3 Wajah 1 Cinta bag 1 by Meysha Lestari

3 Wajah 1 Cinta bag 1 by Meysha Lestari.  Mempunyai teman dalam kesedihan mungkin lebih baik daripada hanyut dalam kesepian, itulah yang di pikirkan Jodha saat itu, sehingga dia mau turun ke tepi pantai untuk menemui Jalal dan menikmati cahaya Zodiak yang akan muncul begitu matahari terbenam. Kamari terletak di pesisir timur pulau Santorini. Tidak ada sunset di sana, yang ada hanyalah Fenomena Sunrise yang indah. Senja hari, pengunjung dapat melihat keindahan cahaya Zodiak yang memancar dari ufuk barat. Begitu melihat Jodha keluar dari pintu kamar hotel, jalal segera berlati menghampirinya dan menyapa dengan ramah.

ss 3 wajah“There you are! Akhirnya kau turun juga nona…..” Jalal menunggu dengan rasa ingin tahu kalau-kalau Jodha mau menyebutkan namanya.  Jodha sambil tersenyum menyebutkan namanya, “Jodha… Jodha Bai.” jalal membelalakan matanya yang indah. Dengan gaya yang sopan dan memikat, Jalal mengulurkan tangannya, “Aku James… james Bond!” Kini giliran Jodha yang terbelalak kaget,  Jalal tertawa. Jodha hendak menarik kembali tangannya yang sudah terangkat untuk menyambut uluran tangan Jalal.  Melihat itu dengan cepat Jalal meraih tangan Jodha dan menjabatnya dengan erat, “senang berkenalan denganmu, nona Jodha.” Jodha menatap Jalal dengan sudut matanya, “panggil saja Jodha.” Jalal menangkupkan tangan kirinya di atas tangan Jodha yang ada dalam genggamanya, “Jodha.. nama yang indah.” Jodha dengan jengah menariik tanganya dari genggaman Jalal. Jallal dengan gentle melepaskan tangan itu, meski raut wajahnya menyiratkan keinginan untuk menggenggam tangan itu lebih lama. Jalal memgajak Jodha duduk di kursi yang telah di pesannya dari siang tadi demi menunggu Jodha turun. Jodha tidak menolak.

Jodha memandang sekelilingnya. Semua orang asing yang tidak di kenalnya. Lalu tatapannya berhenti pada Jalal yang saat itu juga sedang menatapnya. Jodha tersenyum, “tuan…” Jalal cepat-cepat menyahut, “Jalal.. panggil Jalal saja biar lebih akrab.”  Jodha mengangguk, “anda sungguh-sungguh dari Delhi?” Jalal mengangguk, “ya. Aku lahir dan besar di Delhi. Aku datang kemari sebagai pelancong karena di ajak oleh seorang kawan.. yang menjanjikan keindahan panorama Yunani dan kecantikan para puteri Athena padaku. Dan kupikir…aku sudah menemukannya. Bukan kecantikan puteri Athena, tapi dewi Sarawasti itu sendiri yang menjelma di hadapanku dalam wujud Jodha..” Jodha dengan sopan menegur, “jangan membandingkan dewa dengan manusia, Jalal. Itu tidak sopan..” Jalal mengedipkan matanya, “maaf. Aku hanya mengungkapkan kekagumanku. ” jalal mencondongkan tubuhnya ke arah Jodha dan berisik, “Kau tau apa yang mungkin di lakukan para dewa dan dewi sekarang ini?” Jodha menggeleng. Jalal berkata, “saat ini mereka mungkin sedang berselisih pendapat, para dewa merasa bangga karena menciptakan makhluk dengan bentuk yang begitu indah, menawan dan sempurna sepertimu. Sedangkan para dewi… saat ini mungkin mereka sedang menatapmu degan cemburu….” Jodha tidak tertawa mendengar gurauan Jalal. Mendengar nama dewa-dewi sebagai bahan bercanda benar-benar sangat mengganggu Jodha. Menyadari itu, sekali lagi Jalal minta maaf. Jalal menetralkan suasana dengan meminta maaf lagi, “maafkan aku Jodha. Aku hanya bercanda.” Jodha dengan nada tegas berkata, “mungkin kau tidaj tahu, Jalal. Tapi menjadikan dewa-dewi sebagai bahan candaan bukanlah tindakan yang bijak. ” Jalal mengangguk setuju, “aku tahu. Karena itu aku minta maaf. Aku akan menahan diri untuk tidak melakukannya lagi.”  Jodha tersenyum.

