Bila Saatnya Tiba bag 39 by Sally Diandra. Keesokan harinya Jodha terbangun dari tidur panjangnya, sinar matahari menembus dari sela sela jendela kamarnya dan membelai pipinya yang ranum, dirasakannya lengan Jalal yang kekar melingkar erat dipinggangnya, Jodha segera berbalik dan tidur terlentang menatap langit langit kemudian dilihatnya wajah suaminya yang tertidur dengan wajah yang innocent, wajah yang selalu membuat Jodha bertekuk lutut. Dibelainya wajah Jalal lembut kemudian diciumnya kening Jalal perlahan ketika Jodha hendak bangun, tiba tiba lengan Jalal semakin memeluk erat pinggang Jodha “Selamat pagi” ujar Jalal sambil menciumi punggung Jodha yang terbuka karena Jodha hanya menggunakan baby doll selutut dengan tali sphagety yang menggantung dikedua bahunya “Kamu sudah bangun rupanya” Jodha langsung membalikkan badannya “Aku bagaikan pangeran tidur yang terbangun dari tidurnya setelah mendapatkan ciuman dari cinta sejatinya” Jodha tersenyum sambil menjewer pipi Jalal lembut “Sukanya ngeledek yaaa …” Jalalpun membalas senyuman Jodha “Hei aku jadi ingat kalau aku belum menyapa anak anakku” Jalal segera bangun dari pembaringannya kemudian mengusap perut Jodha lembut, sementara Jodha masih dalam posisi terlentang “Selamat pagi, anak anakku … Sedang apa kalian disana, ayah janji mulai hari ini kalian tidak boleh jauh jauh dari ayah” sesaat Jalal menciumi perut Jodha berulang kali, sedangkan Jodha kegelian “Ayah, sudah dong nyiuminya”, “Oh rupanya ibumu minta diciumi juga yaa” Jalal langsung melancarkan serangan ciumannya menjalar kesekujur tubuh Jodha hingga wajah mereka berdekatan satu sama lain, begitu wajah mereka dekat Jodha segera memegangi wajah suaminya itu dengan kedua tangannya “Mandi dulu, bau !”, “Aroma tubuhmu dipagi hari membuat aku semakin bergairah sayang” ketika Jalal semakin mendekatkan wajahnya hingga bibir mereka hampir berdekatan, Jodha segera memalingkan wajahnya “Nggak mau, aku mau mandi dulu !” ujar Jodha dengan nada ketus, Jalal menatapnya dengan senyuman nakalnya “Kalau begitu kita mandi bersama”, “Jalal, ini bukan seperti di kamar kamu …” Jalal segera memotong ucapan Jodha “Kamar kita …”, “Iya kamar kita, kamu bisa seenaknya mandi kapan saja, mau mandi berdua atau seorang diri bisa tapi disini kan banyak saudaraku yang lain, ada ibu, ada dua adikku, malu kan ?” Jodha langsung bangun, “Ngapain harus malu ? Kita kan sudah menikah, mereka akan memaklumi apa yang kita lakukan” Jodha menatap Jalal ketus, “Aku suka kalau kamu menatap aku dengan tatapan marahmu itu”, “Nggak lucu !”, “Heii … Siapa yang lagi ngelucu ? Aku ngomong serius” Jalal menatap Jodha masih dengan pandangan nakalnya “Aku mau mandi !” Jodha segera bangkit dari tempat tidurnya dan ketika sudah sampai didepan pintu kamarnya kembali Jalal menggodanya “Nanti aku menyusul …” masih dengan tatapan ketusnya Jodha langsung memicingkan matanya kearah Jalal, Jalal hanya tersenyum nakal ke arah Jodha.
