Bila Saatnya Tiba bag 38 by Sally Diandra. Sore itu Jodha masih bertandang dirumah Ibrahim Pasha suami Atifa, “Kalau boleh saya tahu ada keperluan apa tuan Jalal datang kesini mencari istri anda ?”, “Aaah biasa soal bisnis”, “Apakah anda sering bertengkar dengan Atifa ?”, “Bertengkar ? ngomong keras sama dia saja aku nggak berani bagaimana kami bisa bertengkar ?”, “Jadi dengan kata lain, anda tidak pernah marah dengannya ?”Ibrahim Pasha langsung menggelengkan kepalanya “Ngomong ngomong kenapa anda jadi ingin tahu ?”Jodha jadi salah tingkah “Oooh eeh … tidak apa apa, kalau begitu kami permisi dulu, terima kasih untuk ngobrol ngobrolnya, selamat sore”Jodha, Sukaniya dan Mirza langsung angkat kaki dari sana. Sementara itu dalam perjalanan menuju ke rumah, di dalam mobil “Kalau aku perhatikan, suami Atifa itu tidak seperti orang yang suka mukul ya, kak”, “Aku juga berfikiran yang sama, Sukaniya … sepertinya ada yang berbohong”, “Maksudmu Atifa berbohong ?”Mirza ikut menimpali pembicaraan mereka sambil menyetir mobil “Bisa jadi, Mirza … Sudah kamu rekamkan pembicaraan kita tadi ?”, “Beres ! Aman semuanya”Mirza langsung mengacungkan jempol kirinya. Tak terasa tiga hari telah berlalu dan selama tiga hari itu pula sms ataupun telfon Jalal ke Jodha tidak pernah Jodha gubris, kalaupun diangkat hanya Sukaniya atau Shivani saja yang menyampaikan pesannya ke Jodha, sementara Jodha sendiri merasa kurang sreg kalau ngobrol dengan Jalal melalui telfon karena Jodha masih kesal dengan Jalal. “Maafkan ibu, nak …. karena ibu belum bisa bicara sama ayahmu, tunggu ayah pulang nanti ya”bathin Jodha dalam hati sambil berbicara dengan anak anak yang dikandungnya.
Sore itu, ketika Jodha sedang memainkan gitarnya diruang tamu, tiba tiba terdengar pintu rumahnya diketuk, ketika dibukanya ternyata Qutub sedang berdiri disana “Qutub … ?”Jodha benar benar heran dengan kehadiran Qutub dirumahnya “Selamat sore, Jodha … Boleh aku masuk ?”, “Silahkan, tumben kamu tidak bareng teman temanmu”, “Iya aku memang sengaja datang sendiri kesini, oh iya ini buat kamu”sekotak coklat dengan wadah buah hati yang sudah Qutub bawa dari tadi langsung diberikannya ke Jodha “Coklat ? Kamu baik sekali, terima kasih, duduklah …”, “Kamu mau perform rupanya pas wisuda kamu nanti”, “Maksudmu ? Ooh gitar ini … nggak aku cuma latihan biasa, aku nggak perform lagi kan itu wisudaku”Qutub kelihatan sedih “Sayang ya, nggak bisa lihat penampilan kamu lagi, padahal aku paling suka kalau kamu perform pas ada acara dikampus kita, kamu kan nggak pernah absen, aku selalu suka semua penampilan kamu, aku bahkan punya foto foto kamu pas kamu perform dipanggung”Jodha terheran heran mendengar cerita Qutub “Oh iyaa ? Oh aku ingat kamu suka fotografi kan ?”Qutub langsung menganggukkan kepalanya sambil tersipu malu “Aku pernah mengikutsertakan fotomu itu dan aku menang”, “Waah bagus itu, selamat yaa …”, “Sebenarnya bukan fotoku yang bagus tapi obyeknya memang sangat indah dipandang”, “Hmm … mulai ngerayu niiih”Qutub langsung menggelengkan kepalanya “Aku serius Jodha, aku nggak becanda, kalau boleh aku tahu setelah lulus kamu mau kemana ?”, “Mungkin aku mau ambil S2, aku pengin ngajar”tiba tiba Qutub mendekati Jodha dan duduk disebelahnya “Jodha, apa pendapatmu bila ada seorang cowok yang usianya jauh dibawahmu tapi suka dan cinta bahkan mengagumi kamu ?”sesaat Jodha terdiam dan memperhatikan Qutub, sementara Qutub kelihatan salah tingkah begitu Jodha memperhatikannya.
