Cinta dalam Sepenggal Dusta bag 2 by Nunuk AR. Jodha melangkahkan kakinya melewati barisan rumput-rumput taman yang tertata rapi. Di bahunya tersandang tas ransel. Dia sedang bergegas menuju ke kantin untuk menemui Moti ketika Nazima, mahasiswa seangkatan tapi beda jurusan menyapa ramah, “hi Jo!” Jodha menghampiri mereka dan balas menyapanya, “hi Na. Seru sekali, apa yang kalian bicarakan?” Teman-teman Nazima mengangguk ramah pada Jodha. Salah satu dari mereka menjawab, “gosip terbaru kampus ini Jo. Masak kau belum dengar?” Jodha menggeleng, “gosip apa?” Nazima menjelaskan, ” tentang Jalal. Cowok keren anak hukum yang playboy itu. Dia sudah dapat gebetan baru lagi. Padahal katanya baru kemarin dia resmi putus dari pacarnya yang temanmu itu… siapa namanya?” Jodha teringat Moti, dalam hati Jodha cemas, “gawat! Moti sudah tahu belum?” Shivani menyahut, “Moti. Kasihan dia. Aku tadi papasan dengan dia. Wajahnya terlihat sedih. ..” Jodha bertanya pada Shivani, “di mana kau melihat Moti?” Sivani menjawab, “aku melihatnya menuju ke kantin.” Jodha segera berpamitan pada mereka semua dan bergegas menuju kantin.
Suasana kantin di jam-jam seperti ini sangat sepi. Jodha melihat Moti duduk melamun di sudut ruangan. Jodha mendekat dan duduk di hadapannya. Jodha memanggil Moti, Moti tak menyahut. Jodha mengamati wajah sahabatnya, tampak jelas genangan air mata yang siap tumpah di kedua kelopak matanya. Saat Moti mengangkat wajah untuk menatap Jodha, airmata itupun berderai lepas. Moti segera menutup wajah dengan kedua tangan dan menangis sesenggukan. Jodha tidak tahu harus berkata apa untuk menghibur Moti, tapi dia tahu apa yang harus di lakukannya. Jodha bertekad akan menemui Jalal dan melabraknya. “Jalal, awas kau!” Tanpa membuang waktu, Jodha berdiri menghampiri Moti, memeluk pundak sahabatnya, mencium kepalanya dan bergegas pergi. Tujuannya cuma satu, menemui Jalal. Harus ada yang menengur playboy itu sebelum korban-korban lain berjatuhan.
Jalal sedang berbicara mesra dengan gadis cantik berambut panjang yang wajahnya masih polos dan lugu. Jodha menebak kalau itu adalah gebetan baru Jalal yang di bicarakan Nazima dan kawan-kawannya. Tanpa sungkan Jodha mendekati Jalal dan berkata dengan ketus, “bisakan kita bicara sebentar?” Jalal tersenyum ramah pada Jodha, “sure, kenapa tidak? Salima, pergilah ke kelasmu, nanti aku menyusul.” Gadis yang di panggil Salima, segera beranjak pergi meninggalkan Jalal setelah lebih dahulu menatap Jodha dengan tatapan cemburu. Jalal berdiri dari duduknya dan berkata dengan nada sarkastis, “apa yang menyebabkan mahasiswa favorit fakultas hukum mencariku? ” Jodha dengan tatapan muak menyahut kesal, “apalagi kalau bukan karena Moti.” Jalal ber Oh pendek, “Moti, kami sudah putus. Thank to you Jo, pasti kau yang menyuruh dia memutuskan aku.” Jodha berkata geram, “sampai kapan kau akan mempermaikan gadis-gadis itu, Jalal? Tidak tersentuhkan nuranimu melihat mereka merana, kecewa dan berduka? Dimana kau simpan perasaanmu?” Jalal tidak menjawab pertanyaan Jodha, dia hanya menatap Jodha sambil tersenyum tipis.
Jodha hilang sabar, “kenapa hanya senyum-senyum? aku bertanya padamu! kenapa kau tidak menjawabnya?” Jalal melangkah mendekati Jodha dan menatapnya tajam. Jodha tak gentar di tatap Jalal seperti itu, dia hanya tidak nyaman berdiri terlalu dekat dengan Jalal. Jodha mundur satu langkah menjauhi Jalal. Jalal tertawa, “kau ingin aku menjawabnya? Menjawab kenapa aku mengencani banyak wanita dan membuat mereka patah hati? Sungguh kau ingin tahu?” Jodha tak menyahut, dia hanya berdiri menunggu.
“Aku tidak pernah ingin mempermainkan mereka. Aku sungguh-sungguh ingin menjalin hubungan dengan mereka. Jujur aku memang tidak mencintai mereka. Dengan memacari mereka aku berharap aku akan jatuh cinta pada mereka. Jika itu yang terjadi, percayalah, aku pasti akan menikahi mereka saat itu juga. Tapi tidak! Tak ada satupun dari gadis-gadis itu yang bisa membuatku jatuh cinta. Karena itu setelah beberapa waktu aku memutuskan mereka..secara baik-baik. Bukan mencampakan seperti yang kau katakan. Dan yang perlu kau tahu, aku tidak memacari gadis-gadis itu secara bersamaan.”
