Bila Saatnya Tiba bag 35 by Sally Diandra. Tiba tiba saja Jodha merasakan sakit yang luar biasa pada perutnya, Moti yang menemaninya dari tadi langsung menghampiri Jodha “Jodha kamu kenapa ?”, “Perutku sakit sekali, Mo”, Jodha mencoba menekan perutnya sambil menahan sakit, “Lebih baik kita duduk dulu, Jo” sambil menahan sakit yang luar biasa pada perutnya, Jodha menuruti anjuran Moti, ketika hendak menuju ke kursi tiba tiba Jodha merasa ada yang mengalir dibetisnya, sesaat Jodha berhenti dan dilihatnya ada darah yang mengalir dibetisnya, Moti yang juga ikut melihatnya langsung terkejut “Jodha, kamu berdarah ? Kamu harus ke dokter, Jodha”, “Yuhuuuu … What happen hunny binny witty ?” tepat pada saat itu Reesham memasuki sanggar tari “Reesham, kamu bisa pakai mobil kan ?”, “Pake boil ? aqiqa ? bisa bingiiiit, emang mau kemindang sih weceee ?”, “Kerumah sakit, buruan ! Jodha bleeding !”, “Emang Jodha lagi sekong ya ? sekong apoooseee ? Oouuuhhh … tinta kamu berdarah Jodha ? kamu hamidah yaaa ?” Reesham langsung merepet dengan pertanyaan pertanyaannya sambil menuju ke mobil New Beetle Jodha, “Hamidah ? Apaan itu Hamidah ? Hamidah kan ibu mertuanya Jodha !”, “Ooh sorry dorry morry weecee, maksud aqiqa, Jodha hamil, begindang weceee”, “Sudah ayoo cepat, Reesham kita berangkat ke rumah sakit Budi Mulya ! Kalo bisa ngebut ya !”
Moti benar benar khawatir dengan keadaan Jodha yang sedari tadi hanya diam saja sambil menahan sakit diperutnya, sedangkan Reesham langsung panik begitu dibentak oleh Moti karena ini artinya siaga 1 dimulai, secepat kilat Reesham langsung meluncurkan mobil New Beetle Jodha dan membawa Jodha dan Moti kerumah sakit Budi Mulia, sepanjang perjalanan tak jarang kata kata latah panik Reesham seringkali keluar dari mulutnya apalagi ketika Moti membentak menyuruh dirinya agar lebih cepat, sementara Jodha masih terus menahan sakit diperutnya “Reeshaaaam ! Ayooo cepaaat !” Moti terus menyuruh Reesham untuk mempercepat laju kendaraannya “Uuuuh … Ini juga udah cepot, Mo ! cuma jalannya aja yang agak machicha !” kondisi jalanan saat itu cukup ramai namun dengan sigap Reesham mampu berkelit kelit mencari jalan agar segera sampai di rumah sakit.
Setelah sampai disana Jodha langsung dilarikan oleh beberapa perawat masuk kedalam ruang tindakan, Reesham dan Moti hanya menunggunya diluar ruangan dengan harap harap cemas “Mo, yee udah hubungi hubbynya Jodha belum ?”, “Belum sih, kamu aja ya, pleaseee …”, “Ya udah biar aqiqa yang ngomong ke si boss” bergegas Reesham memilih nama Jalal di ponselnya, namun hingga beberapa kali ditelfon, Jalal tidak juga mengangkat ponselnya “Lagi sibuk aapossee sih boss ini ? Aaah lebih baik telfon ke kantor aja ke sekretarisnya, dia pasti tau” Reesham langsung memencet nomer kantor Jalal “Selamat sore Rajawali group” suara operator kantor Jalal mulai terdengar diujung sana, “Selamat sore, sist … bisa disambungkan dengan tuan Jalalludin Muhammad Akbar ?”, “Maaf dengan siapa saya bicara ?”,”Aqiqa oh maaf … Saya Reesham, manager nyonya Jodha, istri tuan Jalalludin” , “Baik, saya sambungkan anda dengan sekretarisnya” lalu terdengar suara musik penunggu dan tak lama kemudian suara Zenat mulai terdengar diujung sana, “Selamat sore, Rajawali Group, ada yang bisa saya bantu ?”, “Maaf sist, bisa disambungkan dengan tuan Jalal ? Saya Reesham manager nyonya Jodha, istri tuan Jalal”, “Oh maaf nona Reesham, saat ini tuan Jalal sedang ada meeting dengan klien, beliau tidak bisa diganggu, mungkin ada pesan yang bisa saya sampaikan ke beliau ?”, “Ini penting sekali sist ! Ur – gent ! Tolong katakan padanya kalau nyonya Jodha saat ini masuk rumah sakit, dirumah sakit Budi Mulya ! Bleeding pen – da – ra – han, jangan lupita ya weecee”, “Oh iya iya, nanti akan segera saya sampaikan ke beliau” Reesham segera mematikan ponselnya.
