Sinopsia Jodha Akbar episode 293 by Meysha Lestari. Perayaan akan segera di mulai. Hamida bertanya pada Salima, “Ratu Salima, kenapa Ratu Jodha berlum datang?” Salima menyahut, “dia dalam perjalanan kesini, ibu.” Lalu terdengar pengumuman kalau Jodha datang. Salima berkata, “itu dia.” Jodha memasuki aula bersama Moti dan pelayannya. Jodha terlihat sangat angggun dan cantik dalam baluta gaun Mughal. Dia melipat tangan di dada untuk memberi salam pada para ratu. Melihat Jodha, Jalal tersenyum lebar. Setelah memberi salam pada semua orang, Jodha memberis salam pada Jalal lalu duduk di sampingnya. Jalal terus menerus menatap Jodha dengan tatapan kagum dan penuh cinta. Adham, Sharifudin dan the gang juga hadir dalam perayaan itu. Hamida menghampiri Jodha dan memberkatinya dengan wajah berseri-seri. Pengawal mengumumkan kedatangan Ruqaiya. hamida membalikan badan menyambut Ruqaiya. Begiu pula yang lainnya, mereka menatap kearah Ruqaiya. Ruq terlihat sangat cantik dan segar. Jalal danJodha tersenyum menyambutnya.
Ruqaiya memberi salam pada Bharmal dan keluarganya, lalu melangkah mendekat Jodha dan Jalal. Dia juga memberi salam pada Hamida dan para Begum, pada Jalal dan terakhir pada Jodha. Pada Jodha Ruq berkata, “RayuJodha, kau akan melahirkan penerus kerajaan Mughal, akuingin mengucapkan selamat.” Jodha mengucapkan terima kasih dengan tulus. Hamida kemudian meminta agar ritual di mulai. Semua orang kembali ke tempat duduknya. Ruqaiya membalikan badan hendak pergi, tapi Jodha menahanya, “kau mau kemana, Ratu Ruqaiya? ~Ruqaiya membalikan badan~ Kau adalah istri tertua dan kepala harem, kau harus duduk bersama kami untuk ritual ini. Mari..” Jodha menghampiri Ruqaiya dan mendudukannya di samping kanan Jalal. Sementara dia sendiri yang semula duduk di samping kanan Jalal pindah ke samping kirinya. Ruq tersenyum bahagia. Semua yang hadir merasa kagum dengan kabikan hati Jodha.
Bharmal dan keluarga Amer berdiri menghampiri Jodha dan menyerahkan hadiah mereka. Jodha menerima hadiah-hadiah itu secara simbolis. Adham dan Sharifudin melihat semua itu dengan wajah tidak senang. Lalu acara pemberian hadiah pun di mulai. Salima menyerahkan hadiahnya. Jodha tersenyum, Jalal mengucapkan terima kasih. Ruq mencengkeram bajunya tapi bibirnya menyungingkan senyum.
