Takdir bag 33 bay Tahniat. Jalal menatap Surya dengan rasa tidak terima. Jalal berusaha keras menebak, Surya mengatakan yang sebenarnya atau hanya ingin mempermainkannya. Tapi susah untuk mempercayai kalau Surya tidak mempunyai maksud tertentu di balik kata-katanya. Jalal mendengar pembicaraan Jodha dan Surya beberapa saat yang lalu di balik rak buku. ~Setelah Jalal membayar perhiasan yang di belinya, dia segera pergi ke toko buku untuk mencari Jodha. Ketika dia hendak menghampiri Jodha dia melihat Surya lebih dulu mendekati Jodha dan memeluknya. Melihat itu Jalal sangat cemburu dan marah. Tapi dia menahan dirinya dan berjalan mendekati mereka dari sebelah lain rak buku. Jodha dan Surya tidak akan dapat melihat Jalal, tapi jalal dapat mendengar apa yang mereka bicarakan.~ Dan Jalal telah mendengar semuanya. Perasaan Surya pada Jodha dan perasaan Jodha terhadap Surya.
Jalal sedikit tidak terima saat tahu Jodha pernah memiliki perasaan pada Surya, tapi dia memaksakan diri berdamai dengan kenyataan dan berusaha tidak memikirkannya karena itu terjadi di masa lampau. Yang membuat Jalal geram adalah saat Surya bertanya pada Jodha apakah dia mencintainya (mencintai Jalal maksudnya). Tapi karena Jalal juga ingin mendengar apa jawaban Jodha, Jalal kembali berusaha menahan diri. Ketika Jodha memberitahu Surya kalau dia sangat mencintai Jalal, Jalal merasa seperti di lemparkan ke angkasa dan terbang diantara bintang-bintang yang cemerlang cahayanya. Hatinya yang semula panas menjadi sejuk. Dalam hati Jalal mengucap puji syukur yang tak terkira karena cintanya ternyata tidak bertepuk sebelah tangan. Jdoha mengatakan mencintainya, sangat mencintainya. Meski Jalal tidak yakin kalau cinta Jodha padanya melebihi cintanya pada Jodha.
Jodha mencubit tangan Jalal yang merangkul pinggangya pelan. Jalal tersentak sadar dari lamunannya. Dia mengingat kembali kata terakhir yang di ucapkan Surya dan tertawa, “wow jujur sekali. Sayangnya kau hanya membuang-buang waktu saja…” Surya balas tertawa, “untuk wanita secantik dia, tidak ada yang sia-sia.” Jalal menatap Surya dengan marah. Melihat itu surya tertawa, “bagaimana lagi Jalal, tidak semua orang seberuntung dirimu memiliki istri secantik dia.” Jalal tertawa pernuh kemenangan, “kau benar tentang satu hal… dia milik ku! ~dengan nada mengancam~ Jadi jangan menatapnya seperti itu. Dan kalau kau berniat…” Surya mengangkat tanganya sambil tersenyum, “wow… wow… tenang, kawan. AKu hanya bercanda…. aku ke sini untuk shopping, dan secara kebetulan melihat Jodha. Itu saja.”
Kasir sedang menotal barang belanjaan Jodha dan mengatakan berapa yang harus di bayarnya. Jodha membuka dompetnya untuk mengambil uang, tapi Jalal melarangnya, dia mengulurkan kartu kreditnya untuk membayar buku yang di beli Jodha. Surya berdehem melihatnya. Jalal menoleh kearahnya. Dan dengan nada bercanda dia bertanya, “hei… kenapa kau masih di sini? Pergilah belanja.” Surya tidak marah, dia hanya tertawa. Jodha memukul dada Jalal dengan lembut, Jalal segera tersadar denga kata-katanya yang tidak sopan dan berguman, “oups..sorry!”
Jodha mengambil buku yang di belinya , menyerahkan kartu kredit kembali pada Jalal dan menggandeng tanganya untuk pergi dari tempat itu. Pada Surya, Jodha berkata, “Surya, mau kemana setelah ini?” Surya menatap Jodha mencoba mencari tahu kemana arah pembicaraannya. Jalal yang melihat itu menjadi waspada. Sambil tersenyum Surya berkata, “kalau ada waktu, sebenarnya besok malam aku ingin mengundang kalian makan malam.” Jodha menyahut, “sayang sekali Surya, besok malam kami sudah kembali ke India.” Tiba-tiba terbesit sebuah ide di benak Jalal, “tidak perlu besok, Surya. Kalau kau mau, aku mengundangmu untuk makan malam besama kami di Restoran Mosaic Mandarin Oriental Hotel, malam ini. ” Surya terlihat berpikir, “malam ini? sekarang sudah pukul 7..”