Sementara diluar halaman tanpa Jodha duga Jalal sudah tiba didepan rumah Jodha, setelah membayar taxi Jalal segera masuk kedalam rumah namun segera langkahnya terhenti ketika dilihatnya Jodha sedang bersama dengan laki laki muda, mereka sedang ngobrol diruang tamu, Jalal mencoba untuk berhenti dan menunggu dibalik pintu, perasaannya tidak karu karuan, kepulangannya kali ini sebenarnya ingin membuat Jodha surprise malah dirinya sendiri yang mendapat kejutan dari Jodha, didengarkan secara seksama pembicaraan mereka berdua. “Untuk pertanyaanmu itu, kalau aku juga suka dan cinta, why not ? Kenapa nggak ? Bagiku usia itu bukan menjadi masalah, yang penting bisa saling mengerti, memahami, percaya dan saling setia, bukankah sebuah hubungan harus berlandaskan seperti itu”, “Bolehkah aku mengatakan sesuatu ?”, “Apa ? Katakanlah …”diluar Jalal sudah mengepalkan tangannya, adrenalinnya mulai meninggi, ingin rasanya menghajar pemuda yang ada didalam rumah mertuanya yang sedang bersama dengan Jodha istrinya, karena insting laki lakinya mengatakan kalau pemuda ini menyimpan perasaannya ke Jodha, namun diurungkan niatnya karena nanti Jodha pasti salah paham lagi ke dia, Jalal mencoba menunggu saat yang tepat, “Aku … Aku … Aku mencintaimu, Jodha” sesaat Jodha terhenyak dengan pernyataan Qutub, lama mereka berdiam diri, diluar Jalal sudah tidak sabar, ingin rasanya dia segera masuk ke dalam rumah “Qutub, sebelumnya aku minta maaf, aku mohon kamu bisa mengerti …”, “Aku sudah tahu, aku sudah bisa menduga kalau kamu pasti tidak mencintai aku”, “Qutub, aku harap kamu bisa mengerti, karena sebenarnya aku sudah menikah dan saat ini aku sedang mengandung anak suamiku”Qutub terheran heran dengan penyataan Jodha “Me – ni – kah ? Jadi kamu sudah menikah Jodha ?”, “Iya, aku sudah menikah, Qutub … dan aku sebenarnya sudah menganggap kamu sebagai adikku, tidak lebih”
Tiba tiba Jalal menyeruak masuk ke dalam rumah, tak tahan rasanya harus menunggu terus diluar, Jodha sangat kaget ketika melihat kedatangan Jalal sementara Qutub masih sedih dengan pernyataan Jodha “Selamat sore, siapa dia, Jodha ?”Jalal mencoba berpura pura tidak tahu “Qutub, kenalkan ini suamiku … Jalal ini Qutub, adik kelasku” Jalal langsung menghampiri Qutub dan menjabat tangannya erat, sementara Qutub terhenyak begitu ketemu dengan Jalal “Oooh anda suami Jodha” Jalal berusaha tersenyum setenang mungkin, sementara Jodha mulai salah tingkah didepan Jalal “Kalau begitu saya pamit dulu … Jodha saya pulang dulu ya”Qutub langsung pergi meninggalkan mereka berdua, sementara Jodha mengantar Qutub hingga ke depan keluar halaman, begitu Qutub pergi dengan motornya Jalal segera menggandeng lengan Jodha perlahan dan diajaknya Jodha masuk ke dalam kamar, Jodha yang pada awalnya kaget dan terheran heran ketika tangannya ditarik oleh Jalal, namun Jodha tidak memberontak, diturutinya kemana suaminya membawanya, setibanya didalam kamar Jodha, Jalal segera menutup pintu kamar Jodha rapat rapat, dilihatnya wajah istrinya dalam dalam ada kerinduan yang tersirat dimatanya, sebelum Jalal sempat berbicara “Jalal, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengan kamu”, “Akhirnya kamu mau juga berbicara denganku, sebelum kamu bicara, aku juga punya pertanyaan ke kamu, siapa pemuda tadi ?”, “Yang tadi ? Itu Qutub … Tadi kalian sudah kenalan kan ?”, “Iyaaa … Tapi mau apa dia kesini ?”, “Dia … Dia …. Dia mau ngasih aku coklat, itu saja”Jodha pura pura memasang muka ketus didepan Jalal padahal sebenarnya dia takut kalau Jalal mendengar semua yang dikatakan Qutub
