Bila Saatnya Tiba bag 22 by Sally Diandra. Jalal tidak begitu menggubris apa yang dikatakan oleh Alexandra, kalau Rukayah mantan istrinya saat ini ada di Paris tapi hal itu cukup membuat Jodha gusar, entah mengapa sepanjang perjalanan ke London yang memakan waktu kurang lebih 1 jam, Jodha sedikit gelisah ketika Alexandra menyebut nama Rukayah didepannya. Jodha berusaha untuk menepis kegundahan hatinya, dikuatkan hatinya kalau dia akan mendapatkan pengalaman yang menarik nanti setelah bertemu dengan Suryaban. Setibanya di London, Jodha bisa melihat dengan jelas di sepanjang jalan yang dilewatinya dimana mana terdapat bangunan kuno yang masih berdiri kokoh disana dan kebanyakan sudah berusia ratusan tahun, Jodha sangat mengagumi bangunan tersebut “Kalo Moti ada disini dia pasti sangat senang sekali melihatnya, bangunan bangunan ini masih utuh dan terjaga dengan rapi, London memang selalu membuatku takjub !” bathin Jodha dalam hati, sementara itu dilihatnya dibangku depan Jalal masih asyik ngobrol dengan Alexandra.
Ketika memasuki Columbia Road, Jodha melihat ada pasar bunga yang menyajikan bunga dengan beraneka warna, Jodha jadi teringat dengan kebun bunga milik ibu mertuanya yang berada tepat dibelakang kamarnya, kemudian Alexandra membelokkan mobil Rolls Royce kunonya kearah Quilter street dan berhenti tepat disebuah rumah bertembok bata merah yang berjejer rapi dengan rumah rumah yang lain yang bergaya minimalis namun kelihatan cukup menarik. Sebelum mereka masuk kedalam rumah, tiba tiba dari arah dalam rumah keluarlah seorang perempuan yang sesaat membuat Jodha terpana karena saat ini didepannya telah berdiri ibu Hamida yang menyambut mereka dengan senyumannya khas yang selalu bisa meneduhkan hati Jodha
“Jalal … my darling” ujar wanita tersebut dengan aksen English UK nya yang kental sambil memeluk dan mencium kedua pipi Jalal, “Aunty Vicky …” sapa Jalal sambil membalas pelukkannya “Jodha, ini saudara kembar ibu, wajahnya mirip sekali kan ?” sambil sedikit ternganga menatap kembaran bu Hamida yang wajahnya mirip sekali dengan ibu mertuanya ini mulai dari mata, bibir, garis wajah hanya rambutnya saja yang berbeda kalau ibu mertuanya coklat keabu abuan, bibi Jalal ini rambutnya persis seperti Alex kuning keemas emasan, Jodha menyapa bibi Jalal tersebut “You must be Jodha, isn’t it ?” Jodha mengangguk “My name is Victoria but you can call me Vicky” , “How could you know about her, mom ?” Alex penasaran dengan ibunya yang ternyata sudah tau tentang Jodha, “Your aunty told me, sweety …c’mon please welcome to my home sweet home” merekapun segera masuk kedalam rumah bibi Vicky, bibi Vicky langsung mengajak mereka untuk menikmati sarapan pagi terlebih dahulu, diruang makan rupanya mereka telah ditunggu oleh ayah Alexandra “Uncle Billy, how’s life ?” , “Jalal … we miss you a lot” lalu keduanya antara paman dan keponakan itu saling berpelukan, tak lama kemudian mereka menikmati sarapan pagi buatan bibi Vicky berupa roti tawar isi telur atau sosis – tomat iris dan tumis jamur juga ada kedgeree (semacam nasi yang dicampur ikan atau telur) plus rice pudding ala India dan teh hangat yang dicampur susu dan gula, benar benar sarapan pagi yang tinggi protein dan karbohidrat.
Setelah selesai bebenah diri dan beramah tamah dengan keluarga bibi Jalal, akhirnya mereka pamit untuk mencari penginapan, Jalal memang tidak suka merepotkan kerabatnya ketika dia berkunjung dikota mereka dan dengan setia Alex kembali mengantar mereka ke Safestay di Elephant & Castle, sebuah hotel taman air yang indah yang terletak di selatan sungai Thames London tepatnya di Walworth road.
