Takdir bag 27 by Tahniat

Takdir bag 27 by Tahniat. …kenikmatan. Itulah yang membuat tubuh Jalal bergetar. Mendekap tubuh Jodha erat di dadanya sangat berbeda rasanya dengan mendekap tubuh wanita-wanita lain yang datang dan pergi silih berganti dalam kehidupannya. Ada sebentuk rasa yang tidak dapat dia jelaskan. Rasa yang memautkan dirinya pada Jodha. Seolah-seolah Jodha adalah pusat kehidupannya, tujuan hidupnya. Segala sesuatu tentang dirinya berpusat di Jodha. Jalal mulai merasakan perasaan itu ketika dia menelantarkan Jodha di pinggir jalan. Jalal sudah mencoba segala cara untuk menepis perasaannya. Memberitahu dirinya sendiri kalau perasaan itu salah. Dia bukan pria lemah yang bisa di taklukan wanita. Tetapi semakin dia berusaha, dia merasa semakin terikat pada Jodha.

“Jalal..” panggil Jodha. Jalal menyahut, “ya?” Jodha dengan suara bergetar bertanya, “kenapa lama sekali? Apakah kita akan terkurung di sini selamanya?” Jalal menepuk-nepuk punggung Jodha, “stttt…. tenanglah!” Jodha dengan ragu-ragu berkata, “apakah ada yang tahu kalau kita terjebak di sini? Kenapa tidak ada suara-suara? ” Jalal melirik tombol merah yang bertuliskan ‘Emergency Call’ dan berniat memencetnya ketika tiba-tiba lampu menyala, dan lift bergerak keatas. Belum Juga Jodha melepas pelukannya, pintu lift sudah terbuka. Para karyawan yang berdiri berjajar di pintu masih sempat melihat bagaimana jalal mendekap erat Jodha. Sebagian dari mereka memalingkan wajah dengan jengah sebagian lagi tersenyum penuh arti. Melihat itu Jodha segera melepas pelukannya dan menjauhkan diri dari Jalal. Jalal meraih pergelangan tangan Jodha dengan cepat dan menyeretnya keluar sambil berteriak marah memanggil teknisi gedung. Kata Jalal, “aku ingin bertemu dengan teknisi lift sekarang juga!” seorang manager yang  mendengar itu segera memanggil rekanya yang bertanggung jawab mengurus operasional lift. Jalal mengantarkan Jodha keruanganya, sementara dia sibuk mengurusi masalah lift yang tiba-tiba mati.

Setelah menyadari bahwa Jodha sangat berarti baginya, Jalal selalu berusaha dengan segala cara membuatnya merasa nyaman di manapun dia berada. Dia akan menjaga dan melindungi Jodha dari siapa saja, kecuali dari dirinya. Tahukah anda karena insiden di ruang meeting dengan Suryabhan singh, selamanya Jalal tidak akan mengajak Jodha ikut meeting bersamanya. Dan karena lift mati, Jalal menyuruh teknisi gedungnya untuk memasang eskalator di samping tangga. Semua dia lakukan untuk Jodha. Jalal terkesan sangat posesif padanya. Mungkin posesif adalah bentuk luahan dari perasaan cinta, yang coba di sembunyikannya.

Malamnya sepulang kerja, Jodha merasakan tubuhnya sangat letih, pinggangya tegang dan lehernya kaku. Setelah mandi, dia merebahkan diri di tempat tidur dan terlelap. Di bawah, jalal sedang menunggu Jodha untuk makan malam.  Karena Jodha tidak turun-turun, jalal menjemput Jodha kekamarnya. Dia mengetuk pintu beberapa kali, tidak ada sahutan. Dia mencoba membuka pintu, tapi pintunya terkunci. Dengan sedikit rasa khawatir, Jalal segera pergi ke kamar Jodha melalui pintu penghubung. Dia merasa lega saat melihat Jodha tidur di ranjangnya. Jalal melangkah pelan dan berdiri diujung tempat tidur.