Jalal menatap Jodha dan berkata, “Ratu Jodha, di hari yang bahagia ini, aku juga mau memberikan kau sesuatu. Katakan apa maumu? Aku akan berikan apapun. jadi apa yang kau inginkan?” Semua yang hadir menunggu jawaban Jodha. Tapi Jodha dengan rendah hati berkata, “pertama, aku ingin kau bertanya pada Ruqaiya apa yang dia inginkan. Dia juga berhak mendapatkan hadiah, karena dia juga akan menjadi ibu dari anak ini.” Ruqaiya tersenyum senang. Begitu pula Hamida dan para undangan. Jalal kagum dengan kebaikan hati Jodha, “kau sungguh perhatian sekali. Subhanallah…!” Kemudian Jalal menoleh kearah Ruqaiya, “Ratu Ruqaiya, apa yang kau inginkan?” Ruqaiya tersenyum, “Yang Mulia, aku tidak butuh apapun saat ini, tapi nanti aku akan meminta hadiahku” Jalal kembali menoleh ke arah Jodha dan berkata, “Ratu Jodha, kuharap kau akan suka hadiah yang akan kuberikan padamu.” Jodha tersenyum. Jalal mengumumkan di hadapan semua orang, “di hari bahagia ini, aku ingin berikan hadiah spesial untuk Jodha.” Lalu Jalal bertepuk tangan. Dua orang pelayan muncul. Jodha menatap penuh rasa ingin tahu. Sedangkan Ruq terlihat tidak senang apalagi saat Jalal mengulurkan tanganya untuk menggandeng Jodha. Keduanya menghampiri kedua pelayan tersebut. Jalal berkata, “kau dulu pernah bilang padaku..~Jalal membuka kain penutup nampan yang di bawah pelayan~ adalah pertanda buruk kalau mengayunkan ayunan yang kosong.” Jodha terpana bahagia melihat sebuah patung krisna dalam buaian yang indah yang berhiasan batu-batu permata, dia tersenyum senang. Jalal melanjutkan, “jadi aku berikan kau ayunan indah yang sudah tidak kosong lagi.” Ruq terpana tak suka. Salima, Nigaar dan para begum yang lain turut tersenyum senang.” Jodha melakukan sembah di depan patung krishna dengan wajah sumringah. Jodha berkata, “indah sekali. Ini hadiah terbaik yang pernah aku dapatkan. Terima kasih.” Jalal mengelus kepala Jodha dengan penuh kasih sayang, “jangan terima kasih dulu. Kau harus lihat hadiah utamamu.” Jalal menyuruh pelayan pergi dan bertepuk tangan. Setelah itu dia mengajak Jodha kembali ke tempat duduk.
Seorang penyanyi sambil memegang sebuah alat musik, menyanyikan lagu yang khusus di buat untuk Jodha. Lagu ini pernah di dengar Jalal beberpa waktu yang lalu ketika dia akan menikahi Jodha. Lagu itu berjudul, “Amer Ki Rajkumari Jodha”. Mendengar syair lagu yang memang di peruntukan untuk dirinya, Jodha tertegun tak percaya dan tersipu bahagia. Ruq terlihat iri dan tak suka. Adham dan Sharifudin, tersenyum sinis. Bharmal terlihat puas. Di luar benteng, rombongan Khaibar sudah tiba. Pawang turun dari kudanya dan mendekati kandang Khaibar.
Di istana, para penari menari sambil di iringi lagu tersebut. Semua terlihat bahagia dan menikmati hiburan itu sehingga tidak sadar kalau musuh siap menyerang. Pawang sudah membuka pintu kandang Khaibar. Sebelum khaibar keluar, Pawang memperingatkan, “Khaibar, jangan sampai kemarahanmu mengendalikan dirimu. Cium pakaian ini. ~Khaibar merebut pakaian dari tangan pawang~ pakaian ini di penuhi darah orang yang harus kau bunuh.” Khaibar mencium baju itu. Pawang berkata lagi, “khaibar, mulailah mencari dia. Kau harus bunuh dia.” Khaibar membuka topengnya dan mengaum keras. Pawang tersenyum. Khaibar keluar dari kandang dengan sebilah pedang panjang. Ketika dia menjejakkan kaki, tanah menjadi retak. Pawang tertawa pongah.
Prajurit mahachucak berusaha mendekati pintu gerbang sambil merayap. Prajurit Mughal sepertinya tidak menyadari kehadiran mereka. Secara serentak Prajurit mahachucak menyerang prajurit yang berjaga dan membunuh mereka semua. Setelah itu mereka melempar tali dan mulai memanjat dinding benteng.
