Sinopsis Jodha Akbar bag 421 by Sally Diandra. Dikamar Salim, Salim masih bersama Rukayah ketika Jalal dan Jodha datang menemuinya disana, Rukayah meminta Salim untuk berkelakuan baik pada kedua orang tuanya. Sesaat Jodha langsung menghampiri Salim “Salim, kami ingin bicara dengan kamu mengenai Farhan” , “Pasti ibu ingin mengatakan bahwa Yang Mulia Raja tidak membunuh Farhan bukan ?” kata Salim dengan nada marah, “Tapi itulah kenyataannya, Salim … ayahmu malah menginginkan Bela menikah dengan Farhan” ujar Jodha, “Ayah Bela lah yang membunuh Farhan” ujar Jalal, “Cerita apalagi ini ! baiklah aku terima bahwa kamu tidak membunuh Farhan, permasalahan selesai !” kata Salim dengan nada tinggi, “Ngomong apa kamu ini, Sekhu Baba ! baik ! apapun yang kamu pikirkan pikirkanlah ! kalau kamu tidak ingin mendengarkan fakta yang sebenarnya maka tidak ada seorangpun yang bisa membuatmu percaya, dengan banyak kemarahan dan banyak kebencian maka tidak ada kenyataan yang sebenarnya yang bisa mencapai pemikiranmu !” ujar Jalal marah, “Kemarahanku ini adalah pemberian darimu, kamu benar ! aku tidak punya tempat untuk sebuah kenyataan yang sebenarnya didalam hatiku” kata Salim dengan nada tinggi, “Aku mau datang kemari karena ibumu Jodha khawatir tentang kamu tapi kamu …” Jodha segera memotong ucapan Jalal, “Dia sedang marah, Yang Mulia … lebih baik kita bicarakan nanti saja” , “Tidak perlu Ratu Jodha, biarkan dia dewasa dulu kemudian dia akan mengerti bahwa kedua orang tuanya tidak berfikir buruk tentang anaknya, kita akan berangkat ke Agra besok !” lalu Jalal meninggalkan tempat tersebut” dalam benak Jodha, Jodha berkata dalam hati sambil memandang Salim “Kami telah berusaha sebanyak mungkin untuk membuat mereka bersatu tapi sekarang mereka saling menjauhkan diri satu sama lain” sementara itu Rukayah yang sedari tadi senyum senyum senang melihat perlakuan Salim juga berkata dalam hati “Semakin banyak aku membuat Jalal dan Salim berpisah, maka semakin sukses usahaku !”
Keesokan harinya, keluarga kerajaan Mughal sudah siap hendak meninggalkan Amer, istri Bhagwandas mendoakan agar mereka selamat dalam perjalanan pulang nanti, kakak ipar Jodha menyuruh semua anggota keluarga untuk memakan makanan yang manis sebelum mereka pergi. Hamida memeluk Ratu Amer, Bhagwandas memeluk Jalal dan mengucapkan terima kasihnya mau datang ke Amer. Maan Bai memberikan penghormatan ke Jodha “Aku ingin kamu tetap berada disini tapi sayangnya kamu harus pergi” , “Kalau aku tidak pergi lalu bagaimana aku akan kembali kesini untuk mengambil kamu dari sini ? kamu harus segera datang ke Agra” Maan Bai nampak malu malu sementara Jagat Gosain kesal melihat ulah Maan Bai, lalu Bhagwandas menanyakan keberadaan Salim “Dia mungkin telah pergi“ ujar Jalal, “Kamu tahu kan Salim itu orangnya tidak suka dengan tradisi yang semacam ini” tak berapa lama kemudian mereka meninggalkan Amer.
Sementara itu ditempat Salim, Salim sedang menyiapkan kudanya yang mau dia pakai untuk perjalanan pulang “Apakah kamu sudah bertemu dengan Anarkali ?” tanya Qutub, “Apakah kamu sudah mengatakan kedia bahwa kamu menyukainya ?”