Jalal dengan bersemangat menyarankan, “kalau begitu kita bisa kesana sekarang. Bagaimana, Honey? Kita sudah selesai shopping kan?” Di panggil dengan mesra bergitu, Jodha dengan sedikit gugup menjawab, “ya..ya.marilah Surya. Ini kesempatan baik, kapan lagi kita bisa dinner bersama?” Setelah berpikir agak lama, Surya setuju. Dengan taksi, Jalal, Jodha dan Suryabhan pergi ke Restoran Hotel Mandarin Oriental. Setelah mendapatkan meja, Jalal meminta Surya menunggu sementara dia dan Jodha pergi ke kamarnya untuk meletakkan barang belanjaan.
Jodha keluar dari kamar mandi ketika Jalal menghampirinya dan menyerahkan sebuah bungkusan, “aku ingin kau memakai ini…” Jodha membuka bungkuksan itu dan mengeluarkan sehelai kain sari berwarna hitam polos lengkap dengan Chaniya an Choli warna senada. Jodha terperangah, “saree hitam? Tapi Jalal, kita hanya pergi untuk makan malam…” Jalal menyahut, “betul, tapi aku ingin melihat kau memakainya…” Jodha ingin menolak, tapi melihat tatapan tak ingin di bantah dari Jalal, akhirnya Jodha mengangguk walaupun dengan berat hati. Jodha tidak suka pakaian warna hitam. Apalagi sare hitam. Dia tidak akan pernah merasa nyaman saat memakainya. Jodha hendak masuk kekamar mandi, tapi Jalal meraih pergelangannya tangannya, “kau mau kemana? ganti saja di sini.” Jodha tergagah tak percaya. Jalal bertanya, “kenapa? apa lagi yang mau kau sembunyikan? aku sudah melihat semuanya…” Jodha dengan tatapan di buat-buat sengit menepis tangan Jalal dan bergegas masuk kekamar mandi sambil menenteng sari. Jalal tertawa.
Jalal menanti Jodha keluar dari kamar mandi dengan bersemangat. Dia tidak sabar melihat Jodha dalam balutan sari hitam. Dan ketika Jodha benar-benar telah ada di depannya, jalal seperti terkena arus listrik 100 watt. Tubuhnya tegang, nafasnya tertahan. Matanya terpaku pada sosok cantik dalam balutan saree hitam didepannya. Di tatap begitu rupa Jodha jadi salah tingkah. Apa yang di takutkan Jodha sudah terjadi. Ini baru Jalal, suaminya sendiri. Bagaimana kalau semua pria menatapnya seperti itu, kemana dia harus menyembunyikan diri? Jodha dengan tidak sabar memanggil Jalal. Jalal tersadar. Dia melangkah menghampiri Jdoha. Mengamati penampilannya dari dekat dan tersenyum puas. Saree hitam itu sangat kontras dengan kulitnya yang seputih pualam. Anting tindik silver bermata berlian dan kalung mangalsutra menambah pesonanya. Bibir sensual dengan pulasan lip gloss pink membuat Jalal ingin menciumnya.
Jalal melangkah mendekat, meraih pinggang Jodha yang terbuka dan menariknya rapat ke tubuhnya. Jodha menahan dada Jalal dengan tanganya, dan menarik wajahnya ke belakang. Jalal tersenyum, dengan tatapan mesra penuh gairah dia berkata, “kau cantik sekali Jodha.” Jalal menepis tangan Jodha yang menganjal dadanya dan menarik tubuhnya merapat. Perlahan dia mendekatkan wajahnya. Bibirnya yang berkumis mengulum bibir Jodha. Tubuh Jodha bergetar, dia berusaha keras untuk tidak terlena. Sebelum gairah mulai membakar mereka, Jodha menarik wajahnya dan berkata, “apa yang kau lakukan? Surya menunggu kita di bawah.” Jodha dengan paksa melepas pelukan Jalal dan hendak melangkah. Tapi Jalal mencekal tangannya dan berkata, “Jodha, aku dengar wanita Rajvanshi tidak memanggil suami mereka dengan namanya.” Jodha menatap Jalal dan mengangguk. Jalal melanjutkan, “lalu kenapa kau memanggilku dengan nama?” Jodha terhenyak menyadari kesalahannya. Dia baru sadar kalau selama ini dia memanggil Jalal dengan nama. Lalu dengan tatapan sedikit binggung dia bertanya, “kau ingin aku memangilmu apa?” Jalal memainkan matanya, “sayang??” Jodha berpikir sebentar, lalu sambil tersenyum dia berkata, “ya, dear.” Jalal ikut tersenyum. Dia mendekati Jodha memegang kepalanya memcium keningnya, “ayo kita turun sekarang.”