Di istana, nyanyian dan tarian, masih berlangsung. Setelah lagu Amer ki Rajkumari Jodha berakhir, Jalal bertanya pada Jodha, “katakan padaku Ratu Jodha, apa kau suka hadiahmu?” Jodha tertawa senang, “sangat luar biasa. Terima kasih.” Jalal menyahut, “jangan terlalu cepat berterima kasih, masih ada banyak hadiah lain untukmu.” Jalal bertepuk tangan lagi. Kali ini terdengar suara Ramtanu. Jodha dan jalal saling berpandangan dan tersenyum. Ruq terlihat sedih dan iri karena merasa tersisih. Namun kemerduan suara Tansen membuat semua orang terlena. Termasuk Ruqaiya. Tapi ketika dia sadar, betapa Jalal tak henti-hentinya memandang dan tersenyum pada Jodha, Ruq kembali merasa tidak suka. Jodha pun terlena memdengar nyanyian tansen. Tanpa sadar dia dia mnepuk-nepukan tangan ke paha. Melihat itu, jalal segera menggenggam tangan Jodha membuat Jodha kaget dan tersipu malu. Ruq yang melihat itu membuang muka dengan kesal.
Di luar, di bawah derasnya hujan, Khaibar membobol pintu gerbang dan masuk ke istana. Prajurit yang menghadangnya semua di habisi dengan mudah. Khaibar mengendus-endus udara mencari bau yang mirip dengan bau di baju yang tadi di ciumnya. Prajurit Mahachucak ikut menyerdu ke dalam istana. Yang segera di hadang oleh prajurot Mughal. Pertarungan yang seimbang pun terjadi. Khaibar, seorang diri merangsek paling depan. Sekali mengayunkan pedang, beberapa prajurit mughal roboh bersimbah darah. Khaibar semakin dekat ke istana. Beberapa prajurit menahan Lhaibar dengan melemparkan sebuah balok kayu yang besar. Khaibar dengan mudah menangkap balok itu dan membuangnya. Prajurit mughal lari kocar kacir. Khaibar kembali mengendus-endus udara dan mengaum keras. Lalu dengan bersemangat melanjutkan langkahnya mendekati istana.
Di istana Tanse masih bernyanyi. para hadiri berisik memuji Tansen dalam keterpukauannya. Ketika lagu Tansen berakhir, semua yang hadir berdiri untuk memberi ucapan selamat dan pujian. Di luar istana, seorang kepala pasukan memerintahkan prajuritnya agar segera melaporkan situasi itu pada Atgah Khan. jalal dan Jodha mengangkat tangan untuk memberi ucapan selamat pada tansen. pada Jodha Jalal berkata, “Ratu Jodha, setiap kali tansen menyanyikan lagu ini, aku akan teringat padamu.” Jodha terharu, Ruqaiya yang turut mendengarkan meras airi. Jalal mengumkan, “mulai sekarang, Tansen akan tinggal bersama kita di Agra. Dia salah satu permata paling berharga di kerajaan Mughal.” Tanseng memberi hormat.
Acara masih berlangsung. Tapi kali ini, para wanita dan pria sudah terpisah. Jalal nerada bersama para pembesar kerajaan. Pelayan mengedarkan minuman. Seorang pengawal menghampiri Atgah dan memberitahu dia kalau istana di serang, “pasukan bertopeng dalam jumlah besar telah mengepung kita. Salah satu dari mereka sangat kuat. Dia telah membuat kekacauan.” Mendengar itu, tanpa buang waktu, Atgah segera memberitahu Jalal, “Yang Mulia, istana sedang di serang. Pemimpin mereka sepertinya sangat berbahaya.” Mendengar itu, Jalal dengan segera berdiri dan memanggil Bharmal dan Todar mal, menyuruh mereka membawa semua wanita dan anak-anak ketempat aman dan berpesan agar tidak seorangpun dari mereka boleh tahu tentang serangan ini. Jalal tak ingin mereka panik. pada Atgah, jalal menyuruhnya mengumpulkan semua prajurit, “kita harus bersiap hadapi musuh. Ikuti aku!” Jalal pergi diikuti atgah, maan singh dan yang lainnya. Sedangkan Bharmal dan Todar, pergi menemui para wanita dan meminta agar mereka mengikuti dia. Para wanita terlihat bingung dan ragu. Melihat itu Bharmal berkata, “tak perlu khawatir. Ikuti saja perintah kami. Ayo..” Meski penasaran, tapi para wanita tidak ada yang bertanya. Mereka semua mengikuti Bharmal dan Todar.