Setelah Jodha selesai mandi, dilihatnya Jalal sudah menantinya diruang makan bersama dengan ibunya, “Sudah selesai mandinya, Jodha ?” saat itu ibu Meinawati sedang menyiapkan sarapan pagi untuk mereka sekeluarga “Tadi ibu mertuamu menelfon ibu, beliau kangen sama kamu, Jodha … Juga Jalal, beliau berharap agar kalian segera pulang kerumah, katanya dalam beberapa hari lagi ada tamu jauh yang mau datang kerumah kalian”, “Siapa dia, bu ?” Jalal mulai penasaran, “Ibu tidak tahu Jalal, ibumu tidak menceritakan siapa orangnya, tapi lebih baik kalian pulanglah, kasihan ibu Hamida” Jalal menganggukkan kepalanya “Kalau begitu aku mandi dulu” bergegas Jalal menuju kekamar mandi. Setelah semuanya selesai, mandi dan sarapan pagi, Jalal segera memasuki kamar Jodha, melihat gelagat yang aneh pada suaminya, Jodha segera menyusulnya masuk ke kamar “Kamu tidak ke kantor sayang ?” Jalal yang saat itu sedang berdiri didekat jendela yang kelihatannya sedang memikirkan sesuatu, hanya menggelengkan kepalanya, “Aku ingin seharian ini bersamamu, Jodha …” Jodha tersenyum dan mendekat kearah Jalal sambil memeluk Jalal dari belakang “Aku senang mendengarnya,memang kita mau kemana ?” sekarang gantian Jodha yang menciumi punggung Jalal dari belakang, Jalal langsung membalikkan badannya “Bagaimana kalau kita dikamar saja ?” Jalal mulai menggoda Jodha kembali sambil memegang bahu Jodha “Kamu ini … Bukankah kita harus pulang kerumah ibu ?” Jalal hanya tersenyum “Bagaimana kalau kita makan diluar, jalan jalan, nonton film …” Jodha segera menghentikan ucapan Jalal “Shopping time ? Boleh ?” sesaat Jalal tertegun dengan ucapan Jodha, Jodha tau kalau kata shopping time merupakan mantra ajaib untuk Jalal karena pasti Jalal langsung teringat ketika Jodha menghambur hamburkan uangnya hanya untuk belanja barang barang branded dan berkelas yang harganya ratusan juta rupiah “Tenang sayang … Aku tidak akan menghabiskan uangmu lagi, aku cuma ingin window shopping saja, nggak lebih, aku janji” Jodha langsung menjewer kedua telinganya sambil menatap Jalal dengan wajah innocentnya, Jalal tersenyum melihatnya “Aku tidak akan marah sayang, selama kamu bahagia, aku juga bahagia … Tapi aku yakin sekarang kamu tidak seperti yang dulu …” Jodha kembali memotong ucapan Jalal “Sayang, kalau boleh aku tahu, setelah kamu tau Atifa berbohong, apa yang kamu lakukan padanya ? Kamu belum menceritakannya kan ?”, “Aku sudah menghentikan proyekku dengannya, aku keluar dari proyek itu meskipun banyak yang tidak setuju dengan keputusanku ini”, “Lalu bagaimana dengan investasimu yang disana ?”, “Tidak aku tarik, biarlah … Aku sudah tidak ingin terlibat lebih jauh lagi dengan Atifa karena nanti ibunya anak anakku bakal cemburu dan marah besar kalau mengetahuinya” Jodha langsung mencubit pinggang Jalal begitu mendengar Jalal kembali menggodanya, sementara Jalal menggelinjang kegelian dan pura pura kesakitan sambil berlari ke tempat tidur “Ampun ampun ampun, sayang … Udah doong nyubitnya …” namun Jodha masih terus melancarkan serangan cubitannya di pinggang Jalal, Jalal jungkir balik ditempat tidur mencoba menghindari cubitan kepiting Jodha dan langsung berubah memeluk Jodha hingga nafas mereka terengah engah satu sama lain, sesaat mereka saling tersenyum dan