Jodha tidak percaya, “kalau kau tahu kau tidak mencintai mereka, kenapa kau mengatakan mencintai mereka?” Jalal menyerigai masam, “apakah menurutmu gadis-gadis itu mau ku pacari kalau aku katakan aku tak mencintai dirinya? Ayolah, Jodha! Gunakan otakmu, kau mahasiswa tercerdas di fakultas hukum, tapi ternyata tidak bisa berpikir cerdas. Secara logika saja, apakah menurutmu ada gadis yang mau berkencan dengan pria yang memendam cinta pada gadis lain? Adakah?”
“Kalau kau memendam cinta untuk gadis lain, kenapa tak mengatakannya pada gadis itu? Kenapa malah mengatakan cinta pada gadis-gadis lain yang tak kau cintai? Siapa di sini yang tidak cerdas?” Jodha balas menyindir Jalal. Jalal menatap Jodha dengan nanar, “karena gadis itu telah menolakku.”
Jodha terngangah tak percaya. Sambil menahan senyum geli, Jodha berkata, “apa? Jalaluddin Muhammad di tolak wanita? Aku tidak percaya. Nice try, Jalal! Tapi lain kali, cobalah untuk mencari alasan yang masuk akal. Oh ya, jangan pernah lagi dekat-dekat dengan Moti. Aku memperingatkan mu!” Jodha hendak berbalik pergi, tapi Jalal mencekal pergelangan tanganya, “tidakah kau ingin tahu, siapa gadis yang kucintai itu?” Jodha menjawab dengan ketus, “apa perlunya aku tahu?”
Jalal menatap Jodha lembut dan berkata, “karena gadis itu kamu, Jo.” Jodha terkejut mendengar pengakuan Jalal. Belum hilang shock Jodha, jalal sudah melanjutkan, “dan kau punya andil dengan apa yang ku lakukan sekarang. Kau menyakiti aku dan aku menyakiti mereka. Meski aku melakukannya secara tidak sengaja.”
“Bagaimana mungkin kau menyangkut pautkan aku dengan tindakanmu! Aku sama sekali tidak punya hubungan denganmu, aku mengenalmu karena kita satu jurusan dan kau pacaran dengan sahabatku.” sangkal Jodha. Jalal menatap Jodha dengan padangan ingin tahu, “benarkah kau tidak tahu? Kau pernah merobek surat cintaku saat kita di semester 4. Bahkan tanpa membalasnya kau merobek dan membuang surat cintaku ke tong sampah!”
Jodha mencoba mengingat kembali peristiwa beberapa tahun lalu, ketika dia menerima surat cinta romatis tanpa nama, dan menduga kalau ada orang iseng yang ingin mempermainkan dirinya. Jodha menatap Jalal tak percaya, “jadi kau yang mengirim surat itu?” Jalal mengangkat alisnya, “kau tidak tahu?” Jodha menggeleng, “tidak. Surat itu tanpa nama pengirim. Bagaimana aku tahu? Tapi sudahlah… itu masa lalu. Aku ingin kau memperbaiki kelakukanmu..”
“Aku akan berhenti memacari gadis-gadis itu kalau kau mau jadi pacarku.” tawar Jalal terus terang. Jodha menatap Jalal, ada kesungguhan di matanya. Jodha tidak hanya merasa tersinggung, tapi juga merasa terhina. Dengan senyum sinis Jodha menjawab sekenanya, “sayang sekali, Jalal. Aku akan ditunangan.”
“What? Di tunangkan? Dijodhkan maksudmu?” Jalal tertawa mengejek, “ini bukan zaman Siti Nurbaya lagi, Jodha. Aku berani bertaruh, kau bahkan belum bertemu calon tunanganmu!”
“Kau salah! Aku sudah bertemu dengannya. Dalam segala hal, dia lebih baik darimu! Dan aku menyukainya!” Jodha menyombongkan pria tak di kenal yang oleh ayahnya akan ditunangkan dengannya. Sesaat Jodha menyesali kejujurannya. Akan lebih baik kalau tadi dia mengatakan kalau dirinya sudah bertunangan. Tapi sudah terlanjur. Mendengar Jodha membanggakan pria yang akan jadi tunanganya, Jalal menatap dengan rasa tak terima, “Tidak ada pria yang lebih baik dariku. Aku kaya, tampan, perhatian, penuh kasih sayang, dan yang terpenting aku mencintaimu sepenuh hatiku..!”
Jodha pura-pura tertawa, “kau Playboy kapal selam! Yang hanya bisa menarik perhatian gadis-gadis yang sedang kasmaran. Dan aku tidak akan pernah mencintaimu… karena aku tau siapa dirimu. The end!”
Tanpa membuang waktu, Jodha segera pergi meninggalkan jalal. Jodha tidak akan terperdaya oleh mulut manisnya yang berbisa. Tidak mungkin Jalal yang menulis surat cinta itu. Dia mungkin hanya kebetulan tahu kalau Ramtanu mengiriminya surat cinta tanpa nama, dan mengaku kalau doirinya yang menulis. jalal yidak bisa di percaya. Bisa jadi pembicaraan mereka dari awal sampai akhir adalah modus yang di jalankan Jalal untuk menjadikan dia salah satu gadis koleksinya….. Cinta dalam Sepenggal Dusta bag 3