Jalal dan pasukannya bergegas keluar dari istana. Tapi di cegat Jodha, “yang mulia, ada apa?” tak ingin membuat Jodha cemas, Jalal pura-pura tertawa dan mengelus kepala Jodha, “tidak ada apa-apa, Ratu Jodha. SIlahkan lanjutkan. Aku akan segera kembali.” Jalal kemudian bergegas pergi di ikuti tatapan khawatir Jodha.
Dengan memakai baju perangnya, Jalal berlari keluar istana. Melihat pasukan musuh dia berkata, “mereka adalah pasukan Mahachucak.” Pangeran Amer saling pandang. Atgah berkata kalau Nigaar benar. Jalal dengan marah menyumpah, “mereka akan membayar atas semua yang sduah mereka lalukan. Ikuti aku!” Jalal menghadang khaibar di angori bagh. Melihat tubuh LKhaibar yang tinggi besar, Atgah kaget, “Ya khudda..apa itu? Dia seperti bukan manusia. ~Lhaibar mengeram sambil merenggangkan lenganya~ Aku pernah dengar rumor tentang makhluk semacam ini.Sepertinya rumor itu benar.” Di bandingkan dengan Jalal dan prajuritnya, Tubuh Khaibar tak ada yang menandingi.
Mendengar geraman Khaibar, para ratu lari ke balkon untuk melihatnya. Jalal maju menyerang Khaibar. Tapi dengan mudah Khaibar melempar Jalal kearah prajuritnya. Jodha terbelalak ngeri. Begitu pula para ratu yang lain. Tapi Jalal segera bangkit dan berdiri gagah. Todar Mal melemparkan sebilah pedang yang segera di tangkap oleh Jalal. Dengan cepat Jalal mengayunkan pedangnya dan berhasil mengores kakai Khaibar. Tapi sekali lagi Khaibar mendorong tubuh Jalal hingga terlempar jauh. Lalu Todar mal, Maan SIngh, Atgah dan yang lain-lain mengepung dan menyerang Khaibar, tapi rupanya Khaibar bukanlah lawan yang sebanding bagi para Ksatria Mughal, baiksecara berkelompok aapalgi jika perorangan. Jalal kembali menyerang Khaibar. Khaibar kembali menjatuhkan jalal. Melihat itu Jodha berteriak dan menarik tanganya dari tepi balkon untuk memegangi perutnya. Tangan Jodha terluka dan darahnya terkena dupatta. Bukan itu saja, tiba-tiba angin bertiup kencang menerbangkan dupatta Jodha dan jatuh menutupi wajah Khaibar. Melihat Jalal tergelatak di tanah, Jodha hendak menghanpirinya, tapi para ratu menahan memegangi tangannya. Jodha memohon, “aku harus kesana, Ratu Salima.” Salima dengan kahwatir melarang, “Tidak bisa, Jodha.” Khaibar menarik dupatta Jodha dari wajahnya dan mencoum darah Jodha yang terdapat pada duppata.
Kilas balik: Pawang memberitahu Mahachucak, “yang mulia, dia akan menjadi senjata rahasia kita. Di aakan mencium bau darah. Karena dia minum darah manusia. Kita bisa gunakan dia. Kilas balik berakhir.
Para parjuri tmughal mengambil tiang besardan melempatkannya ke arah khaibar. Khaibar menangkap tiang itu dan membuangnya ke arah jalal yang masih tergeletak di tanah. Melihat itu, para ksatria Mughal segera berlari menangkap tiang itu sehingga Jalal selamat. Jodha di liputin rasa khawatir. Dia menatap Khaibar yang saat itu sedang mencium dupatta Jodha membaui darahnya, lalu mengendus-endus udara. Jodha menyentuh kepalanya….. Sinopsia Jodha Akbar episode 294 by Meysha Lestari.