“Jodha, you have to stay for a few days in London … you have to know how magnificent my country, I will pick up you tomorrow, okay ?” Jodha hanya mengangguk, “Alex ingin mengajak kamu jalan jalan Jodha, menurutnya sayang sekali kamu sudah datang jauh jauh kesini tapi tidak menikmati indahnya kota London” jelas Jalal “Yeah, that’s right … you will be satisfied, sweetheart” Jodha hanya tersenyum melihat kesungguhan Alex yang ingin mengajaknya jalan jalan. Dan malam itu, karena hanya double bed yang tersedia dikamarnya, dengan sangat terpaksa Jodha harus berbagi tempat tidur dengan Jalal, namun kali ini Jodha tidak marah, Jalal mulai merasa ada yang aneh pada Jodha tapi tak hiraukannya hal tersebut karena malam itu mereka berdua langsung tertidur lelap karena lelah hingga pagi hari. Keesokan harinya, Jodha bangun dengan tangannya memeluk badan Jalal, sementara Jalal tertidur menelungkup dan masih terlelap dalam dunia mimpinya, sesaat Jodha malu karena dirinya tidak sengaja memeluk Jalal “Untung saja dia tidak tahu” bathinnya dalam hati, bergegas Jodha masuk ke kamar mandi, selesai mandi ternyata Jalal sudah terbangun dari tidurnya, dadanya yang bidang sempat membuat Jodha terdiam memperhatikannya, diperhatikan seperti itu Jalal sedikit canggung didepan Jodha “Ada apa ? ada yang salah ?” tanya Jalal, Jodha hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum “Aku tunggu kamu sarapan di bawah, siapa tau Alex sudah datang” kata Jodha sambil siap siap berdandan. Jalal hanya menganggukkan kepalanya lalu segera masuk ke kamar mandi.
Setelah menikmati free breakfast berupa English breakfast mulai dari toast bread, juice, kopi, teh, dan sereal, Jalal, Jodha dan Alex langsung memulai perjalanannya menikmati indahnya kota London. Pagi di London pada bulan Maret memang sangatlah indah dan seperti yang diinginkan Jalal, hari itu mereka tidak menggunakan mobil Alex melainkan berjalan kaki atau menggunakan angkutan umum seperti bis dan kereta api, tujuan pertama adalah Buckingham Palace Road, menurut Alex merasakan suasana kota dengan berjalan jalan di pedestriannya yang lebar dan sepi didepan Buckingham Palace istananya sang Ratu Elizabeth memang sangat menyenangkan, apalagi tepat pada jam 11 siang event “Changing Guard” pergantian penjaga istana yang merupakan sebuah acara setiap 2 hari sekali yang dinanti-nanti para turis bisa Jodha lihat secara langsung. Saat itu ribuan orang sudah memenuhi halaman istana Buckingham Palace, prosesi yang sebenarnya sangat sederhana ini merupakan tontonan wajib para turis di London dimana sebuah prosesi pertukaran pasukan jaga istana lama dengan pasukan baru dengan acara serah terima yang melibatkan atraksi berbaris dan berkuda, benar benar sebuah atraksi yang mengagumkan, Jodha benar benar terpana dibuatnya.
“Do you like it, Jodha ?” tanya Alex ,”I like it so much, Alex … this is the first time for me” ujar Jodha, “You will be admire with the next plan, Jodha”
Tak lama kemudian Alex mengajak mereka berdua melewati St. James Park sebuah taman tengah kota yang indah dan luas lalu menuju ke Parliament House tempat si jam Big Ben yang terkenal itu berada, dengan jalan kaki sekitar 15 menit tibalah mereka di gedung berwarna coklat tersebut. Gedung parlemen ini terletak dipinggir sungai Thames yang membelah kota London, di sini mereka juga bisa melihat Westminster Bridge (jembatan) dan Westminster Tube Station (stasiun kereta api bawah tanah), London Eye juga terlihat jelas dari sini karena letaknya tidak jauh. Bergegas mereka masuk ke salah satu wahana di London yaitu London Eye, dari dalam kapsul Jodha bisa menyaksikan luasnya kota London dan takjub karena polusinya yang sangat minimum, satu pemandangan yang tidak pernah dilihat Jodha dikotanya.
Setelah seharian berkeliling kota London, akhirnya mereka kembali juga di hotel, jalan jalan dari pagi hingga petang hari memang sangat melelahkan apalagi mereka hanya menggunakan angkutan umum dan jalan kaki namun tidak untuk Jalal, Jalal kelihatan masih segar bugar saja meskipun sudah berjalan cukup jauh.
“Biar aku pinjamkan baskom terlebih dahulu ke pelayan” kata Jalal setelah Alex meninggalkan mereka berdua malam itu dihotel, “Buat apa ?” tanya Jodha penasaran “Buat kakimu, aku yakin kakimu pasti pegal pegal, kalau kamu rendam kakimu didalam air hangat, rasa pegalnya pasti akan sedikit berkurang” tak lama kemudian pelayan datang ke kamar mereka sambil membawa dua buah baskom, dengan sigap Jalal langsung mengambil air panas dari kran air panas yang ada didalam kamar mandi, kemudian disuruhnya Jodha untuk merendamkan kakinya kedalam baskom dan ketika Jalal hendak memijat betis Jodha untuk mengurangi pegalnya, Jodha segera menghindarkan kakinya dari tangan Jalal “Oh iya, aku tau … kalau aku tidak boleh menyentuhmu, aku cuma mau mengurangi rasa pegal dikakimu saja” , “Terima kasih, aku bisa sendiri … Jalal, besok kita akan kemana lagi ?” tanya Jodha penasaran “Kamu masih kuat berjalan ?” goda Jalal namun Jodha langsung menganggukkan kepalanya “Masih banyak tempat mengagumkan yang akan kamu lihat besok, Jodha … bersiaplah untuk besok” ujar Jalal. Jodha merasa senang sekali karena besok masih banyak tempat tempat menyenangkan yang akan dilihatnya…. Bila Saatnya Tiba bag 23