Tak berapa lama kemudian kurang lebih sekitar 45 menit kemudian Jalal sudah masuk kerumah sakit Budi Mulya “Reesham, bagaimana Jodha ? ada apa dengannya ? mana dia ?”, “Aduuuh boss tanyanya atu atu dong wecee, aqiqa sendiri nggak tahu, boss, tau tau tuu si Moti nyuruh aqiqa nganter Jodha kesindang” Jalal langsung mendekati Moti yang saat itu sedang duduk dibangku dengan tatapan cemas “Moti …” Moti langsung medongakkan kepalanya dan melihat Jalal dengan tatapan berkaca kaca “Ada apa, Moti ?” Jalal jadi semakin penasaran “Mo, cerita aja ama si boss, kenapa Jodha jadi bleeding seperti itu weceee ?” Reesham ikut nimbrung ditengah mereka “Sorry, Jalal … sebenarnya tadi kami mau makan siang bareng pak Khaibar, dosen kami, trus tiba tiba Jodha batalin acara dan langsung ke sanggar tari, padahal kami sudah sampai direstaurant, setelah itu dia diam aja trus nari kayak orang kesurupan gitu sampai tiba tiba dia mengeluh perutnya sakit kemudian bleeding” sesaat Jalal terdiam mendengarkan cerita Moti dengan seksama “Dimana kalian makan siang tadi ?”, “Kami tadi mau makan siang di Puri Asri tapi nggak jadi”, “Puri Asri ?” bathinnya dalam hati sejenak Jalal memutar otaknya “Bukankah itu tempat kami tadi makan siang bersama ? Apakah mungkin tadi Jodha melihatku dan teman teman disana, disana juga ada Atifa, atau karena Atifa ?” Jalal terus berfikir keras.
Sementara itu, didalam ruang tindakan Jodha sudah selesai diperiksa dan diberi penanganan secepatnya oleh dokter Salima, dokter kandungan Jodha, “Jodha, untung saja anakmu ini tangguh, dia tidak apa apa, pendarahannya bisa segera kami atasi dan kandunganmu juga sudah kami beri penguat tapi mulai sekarang kamu tidak boleh melakukan hal hal yang berat berat, janinmu ini masih rawan, lebih baik lakukan hal hal yang ringan ringan saja, sementara kamu bedrest dulu disini ya sampai besok” Jodha hanya diam saja sambil menganggukkan kepalanya dan menangis, sesaat ketika dokter Salima hendak meninggalkan Jodha, Jodha menghentikan langkahnya “Dokter Salima …”, dokter Salima langsung menoleh dan menatap Jodha “Bolehkah aku bertanya ?”, “Tanyalah, mungkin ada yang bisa aku bantu”, entah mengapa Jodha merasa nyaman dengan dokter Salima, rasanya semua beban beratnya selama ini ingin segera ditumpahkan semuanya ke dokter Salima “Dokter Salima, aku nggak tahu kenapa perasaanku akhir akhir ini bisa naik turun, kadang aku bisa merasa sedih yang luar biasa tapi kadang aku juga bisa merasa marah yang teramat sangat dan itu hanya dalam hitungan menit dan anehnya perasaanku itu akan semakin menjadi jadi bila berhubungan dengan suamiku, liat kan ? aku cerita gini aja ingin menangis” dokter Salima tersenyum memandang Jodha
