Bila saatnya Tiba bag 40 by Sally Diandra. Pagi itu ketika Jalal dan Jodha sedang menuju ketempat yoga dokter Salima, tiba tiba mereka dikejutkan oleh suara seorang anak kecil yang memanggil Jodha dengan sebutan mama “Mama Jodha ?” Jalal benar benar terkejut sementara Jodha langsung melambaikan tangannya meminta anak itu mendekat. “Rahim ! Sini sayang” Rahim langsung berlari mendekat kearah Jodha dan langsung menghambur kepelukan Jodha yang sudah berlutut dilantai, Jodha segera mendaratkan ciumannya dikedua pipi Rahim “Apa kabarnya pangeran kecil mama ?”, “Baik, kemarin waktu mama pulang kenapa tidak pamit dulu sama aku ?” Rahim langsung merajuk “Rahim sayang, kemarin mama memang sengaja nggak pamit karena kamu boboknya enak sekali, mama jadi nggak tega mau ngebangunin kamu, maafin mama yaaa …” Rahim langsung menganggukkan kepalanya dan memeluk Jodha lagi sambil menatap Jalal dengan pandangan menyelidik “Siapa dia mama Jodha ?” Jodha langsung berdiri kemudian mengusap rambut Rahim lembut “Rahim, kenalkan ini suami mama Jodha, kamu bisa memanggilnya papa Jalal”, “Bukan papa Jalal !” tiba tiba nada suara Rahim sedikit meninggi, “Dia paman Jalal, assalamualaikum paman Jalal” Jalal yang sedari tadi diam saja melihat tingkah laku mereka langsung tersenyum begitu mendengar salam dari Rahim “Waalaikumsalam Rahim”, “Dia ini anak dokter Salima, anak tuan Bairam Khan …”
“Rahim ! Kamu disini rupanya …” tiba tiba dokter Salima muncul dibelakang Rahim “Rahim ini suka berlari kesana kemari, membuat kami sering kebingungan mencarinya kemana mana” Jalal dan Jodha tertawa kecil mendengar ucapan Salima “Rahim kan ingin bermain bunda, kak Tasneemnya aja yang nggak bisa lari cepat, jadi selalu ketinggalan dibelakang, bunda”, “Kamu ini selalu saja alasan, haaii … Apa kabar Jodha ? Waah rupanya perang dingin sudah berakhir niiih” Jodha langsung tertawa kecil sambil melirik kearah Jalal sementara Jalal hanya tersenyum, Jalal sudah tahu apa yang dimaksud dokter Salima “Ayooo kita ketempat yoga” Jodha langsung mengangguk mengikuti dokter Salima yang menggandeng tangan Rahim, sementara Jalal masih bertanya tanya dengan panggilan Rahim ke Jodha “Sayang, kalau boleh aku tahu, kenapa Rahim memanggilmu mama ?” tanpa diminta tiba tiba dokter Salima membalikkan badannya dan menghentikan langkahnya “itu karena Rahim suka dengan istrimu, tuan Jalal”, “Iya sayang … Ketika pertama kali aku bertemu dengan dia, dia terus mengikuti aku, kata dokter Salima kalau dia seperti itu, itu artinya Rahim suka dengan aku, tau tau tanpa disuruh dia manggil aku mama, just like that” Jalal mengangguk anggukkan kepalanya sambil tersenyum “itu artinya Rahim bisa melihat sisi keibuanmu, sayang …pantas saja dia tidak bisa jauh darimu, sama seperti aku” Jalal mulai menggoda Jodha kembali, sambil mendekatkan wajahnya kewajah Jodha, Jalal berbisik pelan agar dokter Salima yang sedang berjalan didepan mereka tidak mendengarnya “Sebagai ibu, kamu memang sangat menghangatkan apalagi sebagai kekasih, aku juga tidak ingin jauh jauh darimu” Jalal kembali menggoda Jodha, Jodha hanya tersenyum sambil kembali menggelanyut manja dilengan Jalal sambil terus melanjutkan perjalanan ketempat yoga dokter Salima.
Ketika mereka sampai di tempat yoga dokter Salima, Jalal melihat sebuah area terbuka yang mirip dengan taman kota mini dengan sebuah danau kecil buatan terdapat ditengah tengahnya dimana banyak angsa angsa putih yang berenang renang disana dan sangkar burung yang besar dengan burung beraneka warna ada disana, Jodha sangat menikmati tempat tersebut, setiap kali melakukan yoga bersama dokter Salima, Jodha selalu merasa nyaman berada ditempat ini, rasanya alam benar benar menyatu dengan dirinya. Sementara Jodha melakukan yoga bersama dokter Salima, Jalal menanti Jodha disebuah cafe yang berbatasan dengan tempat Jodha berlatih yoga, sembari mengerjakan beberapa laporan pekerjaannya, Jalal bisa memperhatikan Jodha yang sedang berlatih yoga bersama dokter Salima dan beberapa ibu ibu hamil lainnya, sementara Rahim selalu tidak jauh dari Jodha, Rahim mengikuti semua gerakan Jodha.
