Sinopsis Jodha Akbar episode 291 by Meysha Lestari. Di marahi begitu rupa oleh Jalal, Jodha dengan berapi-api membela diri. Kata Jodha, “aku tak memberitahumu karena aku ingin melaksanakan tugasku sebagai ratu Mughal. Sebagai istrimu, aku berhak menyembunyikan kabar ini. AKu melakukan apa yang menurutku benar.aku tak memberitahumu tentang anak kita karena aku ingin melaksanakan tugasku sebagai istri mu. Sebagai istrimu, aku berhak menyembunyikan kabar ini. Aku melakukan apa yang menurutku benar, aku tak memberitahumu agar kau tak berubah pikiran untuk bertempur melawan adikmu. Jika kau tahu aku mengandung anakmu, maka kau akan menghentikan perang itu. Sebagai wanita rajput, aku ingin menjadi kekuatan mu, aku tidak ingin membuatmu lemah. Aku berasal dari budaya di mana wanita rela berkorban demi suaminya. Wanita rajput lebih mementingkan kepentingan suaminya. Prioritasku adalah kerajaan ini, itu sebab nya aku tak memberitahu mu. Aku ingin anak kita menjadi anak yang kuat untuk melindungi keluarga ini, aku tidak ingin dia menjadi orang yg suka lari dari masalah. Aku senang dia sudah mendapat pelajaran pertamanya bahkan sebelum dia lahir. Anak kita akan belajar menjadi pemberani dan melaksanakan kewajibannya. Aku ingin anak kita rela mengorbankan nyawanya untuk orang yg di cintainya.” Jalal masih menatap Jodha dengan tatapan emosi. Jodha kembali menjelaskan semuanya pada Jalal, kali ini dengan suara yang agak lembut, ” tabib memberitahu kehamilan ku sebelum kita pergi berperang. Bagaimana aku bisa menghentikan mu berperang untuk melindungi kerajaan ini dengan memberitahu mu kabar ini? Aku ingin memberitahu mu saat perang sudah berakhir, namun aku tidak pernah mendapatkan kesempatan.”
Masih dengan emosi yang membara, Jalal menyela, “apa kau fikir aku pengecut, Ratu Jodha? Kau fikir aku akan menghentikan perang karena kabar itu? Tidakkah kau mempercayaiku?” Jodha menyahut, “aku mempercayaimu, Yang Mulia. Tapi aku takut ketetapan hatimu akan melemah setelah aku memberitahumu kabar ini. Anak ini memberiku keberanian serta kebahagian karena akan menjadi seorang ibu. Aku ingin memberitahu mu soal anak ini di ruang dewan istana, saat kau duduk di singhasana. Tapi Nigaar datang. Dan hari ini, sebelum aku memberitahu mu….” Emosi Jalal mereda mendengar penjelasan Jodha. Dengan lembut dia menatap Jodha, lalu menarik kapala Jodha dan menempelkan keningnya di kening Jodha. Berbeapa saat sunyi sejenak, sebelum Jalal dengan lembut berkata, ” aku tidak marah pada mu, aku sangat mengkhawatirkan mu, aku mengkhawatirkan anak kita. Bagaimana jika terjadi sesuatu pada mu?” Jalal menatap Jodha penuh kasih. Jodha pun balas menatapanya, keduanya lalu berpelukan erat.
Di Kabul, Mahachucak, abu mali dan kronimya sedang melihat bagaimana pawang mengendalikan Khaibar, manusia raksasa yang buas. Pawang memperlakukan Khaibar laksana binatang buas. Dengan cemeti ditangan dia memberi perintah pada Khaibar untuk melakukan apa yang pawang inginkan. Mahachucak sangat senang melihat Khaibar dan berkata kalau orang seperti khaibarlah yang selama ini dia cari. Mahacgucak mempunyai pawang. Pawang menunjukan keahlian khaibar yang lain lagi, yaitu menemukan orang yang darahnya telah dia cium dan membunuhnya. Melihat itu Mahachucak bertemuk tangan gembira. Pawang kemudian menyuruh Khaibar masuk kembali ke kandanganya. Mahachucak berkata kalau sekarang adalah saat yang tepat untuk menguji kemampuan khaibar. Maham menyuruh pawang membawa Khaibar pergi ke Agra. Pawang berkat akalau mereka belum memiliki sample darah Jalal. Abu mali menyahut kalau dia tahu bagaimana mendapatkan darah Jalal. Mahachucak mengangguk puas.