Matahari sudah benar-benar tenggelam. Semburat jingga cahaya candikala sedang memancarkan pesonanya. Cahaya itu membuat segala yang di sinarinya menjadi terlihat lebih indah. Begitu pula Jodha di mata Jalal.  Jalal bahkan sampai menahan nafas saat melihat betapa cantik wanita yang duduk didepannya dalam balutan cahaya senja yang temaram. Tapi hal itu tidakbertahan lama, karena tiba-tiba saja semua bola lampu mulai menyala, membuat temaran senja berubah menjadi seterag siang. Jalal tertawa renyah, “kau tahu, Jodha? Baru beberapa saat kita bertemu, kau telah membuatku meminta maaf beberapa kali.” Jodha menyahut, “kalau begitu berhentilah meminta maaf….” Jalal dengan cepat menyela, “I will.”

Lalu secara alami, keakraban terjalin antara jalal dan Jodha.  Bahan percakapan muncul tanpa ada habisnya. Seperti air yang mengalir saja. Sejak hari itu, mereka banyak menghabiskan sisa liburan berdua. Jalal menemani Jodha mengunjungi objek-objek wisata di Santorini. Dari Emporio, Fira hingga Oia. Dari Katedral Tua hingga Kaldera Santorini. Mereka bahkan menyeberang hingga ke Thirasia. Mereka terlihat serasi saat  bersama. Beberapa kali pelancong lain yang kebetulan bertegur sapa dengan keduanya, menduga kalau mereka adalah pasangan kekasih atau pengantin baru yang sedang menikmati bulan madu. Jalal dan Jodha hanya tertawa saja. Tidak mengiyakan ataupun membantah. Tanpa di ucapkan, mereka secara tidak langsung seperti berharap kalau dugaan itu akan menjadi kenyataan.

Tidak ada pesta yang tidak usai. Tanpa terasa, liburan 5 hari Jodha akan berhasil. Besok Jodha harus kembali ke India dengan penerbangan pukul 11 dari airport Santorini ke bandara Indira Gandhi. Malam itu, Jalal mengajak Jodha makan malam lalu pergi ke night club yang menawarkan hiburan level internasional. Ada Shania Twain sedang konser di sana sambil membawakan lagu cinta populernya “From This Moment”. Semua yang hadir berdansa diiringi suara merdu Shania. Jodha dan Jalal pun tak ketinggalan. Suasana romatispun tercipta dan menyelubungi perasaan keduanya. Perasaan itu terbawa hingga malam menjelang saat Jalal mengantar Jodha kembali ke kamarnya. Awalnya Jalal hanya ingin memberikan ciuman selamat malam, tapi pengaruh alkohol dari minuman yang di cicipinya di night club meskipun hanya sedikit, telah membuat Jodha dan Jalal lepas kontrol. Jalal bukan hanya mengantar sampai di depan pintu dan memberikan ciuman selamat malam, dia bahkan mengantar Jodha hingga ke pembaringan. Lalu terjadilah apa yang seharusnya tidak terjadi.

Pagi harinya, cahaya Sunrise menyusup lewat kisi-kisi jendela dan menerangi ruangan. Jalal terbangun dengan memeluk Jodha. Jalal coba menginggat apa yang sudah terjadi antara dirinya dan Jodha. Dia menatap wanita cantik yang tidur di sampingnya dengan bahu telanjang dan tubuh terbalut selimut dengan rasa bersalah.  Pelan-pelan dia menarik tanganya dari bawah kepala Jodha dan turun dari tempat tidur. Setelah pergi ke kamar mandi, Jalal mengenakan kembali bajunya yang tergeletak menyedihkan di lantai. Dia ingin membangunkan Jodha, tapi mengurungkan niatnya saat dia melihat betapa pulas tidurnya. Lama Jalal berdiri di tepi tempat tidur sambil menatap Jodha. Menunggunya terbangun. Dalam diamnya Jalal berpikir, apa yang akan di lakukannya.  Dalam hati Jalal bertekad kalau dia akan bertangungjawab  dan menikahi Jodha. Jalal terpikir untuk kembali ke India bersama Jodha. Tapi sebelum itu, dia harus kembali ke hotelnya untuk berkemas danbersiap-siap. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Jalal segera pergi meninggalkan Jodha tanpa berpamitan padanya.