Sedangkan ditempat Anarkali, Anarkali sedang menunggu Salim “Qutub bilang ke aku bahwa dia akan datang untuk menemuiku tapi nyatanya dia tidak datang” kata Anarkali, “Aku dengar bahwa Farhan dan Bela sudang meninggal dunia” kata teman Anarkali , “Apa … ???” Anarkali terlihat sedih, “Lalu bagaimana dengan Qutub ?” , “Dia adalah prajurit biasa jadi tidak ada yang tahu tentang dia” Anarkali lalu mendoakan keselamatan Salim.
Kembali ketempat Salim, “Aku tidak berbicara apapun kedia, dia itu bukan siapa siapa buat aku, tidak ada sesuatu yang seperti cinta disini, semua ini hanya permainan belaka untuk semua orang, semuanya palsu, aku benci dengan dia !” kata Salim
Ditempat Anarkali “Jika ada sebuah cinta berada jauh diluar sana maka Tuhan pasti akan melindungi Qutub” , “Apakah kamu mencintai Qutub ?” tanya teman Anarkali “Aku berdoa untuknya, aku menunggunya, inilah cinta … aku mencintainya, aku berharap dia baik baik saja”
Ditempat Salim, “Aku tidak inginkan dia ada didepan mataku. Anarkali itu bukan siapa siapa akan tetapi Nadira, dialah seseorang yang menyebabkan masa kanak kanakku hancur berantakan, untungnya kita akan segera pulang ke Agra” kata Salim, “Aku harus mencari tahu bagaimana keadaannya, aku akan menemuinya !” ujar Anarkali. Anarkali datang ke istana Amer, dia melihat keluarga kerajaan Mughal sudah meninggalkan Amer, kemudian Anarkali bertanya pada salah satu pajurit, mereka bilang keluarga kerajaan Mughal sudah meninggalkan Agra, Anarkali berlari hendak mengejar Salim.
Salim sedang bersama rombongannya meninggalkan Amer, dia berdoa pada Tuhan agar tidak membiarkan dia bertemu dengan gadis itu lagi, Anarkali terus berlari mengejar Salim, dia menangis dan berdoa agar dia bisa bertemu dengan Salim sekali lagi, paling tidak melihat wajahnya sekali saja, Anarkali melihat rombongan tersebut dan mencoba mengejarnya dibelakangnya akan tetapi dia ketinggalan dibelakang. “Dia tidak bisa pergi dengan begini saja, pasti ada sebuah masalah, mungkin Yang Mulia Raja telah memenjarakannya, ini tidak bisa terjadi padanya” Anarkali lalu meninggalkan tempatnya dan rombongan kerajaan Mughal mulai menjauh darinya.
Sesampainya dirumah Anarkali sangat sedih dikamarnya dan teringat kembali moment moment bahagia bersama Salim, bagaimana ketika dulu dia menyelamatkan Salim, sesaat kemudian ibunya datang “Nadira, kamu menghilang kemana saja tadi ? kenapa kamu menangis ?” tanya Zil Bahar, “Tidak ada apa apa, bu” , “Nadira, aku ini ibumu, katakan pada ibu apa yang menyebabkan kamu terluka, kamu kelihatan sangat sedih sepanjang hari ini” Anarkali langsung memeluk ibunya “Aku ingin pergi ke Agra, ibu” , “Tapi kamu kan membenci Agra” , “Ya … tapi Qutub ada di Agra”
Narator : “Anarkali sangat khawatir tentang Salim dan rombongan keluarga kerajaan Mughal sudah mencapai Agra namun Salim belum sampai disana.
Ditempat Anarkali, Zib Bahar, ibunya Anarkali mencoba untuk menghibur Anarkali “Mungkin dia telah mengkhianati kamu” ujar Zil Bahar, “Tapi dia telah berjanji padaku bahwa dia akan datang” kata Anarkali, “Kamu bodoh dengan menganggap bahwa dia mengatakan tentang kejujuran” , “Dia tidak seperti yang lainnya ibu, jika dia baik baik saja dia pasti akan datang menemui aku, aku yakin itu, Yang Mulia Raja pasti telah memenjarakannya, aku ingin membawanya keluar dari penjara, aku tidak ingin hidup tanpa dia … tolong bawa aku ke Agra, bu” pinta Anarkali, “Baiklah, ibu akan membicarakannya dengan ayahmu terlebih dulu” kata Zil Bahar
Di istana Agra, Jalal dan Maan Sigh sedang latihan bermain pedang “Yang Mulia, beberapa hari lagi adalah ulang tahun pernikahanmu dengan Ratu Jodha” ujar Maan Sigh, “Waktu telah berlalu begitu lama dan tetap saja terasa seperti ketika Jodha datang pertama kali ke Agra” tepat pada saat itu Salim datang menemui mereka.