Jalal menatap Jodha yang tidur menyamping setengah telentang dengan tatapan terpesona. Wajah Jodha terlihat begitu damai. Bibirnya yang bak kelopak mawar merah terkatup rapat.  Jalal melangkah ke sisi tempat tidur di mana Jodha berada. Dia berlutut dengan punggung tegak. Dari jarak dekat begini, Jalal merasa lebih leluasa mengamati wajah dan tubuh Jodha. Ada banyak keinginan dalam hati Jalal. Dia ingin menyentuhnya, membelainya, meremasnya dan mengecup bibirnya. Tapi semua keinginan itu di tahannya. Dia tidak ingin  melakukan sesuatu yang akan membuat hubungannya dengan Jodha menjadi masam lagi. Dia akan menunggu, sampai Jodha datang sendiri dan menyerahkan hatinya. Setelah dia memiliki hati Jodha, Jalal yakin semua milik Jodha akan menjadi miliknya. Jalal tersenyum, dan berlalu dari kamar Jodha kembali kekamarnya sendiri.

Paginya, Jodha turun setelah berpakaian rapi dan siap pergi kekantor. Dia melihat  Jalal yang sedang sibuk menelpon.  Jodha menyiapkan sarapannya sendiri, secangkir Nescafe dan selembar french toast yang masih hangat. Jalal pun sarapan dengan menu serupa hanya saja dia meminum black cappuccino. Jalal masih asyik berbincang-bincang, ketika Jodha duduk didepannya sambil kmenikmati sarapannya. Setelah Jalal menutup panggilannya, dia menatap Jodha sambil menyeruput cappuccinonya. Jodha sibuk membaca judul berita surat kabar yang ada di depannya, ketika Jalal berkata, “aku punya berita bagus untukmu. ~Jodha mengangkat wajahnya menatap Jalal~ kau pasti akan sangat senang mendengarnya.”

Jodha mengangkat alisnya dan menatap Jalal yang menyerigai licik. Jodha langsung merasa kalau hal buruk akan menghampirinya. Ekspresi wajah jalal yang nakal dan licik selalu membuat Jodha was-was. Karena Mr Jallad yang kini telah menjadi suaminya itu  selalu punya banyak cara untuk membuatnya menderita dengan kata-kata dan tindakannya. Tapi tak lama serigai itu lenyap dari bibirnya. Jalal menghela nafas dalam-dalam lalu seperti menyampaikan berita duka cinta, dia berkata, “kita akan pergi ke Malaysia malam ini….~ketegangan di wajah Jodha mengendur, bola matanya berputar jenaka~ …untuk berbulan madu!”  Mendengar kata ‘Bulan Madu’, Jodha terbelalak tak percaya. Melihat reaksi Jodha, Jalal mengerling jahil dan berkata dengan nada mengoda, “tidak perlu mengucapkan terima kasih padaku. Aku hanya ingin memenuhi impianmu!”

Ingin rasanya Jodha menyiram wajah jahil Jalal dengan air mineral yang ada didepannya, pasti lucu kalau sampai kumis yang di banggakannya basah.  Jodha berpikir dalam hati, “kenapa dia tiba-tiba berbicara tentang bulan madu? Apa yang di rencanakannya? Apakah dia benar-benar sudah menerima ku sebagai istrinya? Tentu saja, kalau melihat caranya menjagaku dan melindungiku, sepertinya dia mulai jatuh cinta padaku.” Berpikir begitu tanpa sadar Jodha menatap jalal dengan tatapan terpesona. Melihat itu Jalal ternganga dibuat-buat lalu tertawa.

Katanya, “hurmm…jangan berharap terlalu banyak, aku hanya akan menghadari sebuah konferensi bisnis. Aku tidak tega meninggalkanmu di rumah sendirian. Karena itu aku mengajak kau ikut serta.” Jalal menyeruput sisa cappuccino di cangkirnya lalu berdiri sabil berkata, “kau tidak perlu ke kantor hari ini. Aku ingin kau berkemas. Kita akan pergi selama 5 hari, jadi bawa pakaian secukupnya.” Jodha mengangguk. Kata Jalal lagi sebelum pergi, “oh ya jangan lupa mengemas pakaianku juga. Dan tolong bawakan kaos singlet yang lebih banyak, karena malaysia cuacanya sangat panas. Aku pasti akan gerah di sana.” Mendengar permintaan jalal, Jodha jadi membayangkan Jalal memakai singlet, menampakan tubuh berototnya yang kekar. Membayangkan itu Jodha tersipu malu sendiri.

