Sinopsis Jodha Akbar episode 164 by Nanliza. Maham mengatakan kalau itu adalah firasat yang tidak baik. Hamida terlihat kaget. Sementara Jodha menatap dengan raut wajah tanpa rasa bersalah. Ruq menengahi, “jangan khawatir Maham anga, mari kita lakukan ritual ini sekali lagi.” Para ratu kemudian mengulang kembali ritual mehndi ke tangan Benazir. Jodha juga turut serat sesperti yang di perintahkan, tentu saja dengan suasana hati yang tidak senang, bahkan Salima punn terlihat enggan melakukannya.
Setelah ritual Mehndi selesai di lanjutkan dengan Ritual pemberian Hadiah. Satu persatu pelayan para ratu menyampaikan hadiah dari majikan mereka pada Benazir. Melihat Moti dan Jodha hanya berdiri mematung, Maham menegur, “Ratu Jodha, kau tidak memberikan hadiah apapun ke pengantin baru?” Jodha menyahut, “aku membawakan hadiah untuknya Maham anga.” Jodha memberi isyarat pada Moti untuk mengambilkan hadiahnya. Jodha menyerahkan hadiahnya secara langsung pada Benazir sambil berkata, Kanha adalah tuhan di mana aku berdoa. Ia selalu melindungi pemujanya. Dalam suasana yang menggembirakan ini, aku berdoa untuk keamanan nya. Untuk itu aku menghadiahkan lukisan krisnha ini padamu. Semoga tuhan melindungi semuanya.” Jodha membuka kain yang menutupi lukisan, Benazir terlihat tegang menatao lukian itu, lukisan dewa Krishna yang berdiri di ats kepala ular berkelapa 7. Semua yang hadir menatap lukisan itu dengan rasa ingin tahu. Jodha menjelaskan kalau lukisan itu adalah simbol kemenangan dewa melawan iblis, “…aku pikir lukisan ini adalah hadiah terbaik yang kuberikan padamu saat ini.” Dalam hati Benazir berpikir, “aku mengerti apa yang kau coba untuk katakan, Ratu Jodha. Lukisan ini akan tetap di sini, tapi kau tidak akan dapat melindungi yang mulia.” Di saat yang sama Jodha juga berpikir, “krishna menyelamatkan umatnya, maka dia juga akan menyelamatkan Yang Mulia dari racunmu.”
Upacara punberlanjut. Tangan Benazir di hias dengan mehndi. Semua terlihat gembira, kecuali Jodha dan Salima. Tak lama kemudian Jiji anga mengatakan kalau seorang peramal telah di panggil untuk meramalkan nasib para ratu. Ruq mendapat giliran pertama. Burung beo mengambil sebuah kertas yang kemudian di bacakan oleh sang peramal, isinya..”suamimu akan menghabiskan waktu denganmu.” Kemudian Ramlan untuk Salima, “kau akan menjadi salah satu ratu favorit di kerajaan Mughal.” Ruq menanyakan tentang ramalan untuk Benazir. Burung beo mengamil selebar kartu untuk benazir yang isinya, “kau tidak akan dapat menghabiskan banyak waktu bersama yang mulia.” Semua orangtertegun, begitu juga Benazir. Benazir menatap Jodha yang sedang tesenyum tipis. Dalam hati Benazir berkata, “burung beo itu benar. Karena aku akan mmengakhiri hidup Yang Mulia.” Melihat ketegangan itu, Maham berkata, “burung Beo itu benar, kalau Ratu Ruqaiya banyak menghabiskan waktu yang Mulia, apakah ratu baru akan mendapatkan banyak waktu denganya?” Ruq tertawa. Maham melanjutkan, “lupakan semua itu, aku ingin tahu ramalan ratu Jodha.” Beo kemudian mengambil kartu untuk Jodha, peramal membacakannya. Isinya..”kau akan melindungi Yang Mulia dari Iblis. kau akan menjadi perisai pelindungnya.” Hamida, salima dan moti tersenyum senang. Jodha tertunduk malu. Ruq dan Maham terlihat tidak suka. Dan Benazir menatap Jodha ambil berkata dalam hati, ” kau akan selamatkan ynag mulia dari mata iblis. Tapi kau tidak bisa melindunginya dari racunku.” Sambil membalas tatapan Benazir, Jodha juga berpikir, “aku akan melindungi yang mulia dari dirimu apapun resikonya.”
