Bila Saatnya Tiba bag 46 by Sally Diandra. Keesokan harinya begitu matahari menyembul dari peraduannya, Jodha sudah terbangun, dilihatnya Jalal masih tertidur pulas disebelahnya, deburan ombak di pantai Maluk terdengar bagaikan nyanyian nina bobok yang mampu menyenyakkan tidur suaminya, apalagi berada jauh dari dunia luar, jauh dari segala macam kebisingan dan hiruk pikuk suasana kota, membuat Jodha merasa betah ditempat tersebut dan sebelum beranjak turun dari tempat tidurnya, diciumnya kening suaminya sambil berbisik “Happy anniversary sayang …”, “Happy anniversary too” Jalal menjawab bisikan Jodha, Jodha tersenyum melihat suaminya yang berkata kata sambil memejamkan matanya “Kamu sudah bangun ?” Jalal langsung membelalakan matanya dengan jenaka “Siapa yang bilang aku tidur ?” Jodha langsung mencubit pipi Jalal lalu bergeser hendak turun dari tempat tidur namun Jalal segera menyambar lengan Jodha “Kamu mau kemana, bentar dulu aku kan belum menyapa anak anakku” Jodha teringat kalau itu memang sudah menjadi kebiasaan Jalal sebelum tidur dan begitu bangun tidur, Jalal selalu mengajak berbicara anak anaknya yang ada didalam perut Jodha sambil mengusap usap perut Jodha, kadang mereka memberikan reaksi berupa tendangan atau sundulan siku tangannya, seperti pagi ini tiba tiba perut Jodha menegang, Jodha mengernyit kesakitan “Kenapa Jodha ?” Jalal langsung cemas melihat ekspesi muka Jodha yang menahan sakit “Nggak papa, biasa sedikit kencang, mungkin ruang gerak mereka sudah nggak cukup kali ya didalam, jadi saling berdesak desakkan” Jodha mencoba menenangkan dirinya sendiri “Tapi kamu nggak apa apa kan ?” Jodha hanya tersenyum sambil membelai wajah Jalal yang terlihat cemas “Aku nggak papa, sekarang aku mandi dulu yaa” Jalal menganggukkan kepalanya.
“Nanti malam, pesta yang seperti apa yang mau kalian buat ?” Jalal dan Jodha langsung berpandang pandangan begitu mendengar pertanyaan Sukaniya setelah mereka selesai menikmati sarapan pagi “Bagaimana kalau kita bakar ikan saja dipinggir pantai sambil ditemani api unggun, kamu setuju sayang ?” Jalal menanti jawaban dari Jodha “Aku kira itu ide yang bagus, boleh juga”, “Todar, kalau begitu ini tanggung jawab kamu, tolong katakan sama Tansen kalau kita butuh kayu kering untuk api unggun dan bilang juga ke koki kita kalau kita butuh ikan segar beberapa yang sudah diberi bumbu untuk kita bakar”, “Beres boss ! Lalu Mirza suruh ngapain boss ?”, “Kalau Mirza bagian nyiapin peralatan pembakarannya sama jadi tukang bakarnya, hahahahaha …” Jalal tertawa terbahak bahak sementara Mirza manyun didepan Jalal “Nanti aku bantu bakarin ikannya”, “Waaaah enaknya dapat bantuan segala” Todar Mal iri melihat kedekatan Mirza dan Sukaniya “Makanya cepet cari pasangan Todar, jangan jomblo terus ! Kalau ada pasangan kan enak, paling tidak dengan adanya istri menghindarkan kita dari perbuatan zinah !” Jodha dan Sukaniya hanya senyum senyum saja mendengarkan pembicaraan mereka “Memangnya Sukaniya mau jadi istrinya Mirza ? Kalau aku boss … Aku tuu penginnya seperti kamu, nikah dulu baru pacaran, kan seru seperti kalian”, “Iyaaa … Tapi harus bersabar, Todar … Apalagi kalau perempuannya jinak jinak merpati” Jalal tersenyum sambil melirik kearah Jodha, Jodha langsung memasang muka ketus. “Oke ! Kalau kalian sudah selesai dengan tugas kalian, aku tunggu dipantai yaaa … Aku mau surfing seharian, kamu sendiri mau ngapain istriku ?”, “Aku mau melihat suamiku menaklukkan ombak super suck” Jalal tersenyum “Oke, let’s go !”