“Hormon kamu saat ini memang sedang tidak stabil, Jodha … Itulah mengapa perasaanmu sering berubah ubah, saranku kalau perasaan itu datang cobalah untuk mengatur nafasmu dalam dalam, hirup lewat hidung lalu simpan dalam dada sebentar dan keluarkan secara perlahan lahan melalui mulut, ulangi beberapa kali, biasanya hal itu bisa sedikit membantu, latihan yoga juga baik untuk ibu hamil, kamu bisa melakukannya, kebetulan aku juga sering berlatih yoga, kalau kamu mau, kamu bisa berlatih bersama aku” Jodha langsung menganggukkan kepala “Aku mau, dok …”, “Baiklah, nanti aku buat jawdalkan untukmu, hmm … tapi kalo aku boleh tau, kenapa kamu sampai bleeding seperti tadi ?” Jodha langsung menghela nafas panjang “Aku memang konyol tadi, dok … aku menari sampai keringatku keluar banyak”, “Apakah ini ada hubungannya dengan hormonmu yang naik turun ?” Jodha menganggukkan kepala “Mulai sekarang hal itu tidak boleh terjadi, kamu harus bisa mengontrolnya Jodha, jangan sampai kamu larut dalam perasaan itu”, “Iya dok, akan aku ingat”, “Baiklah, kalau begitu aku keluar dulu, aku akan beritahu orang yang mengantar kamu tadi” Jodha mengangguk kemudian sebelum dokter Salima berlalu dari hadapan Jodha “Jodha, selamat ya anakmu kembar”, “Oh ya ? kembar dok ?” Jodha sangat senang sekali mendengarnya” Jodha merasa menyesal telah membuat anak anaknya terguncang barusan.
Tak berapa lama kemudian Moti dan Reesham menemui Jodha yang masih terbaring lemah, “Jodha, selamat ya, untung saja kamu nggak papa, aku sudah sangat ketakutan tadi kalau ada apa apa dengan kamu”, “Terima kasih, Moti … untung tadi ada kamu, aku nggak tahu apa jadinya kalau nggak ada kamu, terima kasih juga ya Reesham …”, “With my plei – su – re Jodha, aqiqa merasa happy kalau aqiqa bisa bantu yee, aqiqa sukaa akhirnya aqiqa bisa punya ponakan dari yeee, sukaaa deeh cyiiin” mereka bertigapun tertawa bersama sama “Eh jadi lupita aqiqa, kitaa kan kudu keluar ada hubby yee disindang, cyiiin … kita keluar dulu yuuuk”, “Aku tunggu diluar ya, Jo … abis ini kamu pindah kamar kan ?” Jodha mengangguk kemudian mereka berdua keluar dari kamar dan sesaat kemudian Jalal memasuki kamar dengan tatapan yang penuh haru namun Jodha hanya diam saja sambil membuang muka kearah yang lain, Jalal langsung memegang tangan kanan Jodha dan menciumnya lembut “Dokter Salima sudah menceritakan semuanya, untung saja anak kita masih bisa diselamatkan” Jodha hanya diam saja tidak memandang kearah Jalal “Apakah kamu marah padaku, Jodha ?” Jodha hanya menyeka air mata yang hampir menitik diujung matanya “Jodha, jangan diam saja, bicaralah denganku …”, “Aku hanya ingin sendiri saat ini” tiba tiba Jodha mulai angkat bicara, “Aku tidak akan membiarkannya, Jodha … Kamu tadi melihat aku di restaurant Puri Asri kan ?”, “Aku tidak ingin membahasnya” Bila Saatnya Tiba bag 36 by Sally Diandra.