Sinopsis Jodha Akbar episode 164. Di penjara, di saksikan olehATgah, mali di siksa habis-habisan oleh penjaga. Mali meminta air, tapi Atgah berkata, “sampai kau bilang pada kamu siapa sekutumu, tidak ada yang akan membiarkanmu makan atau minum, bahkan tidur. Ini perintah yang mulia.Kau akan disiksa. sampai kau membuka mulutmu, kau tidak akan di berikan apapun. ~Atgah berteriak memerintah prajurit~ Siksa dia lagi, sampai dia memohon untuk di biarkan mati.” Penyiksaan pun di teruskan. Seorang prajurit membawakan segela air dan menuang air tersebut di lantai penjara tepat di depan Mali. Setelah atgah dan para prajurit yang menyiksanya pergi, Mali mengeluarkan sebuah belati dan tertawa terbahak-bahak.
Hamida mengunjungi Jalal di kamarnya. Jalal sedang berdiri di depan jendela. Hamdia bertanya, “apa yang kau pikirkan, Jalal?” Jalal menjawab kalau dia merasa kesepian meskipun jutaan rakyat berdoa padanya, para ratu dan pelayan ingin enghabiskan waktu denganya, tapi saat dia berada di kamranya dia merasa kesepian. Hamida mengatakan kalau itu adalah resiko seorang raja, “ketikakau duduk di atas tahtamu, maka kau tidak akan menemukan seseorang yang dapat kau percayai, di mana kau bisa meletakan kepalamu di pangkuannya dengan damai, yang bisa menemani tidurmu tanpa rasa was-was, yang dapat berbagi suka den duka denganmu.” Jalal menjawab, “kan da dirimu, ibu.” Hamdia bertanya, “sampai kapan nak? Besok kau akan mempunyai ratu baru, aku berdoa semoga kaumendapatkan seorang istri yang mencintaimu secara apa adanya, bukan karena kau seorang raja, tapi karena kau adalah suaminya. Yang hany amemikirkan keselamatan dan kebahagiaanmu. Yang hatinya berdetak hanya untukmu dan hatimu berdetak untuknya.” jalal tersenum, “aku tidak punya hati, ibu. Bagaimana bisa berdetak?” Hamida berkata, “kau merasa seperti itu. Karena kau tidak pernah menemukan wanita yang bisa membuat hatimu bergetar. Atau mungkin kau tidak menyadarinya. Jika kau mengenalinya nanti, kau tidak akan berdiri sendiri di saming jendela ini dan merasa sendirian. Dia akan bersamamu.” Jalal memikirkan kata-kata Hamida. Hamida menyentuh pundak Jalal, Jalal menileh, Hamida kemudian mencium kening Jalal dan melangkah pergi.
Jodha berdiri di depan jendela kamarnya dan berdoa, “oh dewa, Aku tidak butuh waktu yang lain. Besok yang mulia akan menikahi Benazir. Setelah itu, aku tidak bisa menghentikannya. Ku mohon, lakukan sesuatu. Tunjukan jalan itu.”
Terdengar percakapan Jiwa dari Musoleum Akbar antara Jalal dan Jodha.
Suara Jiwa Jalal: “itu adalah hari yang sangat aneh, Marium Uz Zamani.”
Suara Jiwa Jodha: “apa itu Yang Mulia?”
Suara Jiwa Jalal: “kau berdiri di dekat Jendela kamarmu, dan aku juga berdiri di dekat jendela kamarku. Hati kita tidak bergerak bersama. Tapi kita saling memikirkan dan saling mengkhawatirkan. Aku memikirkanmu. Dan aku tidak tahu mengapa aku seperi itu.
Suara jiwa Jodha: “kita melihat ke langit. Kata leluhur, kalau kita mati kita akan menjadi bintang. Kita melihat bintang itu, kita tidak bersama tapi bisa saling merasakan. Segalanya akan segera berubah.”
Suara jiwa Jalal: “ya. Beberapa bintang itu akan menerangi kehidupan kita.”
Suara Jiwa Jodha: “malam itu adalah malam terakhir dari kesepianku, malam yang sangat panjang. Malal sebelum badai datang dan merubah segalanya.”
Narator berkata: Itu adalah hal penting untuk semuanya. Seseorang sedang menungguu fajar yang baru dan seseroang tidak ingin mengakhirinya.