Dari kejauhan disebuah gazebo yang beratapkan ijuk, Jodha dan Sukaniya yang saat itu mengenakan topi lebar yang dibelinya dari pedagang setempat dan kaca mata hitamnya tampak asyik menikmati kehebatan Jalal and the gank dalam berselancar, hanya Mirza saja yang belum begitu piawai dalam berselancar namun Jalal dan Todar berupaya untuk mengajarinya, tak lama kemudian Tansen datang menemui mereka “Ibu Jodha, semuanya sudah siap, yang untuk pesta nanti malam”, “Oke, terima kasih pak Tansen” ketika Tansen hendak pergi meninggalkan Jodha “Pak Tansen, kalau boleh aku tahu, siapa saja yang sering dibawa tuan Jalal kesini ? Maksudku apakah tuan Jalal sering mengajak teman teman perempuannya kesini ?”, “Tidak, ibu … Hanya anda dan dulu istrinya yang pertama, nyonya Rukayah” Sukaniya tau ada maksud apa dibalik pertanyaan Jodha “Disini ternyata banyak yang menyewakan selancar ya, pak … seperti di Bali”, “Iyaa, nona … memang kalau dibandingkan dengan obyek wisata pantai di Bali, pantai Maluk belum banyak dikunjungi oleh wisatawan, masih kalah populer dibandingkan dengan pantai Kuta maupun pantai Sanur, padahal dari segi pesona eksotisnya, pantai Maluk tidak kalah”, “Iyaaa betul, tapi aku lebih suka disini, belum begitu terjamah dan belum begitu ramai seperti Bali, apalagi pasirnya putih dan lembut”, “Disini juga ada penyewaan kano, kalau nona Sukaniya mau menyusuri teluk, bisa menyewa kano tersebut” Sukaniya tersenyum girang sambil melirik ke arah Jodha “Kalau kamu mau, kamu saja, aku nggak mau, perut udah besar gini, aku takut kalau kenapa kenapa”, Tapi kalau kak Jalal yang mengajak, pasti mau kan ?” Sukaniya mencoba menggoda Jodha, “Nggak juga !” ujar Jodha ketus “Eh kak lihat !” Jodha langsung menatap kearah pantai seperti yang ditunjuk oleh Sukaniya “Coba lihat, kak … Suamimu berfoto ria ama cewek cewek bule itu”, “Tuan Jalal memang sering jadi incaran cewek cewek bule disini untuk sekedar berfoto bersama”, “Itu hanya berfoto, Sukaniya … Tidak usah berlebihan”, “Iyaa tapi kamu panas juga kan melihat mereka ?”, “Lihat Mirza juga berfoto dengan cewek cewek bule itu, so ?” kali ini giliran Jodha yang menggoda adiknya, Sukaniya langsung cemberut “Laki laki emang gitu, Sukaniya … Manusiawi, iya kan pak Tansen ?” Tansen hanya tersenyum saja kemudian pamit untuk kembali menyelesaikan tugasnya.
Malam harinya, sesuai dengan keinginan Jalal, mereka menikmati ikan bakar ditemani nyala api unggun dibibir pantai, sederhana tapi begitu romantis. Setelah acara makan malam selesai, Jodha menyuruh Shamshad untuk mengambil hadiah yang sudah disiapkannya untuk Jalal “Sayang, seperti yang sudah aku janjikan kemarin, sekarang aku akan memberimu sebuah hadiah, mungkin kalau dilihat dari barangnya sih tidak seberapa tapi hadiah itu aku buat dengan tanganku sendiri, sejak aku hamil aku sudah mulai membuatnya untuk menghabiskan waktu luangku, aku harap kamu menyukainya” Jalal menatap haru kearah Jodha, tak lama kemudian Shamshad datang dengan sebuah bungkusan ditangannya dan diserahkannya ke Jodha “Aku harap hadiah ini bisa menghangatkanmu ketika kamu berpergian” Jodha menyodorkan hadiah yang ada ditangannya ke Jalal “Boleh, aku buka ?” Jodha mengangguk, sementara Todar, Mirza dan Sukaniya juga ikut penasaran dengan hadiah Jodha, tak lama kemudian ketika Jalal sudah membukanya dilihatnya sebuah topi rajut warna hijau lumut “Ini kamu buat sendiri ?” Jodha menganggukkan kepalanya, Jalal meraih tangan Jodha dan diciumnya lembut “Terima kasih sayang, topi ini bukan hanya sekedar menghangatkan kepalaku saja tapi juga seluruh tubuhku karena topi ini dibuat dengan penuh cinta” Jodha tersenyum, tiba tiba tetes hujan mulai berjatuhan satu per satu “Waaah, hujan ! Sebaiknya kita masuk kedalam saja, sepertinya akan turun hujan deras” Todar mengingatkan Jalal dan yang lainnya, Jalal segera menggandeng lengan Jodha masuk kedalam resortnya, sementara Todar dan Mirza bergegas mengemasi semua barang barang dibantu Sukaniya, Shamshad juga Tansen.