Jodha dan Jalal keluar dari kamarnya menju lift. Saat lalu di lorong hotel, ada seorang pria yang baru keluar dari kamarnya dan terpaku menatap Jodha. Jdoha merasa tidak nyaman di tatap begitu. Refleks dia merapatkan tubuhnya pada Jalal. Jalal seperti mengerti, dia segera merangkul pinggang Jodha. Di dalam lift juga begitu. Beberapa pria tidak bisa mengalihkan tatapannya dari Jodha. Dengan kikuk Jodha berbisik di telingan Jalal, “kau lihat? tidak seharusnya aku memakai gaun ini di tempat umum.” Jalal tidak menyahut, dia hanya tersenyum bangga. Jodha dengan sedikit kesal menuntut, “aku sering dengar, seorang suami tidak membiarkan istrinya berpakaian seksi. Tapi kau…” Jalal berbisik, “aku ingin menunjukan pada mereka semua betapa beruntungnya aku mempunyai istri secantik dewi. ” Entah kenapa Jodha merasa bukan itu tujuan sebenar Jalal menyuruhnya memakai saree hitam ini. Tapi Jodha tak ingin bertanya lebih jauh lagi.
Keluar dari lift, Jalal segera merangkul pinggang Jodha erat dan menghampiri Suryabhan yang terlihat sibuk dengan gadgetnya. Dalam hati jalal berkata, “aku akan membuat Surya iri padaku dan menyesali nasibnya. Akan kutunjukan padanya kalau aku adalah satu-satunya pria dalam hati Jodha. Tunggu dan lihatlah Surya. Kau akan tahu bagaimana rasanya di cekam kecemburuan.” Begitu melihat Jodha, Suryabhan langsung tak bisa mengalihkan tatapannya. Semula Jalal merasa senang dan bangga. Tapi lama-lama dia merasa merasa terganggu juga. Namun begitu, sekuat tenaga Jalal mencoba menahan diri dan perasaanya. Muncul setiti rasa sesal karena menyuruh Jodha mengenakan saree hitam.
Makan malam berlangsung dengan wajar dan apa adanya. Setelah makan malam baru episode panas-panasan di mulai. Di awali dari perbincangan antara Surya dan Jodha tentang masa kecil mereka. Jalal yang tidak tahu apa-apa, hanya berperan sebagai pendengar setia. Jodha bahkan seperti lupa dan tidak mengikut sertakan dirinya dalam percakapan mereka. Rusak semua rencana Jalal. Dia yang semula ingin memanas-manasi Surya menjadi panas sendiri. Apalagi saat mendengar Jdoha dan Surya tertawa-tawa, ditambah tatapan mata Suryabhan yang seperti menuduh seolah-olah keberadaan Jalal di antara mereka adalah sebagai penggangu saja. Merasa bosan dan terintimidasi oleh perbuatan Surya. Jalal mengedarkan pandangan kesekitar ruangan. Dia melihat beberapa pasangan turun ke lantai dansa. Terbersit sebuah ide di benak Jalal. Sambil tersenyum dia melangkah meninggalkan Jodha dan Surya. Menghampiri manager restoran dan berbicara dengannya, setelah si manager tersenyum dan mengangguk paham. Jalal kembali ke mejanya.
Tiba-tiba Dj memberi tahu pengunjung kalau lagu yang berikut adalah persembahan dari Mr jalal pada istri tercintanya Jodha. Mendengar namanya di sebut, Jodha terkejut da menatap jalal. Jalal tersenyum dan mengedipkan matanya. Jodha tidak mengerti maksudnya, baru setelah Jalal mengulurkan tangan dan berkata, “Honey, shall we dance?” Dengan wajah bersemu merah, Jodha menyambut uluran tangan Jalal. Jalal membawa Jodha ketempat dansa. Sebelum pergi Jodha mengangguk ke arah Surya yang menatapnya dengan hampa. Jalal yang juga sempat melirik Surya tertawa bahagia, tapi dalam hati saja….Takdir bag 34