Melihat semu merah di pipi Jodha, Jalal mengerutkan kening dan memandang dengan tatapan menyelidik. Tapi Jalal tidak bertanya, dia hanya berpesan bahwa sebelum dia datang menjemput, semua perlengkapan yang akan di bawa harus sudah di kemas rapi. Jalal menyuruh Jodha meminta Moti membantunya.  Jodha mengangguk tanpa banyak bicara. Sebelum pergi sekali lagi, jalal menatap Jodha. Seperti ingin menyimpan sosok Jodha dalam ingatannya.  Setelah puas diapun berlalu pergi. Seharian dengan di bantu Moti, Jodha mengemas pakaian yang akan di bawanya ke Malaysia. Bajunya dan baju jalal dimasukkan kedalam travel bag polo secara  terpisah.  Sehingga lebih mudah di temukan saat di butuhkan.

Pukul 5 sore, Jalal sudah pulang kantor. Dia sangat senang melihat semua keperluannya sudah terkemas rapi. Setelah mandi dan ganti baju, dia segera membantu memasukan semua barang bawaan ke dalam bagasi audi. Begitu siap dan tinggal berangkat, Rahul datang bersama Freya. Rupanya jalal meminta Rahul untuk mengantarnya ke bandara. Melihat Freya, Jodha tertawa gembira. Keduanya saling berpelukan. Pada Jodha sambil tertawa freya berkata, “aku heran, kalian menikah duluan, tapi bulan madu belakangan…” Jodha tersipu dan berkata, ‘bukan pergi bulan madu, tapi konferensi bisnis.” Freya memutar bola matanya sambil berkata, “terserah apa katamu, semoga kau mendapatkan pengalaman yang mengesankan.” Jodha mentapa Freya dengan heran, “apa maksudmu?” Freya mengedipkan sebelah matanya dan menghampiri Jalal, “selamat bersenang-senang Mr Jalal. Semoga selamat dalam perjalanan.” Setelah berkata begitu, Freya memeluk Rahut dan pamitan padanya. Pada Jodha, Freya melambaikan tangan lalu masuk ke dalam mobilnya dan pergi dari sana.

Penerbangan Delhi-Kuala Lumpur memakan waktu 5 jam 30 menit tanpa transit.  Jodha merasa sangat bosan duduk diam begitu saja. Untung dia membawa novel favoritnya ‘rage of angels’ karya Sidney Sheldon. Sedangkan Jalal sibuk dengan Ipadnya. Dalam kabin itu banyak sekali penumpang wanita.  Jodha melihat beberapa orang wanita melirik Jalal, terpesona dengan ketampananya. Seorang pramugari cantik yang menyajikan minuman untuk penumpang juga tidak berhenti melirik Jalal. Jodha merasa tergangu, dan menatap balik pramugari itu dengan tatapan tidak suka.  Jalal sepertinya menyadari apa yang di lakukan Jodha, dia berbisik, “apa yang kau lakukan? apakah kau akan memelototi mereka satu persatu agar berhenti menatapku?”

Jodha melirik Jalal dengat sengit. Jalal berbisik lagi, “bukan salah mereka kalau tertarik padaku. Aku sadar kalau aku ini menawan, tampan,  gagah dan baik , jadi wajar kalau mereka semua tertarik padaku. Kau saja yang tidak menyadarinya…” Jodha menoleh kearah Jalal dan bertanya, “tidak menyadari apa?” Jalal dengan serigai jahil menyahut, ” tidak sadar kalau aku menawan, tampan, gagah….”  Keduanya saling bertatapan, semula Jodha menatap dengan sengit, tapi tawa jahil Jalal yang mengoda, membuat Jodha mau tak mau ikut tertawa Juga. Melihat itu, Jalal mengecup pipi Jodha secara tiba-tiba di hadapan begitu banyak wanita yang sedang curi-curi padang kearahnya. Jodha tersipu tapi hatinya berbunga-bunga. Melihat kemesraan yang di tunjukan Jalal pada Jodha, semua wanita yang semula menatap Jalal dengan terpesona memalingkan wajah dengan kecewa…..Takdir bag 28

Precap: Indahnya Malam Pertama…

NEXT