Begitu sampai didalam resortnya sendiri, Jalal segera menutup rapat rapat semua pintu dan jendela “Hujan besar akan segera turun, Jodha … Kamu kedinginan ?” Jodha mengangguk “Tangan dan kakiku dingin sekali, mungkin terlalu lama diluar tadi” Jalal segera menghampiri Jodha “Mari sini aku hangatkan, angin laut memang cepat membuat tubuh kita dingin” Jalal segera memeluk Jodha erat dari belakang diatas tempat tidur, diambilnya selimut lalu diselimutinya Jodha agar tubuhnya merasa hangat. Namun apa daya, wangi tubuh dan rambut Jodha yang tergerai panjang, membuat Jalal terlena, diciumnya lembut leher jenjang Jodha sehingga membuat Jodha sedikit menggelinjang, tak lama kemudian mereka berduapun bagaikan dimabuk asmara, Jodha benar benar menikmati semua sensasi sentuhan yang diberikan oleh Jalal, Jalal sendiri bagaikan singa yang kelaparan yang langsung melumat habis sekujur tubuh Jodha, malam itu mereka benar benar menikmati malam panas mereka meskipun Jodha sedang hamil besar.
Pagi itu sekitar pukul 2 pagi, hujan masih turun dengan deras dari langit, seakan akan air yang ditumpahkannya tidak pernah habis, Jodha terbangun dari tidurnya, entah mengapa tiba tiba dirasanya perutnya sakit dan sedikit menegang, ketika hendak bergeser dari tempat tidur, dirabanya tempat tidurnya basah, Jodha panik, bergegas Jodha turun dari tempat tidur dan menuju ke kamar mandi, dilihatnya celananya berdarah, perutnya kembali mengejang, Jodha teringat ucapan dokter Salima “Kalau kamu merasakan ketubanmu pecah dan adanya flek darah, itu berarti kamu akan segera melahirkan, segera cari bantuan medis !”, “Bantuan medis ? Tapi pagi ini hujan masih cukup deras” Jodha bergegas membangunkan Jalal sambil menahan sakit diperutnya “Sayang, bangun sayang … sayang” Jalal kaget ketika Jodha membangunkannya “Jodha ! Ada apa ?” Jalal cemas begitu dilihatnya Jodha duduk disebelahnya sambil memegangi perutnya dan menahan sakitnya “Kenapa Jodha ? Ada apa ?” Jalal benar benar panik “Sudah saatnya sayang, rasanya aku mau melahirkan” Jalal terkejut setengah mati “Melahirkan ? Bukankah perkiraanya masih lama ?”, “Tapi aku sudah kontraksi sayang, sakit sekali, mereka rasanya berebut ingin keluar”, “Oke oke … Kamu lebih baik tidur saja, aku akan cari bantuan” Jalal segera membaringkan Jodha kemudian dia berlalu keluar, dibangunkannya semua orang agar bisa segera mencari bantuan untuk menolong Jodha “Tapi jarak rumah sakit kesini sangat jauh, tuan … Mungkin waktunya tidak keburu kalau ibu Jodha mau melahirkan sekarang” Jalal benar benar panik “Lalu bagaimana ? Istriku mau melahirkan !” nada suara Jalal sedikit meninggi “Tenang, tenang Jalal … Pak Tansen adakah bidan atau dukun beranak yang biasanya menolong persalinan ?” Todar Mal berusaha menengahi “Ada, ada tuan … “, “Dimana ? Jauhkah ?”, “Tidak, dekat, tuan … sekitar 5 menit kerumahnya”, “Baik aku ikut kamu, Jalal aku akan jemput bidan itu” Jalal mengangguk sambil berjalan mondar mandir kebingungan, “Mirza, tolong kamu tetap telfon rumah sakit terdekat, untuk segera mengirimkan paramedisnya kesini ! Dan jangan lupa telfon dokter Salima, dokter kandungan Jodha, minta dia segera kesini, semua biaya aku yang tanggung ! Cepat !” Jalal benar benar panik, apalagi ketika masuk kembali kedalam resortnya dilihatnya Jodha masih mengerang kesakitan ditemani oleh Sukaniya dan Shamshad.