tertawa satu sama lain, kemudian Jalal duduk diatas tempat tidur sambil bersandar didinding, Jodha mendekatkan tubuhnya ke tubuh Jalal sambil merebahkan kepalanya dibahu Jalal “Sayang, aku ingin mengatakan sesuatu …” Jalal yang saat itu sedang membelai rambut panjang Jodha yang terurai basah sambil mencium keningnya, merasa heran dengan pernyataan Jodha “Apa yang ingin kamu katakan ?”, “Kalau aku sudah wisuda nanti, aku ingin melanjutkan ke S2, boleh ?”, “Aku tidak keberatan tapi bukankah saat ini kamu sedang hamil ? Apakah tidak lebih baik kalau kamu menikmati kehamilanmu ini dulu, apalagi kamu sudah ikut kelas Yoga dr. Salima kan ?” Jodha langsung kaget begitu Jalal menyebut nama dokter Salima “Ya ampuuun, sayang … Kenapa aku bisa lupa ? Pagi ini aku ada kelas yoga bareng dokter Salima, kamu bisa mengantarnya kan ?”, “With my pleasure, dengan senang hati sayang, aku kan sudah bilang, seharian ini aku akan menemani kamu kemana saja”, “Kalau begitu, buruan kita ganti baju” Jodha segera bangkit dari tempat tidurnya, memilah baju baju yang mau dikenakannya juga sekalian menyiapkan baju untuk Jalal, setelah beres semua segera Jalal meluncurkan mobil Jaguar hitamnya yang sudah diantar oleh supir pribadinya pagi tadi menuju hotel Lor Inn.
Sesampainya di hotel Lor Inn, sebuah hotel yang mempunyai konsep viewnya yang eco green dimana mana terdapat banyak tanaman hjau yang membuatnya terlihat rindang dan teduh membuat setiap pengunjungnya merasa betah serasa disebuah taman kota yang indah. “Aku sepertinya tau siapa yang punya hotel ini ?” Jalal merasa familiar dengan suasana hotel tersebut, Jodha yang saat itu menggelanyut manja ditangan Jalal mencoba menggodanya “Siapa coba yang punya ? Kamu bisa menebak ?” Jalal mencoba berfikir keras “Hmm … I got it !” Jalal langsung menjentikkan jarinya sementara Jodha hanya tersenyum sambil terus menggelanyut manja menuju ke lokasi tempat dokter Salima biasa mengajar yoga disana “Kalau tidak salah, namanya tuan Bairam Khan ! Beliau itu juga punya banyak perusahaan termasuk hotel ini, betul kan dugaanku ?”, “Daya ingatmu memang harus diacungi jempol ! 1000 buat kamu sayang … Yang punya hotel ini memang tuan Bairam Khan dan kamu tahu siapa dia itu ?” , “Maksudmu ?” Jalal semakin penasaran “Dia itu suami dokter Salima”, “Suami dokter Salima ? Bukankah tuan Bairam Khan sudah agak berumur ? Sedangkan dokter Salima masih terlihat muda kan ?”, “Itulah rahasia cinta, kita tidak pernah tahu pada siapa cinta itu datang” Jalal langsung tersenyum sambil memegang tangan Jodha “Aku setuju denganmu, sayang … Kita tidak pernah tahu pada siapa cinta itu datang, sama seperti kita, dulu kamu sangat membenci aku, sekarang begitu aku menghilang sedikit saja, kamu sudah langsung panik, hahahaha …” Jalal tertawa kecil sedangkan Jodha kesal dengan pernyataan Jalal “Mulai deh ngeledek lagi ! Aku cubit sampai pinggang kamu merah yaaa …”, “Mama Jodha !” tiba tiba percakapan mereka terhenti oleh teriakan seorang anak kecil yang memanggil Jodha dengan sebutan mama “Mama Jodha ?” sesaat Jalal tertegun sambil menatap kearah Jodha sementara Jodha tersenyum sambil melambaikan tangannya pada seorang anak laki laki yang usianya kurang lebih 5 tahun. Bila Saatnya Tiba bag 40 by Sally Diandra