Setelah selesai berlatih yoga, dokter Salima segera menghampiri Jodha “Bagaimana, Jodha ? Merasa lebih baik dari hari ke hari ?”, “Ya dokter Salima, aku mulai bisa mengontrol emosiku terutama perasaan sensitif yang kadang datang secara tiba tiba, aku bisa mengatasinya”, “Syukurlah kalau begitu, aku senang kalau pada akhirnya kamu bisa berdamai dengan dirimu sendiri, kadang kita harus bisa menerima apa yang tidak kita suka, Jodha”, “Iya, aku setuju dokter Salima dan ternyata hal itu bisa membuat kita lebih tenang dan nyaman, oh iya dokter Salima, ternyata suamiku kenal dengan suamimu, tuan Bairam Khan” ujar Jodha sambil menikmati jus buah yang disediakan oleh dokter Salima, “Oh iya ? Waah … Kebetulan sekali, kebetulan hari ini bapak akan datang” Jodha sempat heran dengan perkataan dokter Salima “Datang ? Maksudmu ?” dokter Salima tersenyum sambil memandang kearah Jodha “Kamu sungguh sangat bersyukur, Jodha … Lihat kamu mempunyai seorang suami yang tampan, setia, sangat mencintaimu dan selalu ada disebelahmu” sesaat Jodha memperhatikan Jalal yang berada dikejauhan yang masih asyik sibuk dengan laptopnya, dalam keadaan seperti itu biasanya Jalal tidak mau diganggu “Sedangkan aku … aku harus menerima sebagai seorang istri yang pasrah dipoligami” Jodha langsung terhenyak begitu mendengar ucapan Salima sementara Salima mengusap setitik air mata yang mulai menetes diujung matanya “Itulah mengapa aku selalu mengatakan, lebih baik kamu berdamai dengan dirimu sendiri, Jodha … sama seperti diriku dulu ketika bapak melamar aku yang jelas jelas beliau adalah teman ayahku, saat itu aku marah ketika ayahku menerima lamaran bapak tapi ketika aku sadar bahwa aku bukanlah perempuan yang sempurna maka aku mencoba berdamai dengan diriku sendiri dengan menerima bapak sebagai suamiku” Jodha semakin penasaran dengan cerita dokter Salima “Perempuan yang sempurna ? maksudmu bagaimana dokter Salima ?” sesaat dokter Salim terdiam sambil menghela nafas dalam “Ketika aku masih gadis rahimku sudah diangkat, Jodha … aku tidak bisa memiliki anak karena penyakit kanker rahim yang menggerogoti tubuhku, itu juga salah satu alasan yang mendorongku menjadi dokter kandungan, hal itu juga yang menyadarkan aku bahwa kelak nantinya aku tidak bisa memberikan seorang anak untuk suamiku, oleh karena itulah aku menerima bapak sebagai suamiku” Jodha terharu dengan cerita dokter Saima “Jadi Rahim bukan anakmu ?” Salima langsung menggelengkan kepala “Dia anak istri pertama bapak, kebetulan anak mereka sudah empat orang, Rahim anak terakhir, bapak memintanya untuk aku”, “Kamu mencintai suamimu ?” sesaat dokter Salima terdiam, Jodha bisa melihat ada sebuah pengorbanan besar tersirat dari sorot matanya “Dulu aku tidak mencintai beliau, tapi karena bapak selalu melimpahi aku dengan kasih sayangnya, lama kelamaan akhirnya aku mencintai beliau tapi aku tetap harus bersabar karena aku masih harus berbagi”, “Itulah mengapa tadi kamu bilang, kalau bapak mau kesini ? Hari ini adalah giliranmu ?” dokter Salima menganggukkan kepala “Mulia sekali hatimu dokter Salima, aku merasa pengalaman hidupku tidak sebanding dengan apa yang kamu alami, bagiku membayangkan dipoligami saja aku tidak mau, apalagi melakoninya, kamu memang benar benar wanita yang sungguh luar biasa dokter Salima, aku kagum padamu” dokter Salima tersenyum memandang Jodha
