat kesepakatan yang akan di tanda tangani Jalal. Saat itu Jalal tidak ada di kantornya, Jodha terpaksa meninggalkan surat-surat itu di kantor Jalal. Dan pulang dengan tangan kosong. Kembali Ram menyalahkan Jodha karena tidak menunggu Jalal, dan membawa surat kesepakatan yang sudah di tanda tangani bersamanya. Jodha hanya bisa bersabar menghadapi temperamen ayahnya. Terkadang Jodha berpikir kalau Ram sebenarnya bukan ayah kandungnya. Tapi untuk menanyakan kebenaran dugaan itu pada ibunya, dia tak tega. Dia tak ingin membuat ibunya ikut-ikutan sedih karena dirinya.
Seperti yang dijanjikan, Ram mengadakan pesta untuk merayakan kerja samanya dengan group Singhania. Sebagian besar undangan adalah relatif dan kenalan Ram Kapoor. Pesta berlangsung dengan meriah. Jalal juga hadir di pesta itu. Dan sejak kehadiranya beberapa saat yang lalu, Jalal telah menjadi incaran para wanita. Dengan setelah jas hitam diatas kemeja biru, Jalal terlihat seksi. Hampir setiap gadis yang ada di pesta itu ingin mendekatinya. Tapi sikap cuek dan acuh- tak acuh Jalal membuat mereka sedikit segan untuk menghampirinya. Lalu Jodha muncul di ruang pesta, dengan mengenakan sari berwarna pink dan sepasang anting-anting dari batu saphir, dia menjadi pusat perhatian para pria. Dan para gadis iri melihat kecantikannya. Semula Jodha merasa sedikit kikuk karena semua mata menatap kearahnya.
Jalal yang melihat kedatangan Jodha, tak mampu menahan diri untuk tidak menyapa. Jalal menghampiri Jodha dan menyapa, “pesta yang meriah, bukan?” Jodha tersenyum dan menyahut, “ya.” Dalam hati Jodha bersyukur, karena setidaknya dia tidak sendirian dipesta ini. Meski sering menghadiri pesta, tapi pesta ini berbeda. Ini bukan pestanya, tapi pesta ayahnya, dan yang di undang adalah teman dan kolega ayahnya. Hanya sedikit sekali orang yang dikenalnya di sini. Untungnya Jalal sangat pandai menemukan bahan pembicaraan sehingga sebentar saja, mereka sudah terlihat akrab. Banyak mata dengan tatapan iri tertuju pada mereka berdua. Bahkan Ram yang melihat keakraban Jodha dan Jalal tersenyum menyerigai. Dia sudah di buat sangat marah oleh Jodha. dan mempunyai rencana sendiri di benaknya, untuk membebaskan dirinya dari Jodha.
Musik lembut mengalun. Sangat asyik untuk di buat dansa. Jalal mengulurkan tanganya, mengajak Jodha berdansa. Sesaat Jodha ragu, tapi karena tak ingin mengecewakan Jalal, Jodha akhirnya menerima uluran tangan itu. Jalal dan Jodha bergandengan tangan melangkah ke lantai dansa. Jodha merasa sedikit kikuk dan jengah saat jalal memeluk pinggangnya dan merapatkan tubuhnya. Begitu dekatnya mereka sehingga masing-masing dapat merasakan detak jantung dan mencium aroma tubuhnya. Jalal seperi tersihir saat dia mencium aroma melati dan mawar dari rambut selembut sutra milik Jodha. Jalal semakin mempererat pelukannya. Jodha mencoba menjaga jarak dengan meletakkan tanganya di dada jalal. Musik semakin merdu mendayu.
Ram dengan senyum simpul menyentuh pundak Jalal. Jalal segera melepas pelukannya dari Jodha. Ram berkata, “Jodha, aku ingin memperkenalkanmu dengan Samshir.” Ram menarik tangan seorang pria dan membawanya kehadapannya Jodha dan Jalal. Shamshir mengulurkan tangannya, Jodha menyambut uluran tangan itu. Samshir meremas tangan Jodha dengan lembut. Dengan cepat Jodha menarik tanganya. Samshir juga menyalami Jalal. Ram memberi tahu Jalal, kalau Samshi adalah calon menantunya, dia calon suami Jodha. Mendengar itu, Jodha terkejut. Dia tak percaya kalau ayahnya telah mengatur perjodohan nya dengan lelaki yang tidak dia kenal. Jalal tersenyum dan mengucapkan selamat pada Samshir dan Jodha. Ram tertawa bahagia. Jodha dengan mata berkaca-kaca meminta izin pada Ram untuk pegi sebentar. Jalal menatap kepergian Jodha dengan rasa penasaran. Dia sempat melihat raut wajah Jodha yang terlihat sedih dan murung ketika mendengar kabar perjodohannya.
Jalal dengan was-was membuntuti Jodha. Tapi seorang pria lain lebih dulu menguntit Jodha. Jalal mengawasi kelakuan pria itu. Saat tiba di lorong sempit dan sepi yang mengarah ke toilet wanita, pria itu mempercepat langkahnya dan memeluk Jodha dari belakang. Jodha mencoba untuk memberontak. Pria itu menarik tubuh Jodha mendekati pintu gudang. Jalal yang melihat itu segera turun tanga. Dengan sekuat tenaga dia memukul pria itu, hingga pelukannya ke tubuh Jodha terlepas. Jodha mendengar teriakan. Tiba-tiba listrik mati. Kesempatan itu di gunakan oleh si pria untuk melarikan diri. Jalal mendengar langkah kaki menjauh, mecoba mengejar. Tiba-tiba listrik hidup kembali. Jodha melihat Jalal yang melangkah pergi. Jodha mengira jalal yang telah berbuat tidak senonoh padanya. Jalal sudah sampai di depan ruang pesta. Jodha mengejarnya, dan dengan marah dia menarik tangan jalal lalu menamparnya dengan keras sambil berteriak marah, “beraninya kau berbuat seperti itu padaku. Dasar manusia tidak bermoral!”
Jalal yang tidak menduga akan mendapat perlakuan begitu rupa sangat terkejut dan malu. Apalagi ketika dia melihat beberapa orang menatap kearah mereka dan menyaksikan kejadian itu. Belum juga Jalal membalas perbuatan Jodha. Jodha sudah melangkah pergi dengan marah dan geram. Jalal menyentuh pipinya yang panas, dan mencoba tersenyum pada orang-orang yang melihat kearah dirinya dengan rasa ingin tahu. Jalal mengangkat tanganya memberi tanda kalau dirinya tidak apa-apa. Tapi dalam hati Jalal sangat marah dan bertekad untuk membalas perbuatan Jodha, bagaimanapun caranya. Jodha telah mempermalukan dirinya, tidak ada yang akan di biarkan tenang setelah menghina Jalaluddin Muhammmad Akbar. Dan Jalal selalu punya caranya sendiri untuk membalas dendam… Takdir bag 3