Semua pelayan mengeluh tentang Benazir yang akan menjadi Ratu besok, sedangkan mereka masih tetap sebagai pelayan. Mereka berpikir kalau nasib Benazir begitu baik. Di asangat beruntung, dia hanya seorang pelayan di istana Ami tapi di agra dia akan segera menjadi Ratu.
Ruq sedang berbincang-bincang dengan Maham. Ruq berkata, “Jalal akan menikahi Benazir, sejujurnya, dia akan menjadi pionku di setiap hidupnya.” Maham setuju, “ini alasan kita membuatnya menikah dengan Jalal. Karena kita ingin mengusir ratu Jodha.” Ruw menyuruh Maham melupakan Jodha, karena dia sangat gembira hari ini dia tak mau moodnya rusak gara-gara Jodha. Maham mengerti, tapi dia juga memperingatkan Ruq agar mereka semua waspada, karena penyerang jalal belum tertangkap. Ruq setuju, mereka haru smeningkatkan keamanan, karena penyernag itu tidak di ketahui dan dapat berasal dari luar ataupun dalam istana.
Sinopsis Jodha Akbar episode 164. Pada anak buahnya Adham berkata, “tidak peduli betapa ketatnya keamanan itu, Benazir tetap akan dapat membunuh Kaisar sebelum pernikahan. jika itu terjadi, kita harus segera bertindak. Pertama kalian harus segera membunuh Mali, aku sendiri akan membunuh benazir. Dan besok, aku akan menjadi Raja.” Ada yang bertanya tentang nasib Sharifudin, Adham berkata kalau Sharif akan tetap berada dalam penjara.
Di dalam oenjara, seorang parjurit memberitahu Sharifudin kalau benazir akan membunuh Jalal sebelum pernikahan. Sharif berpikir kalau sampai itu terjadi, Mali akan menjadi Rajaj dan dirinya akan tetap dalam penjara. Sharif bertekad tidak akan membiarkan it terjadi. Dia mengirimkan pesan pada Jodha agar menemuinya.
Jodha datang menemui Sharif di penjara. Sharif dengan kesal menyambut Jodha, “kau tidak percaya padaku, Yang Mulia Ratu. Karena itu kau tidak melakukan apapun untuk melawan Benazir.” Jodah menjawab, kalau dirinya juga tidak tenang, tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa. Usahanya untuk membuktikan kalau Benazir beacun telah gagal, “apa yang harus aku lakukan?” Sharif memberitahu Jodha kalau Benazir akan membunuh Jalal sebelum pernikahan. Setelah Jalal mati, Mali akan menjadi Raja dan Benazir hanya akan menikahi Mali bukan Jalal, “jika aku bebas, aku akan melakukan sesuatu untuk menolongnya, tapi sekarang, hanya kau yang bisa. kau harus melakuan sesuatu untuk menyelamtakan Yang Mulia, kalau tidak kau akan menyesalinya seumurhidup.”
Jodha memberitahu Moti apa yang di katakan Sharif pada dirinya. kalau pernikahan Benazir dan Jalal adalah pura-pura. Benazir akan membunuh Jalal sebelum pernikahan, “aku tidak tahu bagaimana menyakinkan Yang Mulia. bagaimana membuka kedok Benazir.” Moti meyahut, “tapi tidak ada yang percaya padamu tanpa bukti, Jodha.” Jodha berkata, “aku memang tidak pnya bukti. Benazir idak meningalkan bukti apapun.” Moti bertanya apa yang akan di lakukan Jodha? Jodha mengatakan kalau dia akan tetap terjaga tiap malam untuk mengawasi Benazir, “semua bsia terjadi malam ini. Benazir telah memerangkap Yang Mulia dengan Konspirasinya. tapi aku tidak akan membiarkan dia sukses. Aku tidak peduli apa yang harus aku lakukan itu…”
Zakira memberitahu Benazir kalau kota penawar racun yang hilang telah kembali ke kamarnya. Benazir tesenyum dan berkata kalau Jodha pasti tidak mengerti apa yang ada di dalamnya dan telah mengembalikan kembali sehingga dirinya tidak melaporkan nya pada Jalal. Benazir meminta Zakira menyimpan kotak itu kembali, “..aku tidak punya waktu untuk semua ini. AKu harus memperhatikan tujuanku. Setelah aku membunuh Yang Mulia aku harus membebaskan Abu Mali.” Benazir pun terlihat gembira dan tertawa licik… Sinopsis Jodha Akbar episode 165