Tepat pada saat itu dari kejauhan tampak tuan Bairam Khan mulai mendatangi mereka berdua “Selamat siang, apa kabar sayangku” tuan Bairam Khan langsung memeluk dokter Salima dan mendaratkan ciumannya dikedua pipi sang dokter, kalau dilihat dari penampilannya walaupun sudah berumur tapi tuan Bairam Khan ini orang yang sangat fashionable dengan garis garis ketampanannya dimasa muda yang masih membekas diwajahnya yang mulai renta. “Bapak, kenalkan ini Jodha, salah satu pasienku” sesaat tuan Bairam Khan memperhatikan Jodha dengan seksama tepat pada saat itu Jalal menghampiri mereka bertiga “Selamat siang tuan Bairam Khan” tuan Bairam Khan langsung menengok ke arah suara yang memanggil namanya “Heiii… Jalal ! Apa kabar ?” mereka berdua langsung berjabat tangan dan saling berpelukan “Lama tidak bertemu denganmu, Jalal … Bagaimana kabar ibumu ?” tuan Bairam menepuk nepuk bahu Jalal “Baik, tuan Bairam Khan, oh iya kenalkan ini istri saya, Jodha” kembali tuan Bairam Khan memperhatikan Jodha “Jadi ini istrimu ? Pantas saja, aku rasanya familiar dengan wajahnya” Jodha dan dokter Salima saling tersenyum “Memangnya bapak pernah ketemu Jodha dimana ?” dokter Salima terlihat penasaran “Aku memang tidak pernah bertemu dengannya dimanapun, namun auranya sepertinya mengatakan bahwa dia ini sepertinya sangat familiar buat aku dan ternyata benar kan ? Jodha istrinya Jalal” Jalal tersenyum sambil mengangguk anggukkan kepalanya “Kamu tau Salima, ayah Jalal ini Humayun adalah sahabat terbaikku”, “Waaah … Kalau begitu ini seperti reuni kecil ya buat bapak, bagaimana kalau kita makan siang bersama ? Mau kan, Jodha ?” Jodha melirik kearah Jalal, Jalal langsung menganggukkan kepalanya “Dengan senang hati dokter Salima”, “Heiii … Tapi mana ini jagoanku ? Dari tadi aku tidak melihatnya ?”, “Biasa, dia mungkin sibuk keliling hotel tapi ada Tasneem yang menjaganya, ayo kita ke dalam” akhirnya mereka berempat menikmati makan siang di hotel Lor Inn, hotel milik tuan Bairam Khan, suami dokter Salima. Cukup lama mereka bercengkrama khususnya Jalal dan tuan Bairam Khan yang seperti bernostalgia mengenang moment penting mereka dulu, setelah selesai menikmati makan siang dan beramah tamah dengan keluarga tuan Bairam Khan, Jalal dan Jodha berpamitan.
Sepanjang perjalanan menuju ke tempat parkir, Jalal terus bercerita tentang pengalamannya bersama tuan Bairam Khan dan ayahnya ketika dia masih kecil dulu, Jodha mendengarkan dengan seksama sambl melingkarkan lengannya dipinggang Jalal sedangkan Jalal merangkul bahu Jodha dan ketika mereka tiba di lobby hotel, tampak sekilas mereka melihat sosok Syarifudin diantara kerumunan banyak orang disana, namun saat itu Syarifudin tidak sendiri, dia terlihat merangkul mesra seorang perempuan yang jelas jelas itu bukanlah Bhaksi Bano “Jodha, kamu lihat, bukankah itu Syarifudin ? Tapi siapa perempuan yang bersamanya itu ? Ini tidak boleh dibiarkan, Jodha” saat itu Jalal sudah hendak mendekat ke arah Syarifudin namun Jodha segera menghentikannya “Jalal, jangan ! Jangan buat keributan disini, sayang … tidak enak kan dengan tuan Bairam Khan ? Lebih baik kita ikuti saja mereka” akhirnya Jalal menuruti ucapan Jodha, segera mereka menguntit Syarifudin dari belakang, saat itu Syarifudin rupanya juga menuju ke tempat parkir sambil merangkul mesra seorang gadis, Jalal segera mempercepat langkahnya sambil menggandeng lengan Jodha menuju ke mobilnya sendiri, amarahnya sudah sampai diubun ubun, Jalal tidak terima kalau adik iparnya berselingkuh seperti ini, sementara Jodha merasa khawatir dengan apa yang bakal terjadi nanti karena biasanya kalau Jalal sudah marah seperti ini, tidak ada yang bisa menghentikan amukannya. Secepat kilat Jalal meluncurkan mobil Jaguarnya menguntit mobil Syarifudin yang mulai melesat didepan, Jodha sesekali menahan nafas ketika Jalal mempercepat laju mobilnya “Sayang, tidak bisakah pelan sedikit ? Kamu ini sedang membawa ibu hamil, sayang”, “Tenang, jangan khawatir, sayang … I know what I’m doing” walaupun Jalal berusaha menenangkan Jodha namun berulangkali Jodha terus menahan nafasnya sepanjang perjalanan menguntit Syarifudin yang entah mau kemana…. Bila saatnya Tiba bag 41 by Sally Diandra