“Yang Mulia Raja, aku ingin kembali ke medan perang, aku ingin pergi dengan Rahim dalam misi ini” Jalal yang saat itu masih bertlatih pedang dengan Maan Sigh langsung menghentikan latihannya dan melemparkan pedangnya ke Maan Sigh, sesaat Jalal istirahat sebentar, sementara Maan Sigh dan Rahim yang sedang berada disana sedikit terkejut mendengar pernyataan Salim “Sekhu Baba, kamu baru saja pulang setelah 7 tahun berperang jadi aku menginginkan kamu tetap disini, aku tidak tahu mengapa kamu ingin pergi dari Agra, kamu seharusnya belajar tentang politik” kata Jalal, “Biarkan aku pergi meskipun aku akan disebut sebagai pengkhianat ayahku sendiri” ujar Salim, “Kamu tidak akan ditandai sebagai pengkhianat karena terakhir kalinya seorang ayah yang memohon padamu untuk kembali ke Agra akan tetapi kali ini seorang Raja yang memerintahkanmu, dan perintahku adalah kamu harus tetap berada disini” ujar Jalal.
Didalam kamar Jalal, saat itu Jodha sedang memijat punggung Jalal dengan balon hangat, “Ratu Jodha, Sekhu Baba meminta aku untuk membiarkannya pergi dari sini, sebagai ayah aku diam akan tetapi sebagai Raja aku memerintahkan padanya untuk tetap tinggal disini, dia tidak akan mendengarkan aku sebagai seorang ayah jadi aku harus sedikit keras padanya” kata Jalal. “Yang Mulia, diamlah … aku sedang memijat punggungmu dengan balon hangat ini” ujar Jodha, “Ini sungguh aneh, aku ini yang mengontrol seluruh India dan kamu yang mengontrol aku” kata Jalal, “Aku adalah Mariam Uz Zamani jadi aku ingin perintahku harus dipenuhi” ujar Jodha, “Perintahmu akan segera terpenuhi, Yang Mulia Ratu” kata Jalal kemudian mereka berdua tertawa lalu Jalal berbalik terlentang menghadap kearah Jodha “Ratu Jodha, ulang tahun pernikahan kita akan segera terjadi, aku ingin kamu seperti pengantin perempuan, yang selalu malu malu ke aku, kamu tidak berubah meskipun sudah bertahun tahun, kamu memang ajaib” puji Jalal, “Kamulah yang membuat keajaiban dengan kata katamu itu” ujar Jodha, “Aku serius kamu itu tidak berubah” kata Jalal, “Tapi kamulah yang berubah” ujar Jodha, “Bagaimana bisa ?” tanya Jalal, “Dulu kamu selalu berfikir dengan logika akan tetapi sekarang kamu berfikir dengan hati” ujar Jodha, “Itu semua karena kamu, kamu memang tidak pernah berubah” kata Jalal lalu Jalal menyuruh Jodha untuk mendekat kearahnya, Jodha menurut mendekatkan wajahnya kewajah Jalal yang saat itu sudah terbaring terlentang menghadap kearahnya, namun tanpa sengaja tangan Jodha yang masih membawa balon hangat itu menempel ke mulut Jalal, Jalal mengaduh pura pura kesakitan, Jodha panic melihat suaminya kesakitan karena ulahnya, Jodha mencari tahu dibagian mana yang sakit, lalu Jalal segera memegang kepala Jodha dan secepat kilat Jalal mencium keningnya lalu tertawa melihat kepanikan Jodha, Jodha kaget begitu tau Jalal mencium keningnya “Kamu memang bisa mengontrol aku akan tetapi aku tahu bagaimana caranya memenangkan kamu” kata Jalal sambil tersenyum, Jodhapun tertawa geli mendengarnya. … Sinopsis Jodha Akbar bag 422