Ketika Jodha terbangun, dia sedikit kaget dengan kondisinya. Dia pun teringat semua yang terjadi dan telah di lalukannya bersama Jalal. Ada  sedikit rasa sesal menghiasai wajahnya yang polos. Tapi Jodha mencoba menerima kenyataan dengan lapang dada sebagai seorang wanita dewasa. Dia tahu konsekuensinya. Dan dia mengenal Jalal. Dia yakin Jalal akan bertanggung jawab atas apa yang sudah mereka lakukan.  Jodha melirik kamar mandi yang terutup. Dia berpikir kalau Jalal ada di dalam sana. Jodha dengan cepat mengenakan bajunya kembali sambil menunggu jalal keluar dari kamar mandi. Tapi setelah sekian lama, tidak ada suara dan pintu kamar mandi juga tidak terbuka, Jodha dengan penasaran membuka pintu kamar mandi, dan tidak menemukan siapa-siapa di sana. Kamar mandi kosong. Saat itu dia baru menyadari kalau Jalal sudah pergi. Jodha menyandar dengan lemas di dinding kamar mandi. Matanya terpejam rapat, coba  untuk menenangkan diri. Setitik airmata jatuh menetes dari sela-sela kelopak matanya yang tertutup. Jodha bukan hanya merasa terluka, tapi merasa hancur. Dia sangat percaya pada Jalal yang belum lama di kenalnya. Dan meski tak mau mengakui terus terang dalam lubuk hati yang dalam, dia merasa tertarik dan jatuh hati pada sosok dan pribadinya yang menawan. Tapi Jodha sama sekali tidak menyangka, setelah Jalal mendapatkan dirinya, dia pergi meninggakannya begitu saja. Tanpa sepatah kata.

Detik demi detik berlalu. Dalam penyesalannya, Jodha mencoba untuk bersikap sewajarnya saja. Dia tahu setelah apa yang terjadi semalam, dia sudah tak punya masa depan lagi. Tapi hidupnya harus terus berlanjut. Karena itu ia tidak membiarkan dirinya larut dalam sedih dan sesal. Sambil berkemas, Jodha berpikir apa yang akan di lakukannya di masa depan. Apa yang akan di hadapinya nanti di India, seandainya dia hamil dan mengandung anak Jalal. Jodha ingin terpikir untuk menghubungi Jalal, tapi dia tidak tau nomor telpnya. Itu adalah salah satu kesalahannya. Berkali-kali Jalal menanyakan nomor telp Jodha, tapi Jodha tidak mau mengatakannya. Jodha bahkan tidak tahu siapa itu Jalal secara detail, kecuali kalau dia tinggal di Delhi. Sambil menunggu check out dari hotel dan mobil jemputan untuk pergi ke bandara, Jodha masih menyisakan sedikit harapan kalau Jalal akan datang dan mengucapkan salam perpisahan. Tapi hingga pukul 9.30, sosok pria menawan itu tidak kunjung datang. Jodha pun menyerah dan dengan putus asa pergi ke bandara untuk kembali ke negerinya.

30 menit setelah kepergian Jodha, Jalal datang. Dia bertanya pada resepsionis tentang Jodha. Petugas mengatakan kalau wanita yang di carinya sudah check out dari hotel 30 menit yang lalu. Jalal bertanya apakah dia ada menitip pesan? Petugas hanya menggeleng. Jalal juga berusaha meminta data pribadi Jodha, tapi petugas berkeras tidak mau memberikannya karena data pelangan bersifat privat dan confidental. Tapi Jalal tidak putus asa, dia bertekad akan mencari Jodha di India. Setidaknya dia tahu nama Jodha dan dia tinggal di Agra….. 3 Wajah 1 Cinta bag 2