“Jodhaaa … Mulai kapan kamu berbohong pada suamimu ?”Jalal mulai memasang tampang garang, “Oke oke … Aku katakan … Dia itu adik kelasku, dia suka lihat aku pas perform disetiap acara dikampus dan barusan dia menyatakan cintanya padaku, cukup ?”ingin sekali Jalal menggigit bibir Jodha yang mungil, agar Jodha tau kalau dia sangat gemas dengan tingkah lakunya “Lalu apa jawabanmu ketika dia menyatakan cintanya ke kamu ?”Jodha tidak mau kalah dengan Jalal “Lalu apa yang kamu cari dirumah Atifa beberapa hari yang lalu ? Mencari Atifa ?”Jalal terheran heran mendengar pertanyaan Jodha “Kamu pergi kerumah Atifa ? Sama siapa ?”, “Kamu selalu menjawab pertanyaan dengan pertanyaan, jawab dulu pertanyaanku !” Jodha langsung pura pura ketus “Kamu sendiri juga belum menjawab pertanyaanku ?”,“Baiklah … aku kesana bersama Mirza dan Sukaniya, dan kamu tahu apa yang aku temukan disana ?”, “Apa ? Apakah kamu tahu kalau ternyata suami Atifa tidak seperti yang dikatakan Atifa, bahwa selama ini dia tidak pernah memukul Atifa ?”, “Jadi kamu kesana untuk mencari kebenaran itu juga ?”Jalal tersenyum senang sambil memandangi istrinya dan merangkul bahu Jodha “Ya, tentu saja, aku tidak mungkin diam saja, Jodha … Aku selalu berusaha mencari bukti yang benar dan sekarang katakan padaku, apa yang kamu katakan ke pemuda itu tadi ?”, “Aku tidak mau menjawabnya karena aku yakin kamu sudah mendengar pembicaraan kami tadi”, “Tau darimana kamu ?”Jalal penasaran “Aku istrimu maka aku pasti tahu”Jalal langsung mendekatkan wajahnya ke wajah Jodha, Jodha merasa degup jantungnya berdetak kembali dengan cepat, entah mengapa setiap kali Jalal mendekatinya dengan cara yang seperti itu dadanya langsung bergemuruh kencang, perlahan Jalal mulai membelai wajah Jodha “Aku minta maaf, kalau selama ini aku telah berbuat salah padamu, Jodha”, “Aku juga minta maaf kalau selama ini aku telah mengabaikan kamu, aku sangat berdosa karena mengabaikan suamiku sendiri, aku minta maaf, Jalal”, “Tanpa kamu meminta, aku sudah memaafkan kamu, Jodha … Kamu tahu selama kamu mengabaikan aku, hatiku gelisah, aku jadi sulit tidur, aku selalu membayangkan dirimu, rasany sungguh sangat menyakitkan, aku tidak ingin kejadian ini terulang lagi, Jodha … Aku akan memastikan itu”
Tiba tiba tangan Jalal membelai bibir Jodha yang mungil yang selalu membuatnya ketagihan untuk mengulumnya, Jodha sendiri merasa bibirnya dingin dan dadanya naik turun tidak beraturan dan tiba tiba Jodha merasa bibirnya hangat, sensasi bibir Jalal selalu membuat jantungnya berdesir, Jalal seperti singa yang kelaparan langsung melumat habis bibir Jodha, Jodha yang sebenarnya merindukan sentuhan Jalal merasa bagaikan tersiram air es berton ton jumlahnya, malam itu kembali Jalal dan Jodha mereguk nikmatnya asmara yang mereka rindukan selama beberapa hari ini. … Bila Saatnya Tiba bag 39 by Sally Diandra.