Tak lama kemudian, Tansen dan Todar datang dengan seorang perempuan tua dengan sanggulnya yang berwarna putih dari rambutnya yang beruban, sambil menggosok gosokkan kinang dimulutnya dia bertanya “Mana orangnya yang melahirkan ?” Jalal memperhatikan dari atas hingga kebawah, dirinya tidak percaya kalau ibu tua ini bisa menolong Jodha, dipanggilnya Tansen “Tansen, apakah dia biasa menolong orang melahirkan ?” Jalal sedikit berbisik agar si ibu tua tidak mendengar “Dia itu dukun beranak tuan, dia biasa menolong orang melahirkan, namanya Shagnui Bai” Tansen berusaha meyakinan majikannya “Kalau begitu antar dia kedalam” Tansen segera mengangguk dan mengajak si ibu tua masuk kedalam resort dimana Jodha terbaring, Jalal mengikutinya dibelakang. Shagnui Bai segera memeriksa perut Jodha “Anakmu kembar” Jodha mengangguk ke arah Shagnui Bai sambil menahan kesakitan “Siapkan air panas ! Dan beberapa handuk, bayinya sudah mau keluar !” bergegas Shamshad segera keluar, Sukaniya langsung menutup semua jendela dan pintu resort, sementara saat Jalal mau melangkah keluar resort, Jodha memanggilnya “Sayang, bisakah kamu temani aku ? Aku takut sekali, pegang tanganku sayang”, “Kamu suaminya kan ? Kamu boleh menunggui istrimu” tadinya Jalal ragu tapi begitu dilihatnya Jodha sangat membutuhkan dukungannya, Jalal langsung mendekati Jodha dan memegang tangannya, dirinya teringat dengan kelas senam ibu hamil yang diajarkan dokter Salima ketika persalinan tiba “Jodha, pegang tanganku erat erat, ambil nafas tahan hembuskan pelan pelan, huf huf huf huf … Seperti yang diajarkan oleh dokter Salima“ Jalal berusaha membimbing Jodha untuk mengatur nafasnya, Jodha menuruti semua perintah Jalal, sementara kembali kontraksi itu datang, Jodha mengerang kesakitan “Kalau saya beri aba aba untuk mendorong, anda dorong nyonya” Jodha mengangguk pelan. Jalal sangat terharu melihat Jodha yang berjuang antara hidup dan mati untuk melahirkan anaknya ditengah hujan deras dan petir yang menggelegar seperti ini, berkali kali Jalal dan Sukaniya menghapus peluh yang bercucuran diwajah Jodha, tak lama kemudian anak pertama merekapun lahir “Anak kalian laki laki” ujar Shagnui Bai sambil membersihkan bayi pertama, 15 menit kemudian Jodha kembali merasakan kontraksi yang kedua “Ini pasti saudaranya juga mau keluar, ikuti aba aba saya” Jalal masih menemani Jodha dengan setia sambil memegang tangan Jodha, tak lama kemudian bayi keduapun lahir “Waah… Selamat, nyonya … yang ini perempuan, bayi kalian kembar laki laki dan perempuan” Jalal dan Jodha saling berpandang pandangan bahagia, Jalal langsung mencium tangan Jodha “Terima kasih, sayang kamu telah melahirkan malaikat malaikat kecilku” Jalal mendaratkan ciumannya dikening Jodha, tepat pada saat itu dokter dan beberapa perawat dari rumah sakit terdekat sudah sampai diresort, mereka segera menyelesaikan pekerjaan yang tersisa. “Selamat boss ! Anak anakmu telah lahir”, “Terima kasih, Todar” Jalal membalas jabatan tangan Todar dan memeluknya erat, Jalal sangat bahagia sekali “Dokter Salima sedang dalam perjalanan, boss” Jalal mengangguk “Terima kasih, Mirza, jangan lupa siapkan penjemputan untuk dokter Salima”, “Ibu Hamida dan Bhaksi juga sedang dalam perjalanan, tadi begitu kami kabari mereka langsung mau kesini, mereka juga mau mengajak ibunya Jodha” Jalal langsung memeluk Mirza “Terima kasih, Mirza … Terima kasih atas bantuanmu, hari ini aku sangat bahagia sekali” Jalal sangat terharu dengan bantuan teman temannya yang langsung bergerak cepat menolong Jodha, tanpa mereka Jalal tidak tahu bagaimana Jodha nanti, tapi kali ini Jalal sudah sangat lega karena kedua anak kembarnya sudah lahir dengan selamat, Jodhapun selamat….. Bila Saatnya Tiba bag 47 by Sally Diandra.