Di Agra, di hadapan keluarga istana, Jalal mengumumkan kehamilan Jodha, “aku mengumpulkan kalian semua untuk memberitahukan kabar gembira. Akhirnya impian ku menjadi kenyataan, aku sudah sangat lama menunggu hal ini. ~Hamida tersenyum penasaran. Jalal menatap jodha dengan penuh cinta~ Ratu Jodha memberiku alasan untuk lebih mencintainya lagi.” Dengan satu tangan, Jalal merangkul pundak Jodha, dan tangan yang lain menggenggam jemarinya. Dengan tawa bahagia, Jalal menatap kerabatnya dan berkata, ” dengan senang hati aku beritahukan pada kalian, Ratu Jodha sedang mengandung. Dia akan segera melahirkan pewaris keraaan.” Hamida terkejut menjadi gembira, begitu pula Salima dan ratu-ratu yang lainnya. Hanya Maham Anga yang terlihat tidak bahagia. Hamida dengan rasa bahaggia yang berlimpah ruah mengangkat tanganya keatas untuk memanjatkan rasa syukur pada Tuhan YME. Hamida kemudian mendekati Jodha, lalu mencium keningnya. Hamida bahkan melepas kalungnya dan memakaikannya di leher Jodha. Salimapun tidak ketinggalan, dia memeluk Jodha dan mengucapkan selamat. Jalal melihat semua itu dengan senyum bahagia yang tidak pernag lepas dari bibirnya. pada kesempatan itu, jalal juga megumumkan kalau dirinya akan mengadakan perayaan untuk menyambut peristiwa yang membahagiakan itu. jalal berkata, “perayaan akan di langsungkan selama seminggu penuh, aku ingin kalian menyiapkannya.” Semua orang terlihat senang, sekali lagi hanya maham yang tidak suka mendengarnya. Dengan mesra Jalal menatap Jodha dan berkata, “kau telah memberi hadiah terbaik dalam hidupku, Ratu Jodha. Sebagai balasannya aku akan memberikan sesuatu yang tidak terlupakan.”
Narator berkata: “saat persiapan perayaan di mulai, pasukan Mahachucak perrgi menuju Agra bersama Khaibar dan penjaganya. Tujuannya adalah untuk membunuh Jalal.”
Khaibar di bawa ke agra dalam sebuah kndang yang sangat besar di kawal oleg beberapa prajurit Mahachucak. Dengan suara keras, si pawang menyemangati pasukannya untukmenghabisi musuh mereka.
Di Agra, satu persatu para kerabat memeluk Jodha dan megucapkan selamat. Gulbadan dan jiji anga bergantian memeluk jodha dan mengucapkan selamat. Maham menatap kejadian itu dengan rasa tidak suka. Dalam hati maham berkata, “ini tidak benar! Bagaimana ini bisa terjadi? Putri Rajput sebentar lagi akan menjadi Marium Uz Zamani? Ini tidak mungkin!”
Sementara itu, pasukan Mahachucak dan Khaibar masih dalam perjalanan menuju Agra.
Di kamarnya, Jodha ingin membuat karangan bunga, tapi Moti melarangnya. Moti mengambil nampan berisi bunga dari pangkuan Jodha. Tapi Jodha tidak mau memberikannya. Zakira datang dengan membawa dupa yang menyalah. Sambil keliling ruangan menyebarkan asap dupa Zakira meminta agar Jodha beristirahat. Mendengar itu Moti berkata, “Zakira benar, biarkan kami yang menyelesaikan karangan bunga itu.”
Jodha menolak, “hanya ini yang kulakukan seharian, aku akan merasa lemas jika tak beraktivitas.” Jodha memasang muka cemberut. Moti menyahut dengan sabar, “benar, jika yang mulia melihatmu bekerja dia akan menyalahkkanku. Berikan keranjangnya padaku!” Moti coba merampas keranjang bunga dari tangan Jodha. Jodha menariknya kembali sambil berkata, “Moti, kau tidak bisa memerintahku. Biarkan aku menyelesaikannya.”
Tiba-tiba Jalal datang, dengan nada sarkastik dia berkata, “percuma saja kau membujuknya, moti. Kau tahu dia keras kepala. Dia akan melakukan apa yangg menurutnya benar, meskipun menyakiti orang yg menyayanginya.” Mendengar sindiran Jalal, Jodha segera meletakan keranjang bunga dengan kesal. Lalu berdiri di depan Jalal dan dengan merajuk berkata, “baiklah, aku tidak akan melakukan apapun, berhentilah mencelaku!” Jalal dan Moti tersenyum mendengarnya. Dengan kesal, Jodha meninggalkan Jalal dan duduk di tepi tempat tidur sambil memasang wajah cemberut. Sambil tersenyum Jalal menghampiri Jodha dan duduk disampingnya, “jangan marah, aku hanya menggoda mu. Aku tidak bermaksud membuatmu kesal” Mendengar itu, Jodha tersenyum manja. Jalal melanjutkan, “aku bersyukur pada Tuhan, karena telah menjadikan ku seorang ayah.” Melihat kemesraan Jodha dan Jalal, Moti minta izin pergi. Tapi Jalal menahannya dengan berkata, “Moti, aku ingin kau merawat ratu jodha, apa kau sudah mengikuti petunjuk tabib?” Moti menyahut, “ya, Yang Mulia.” Jalal memberitahu Moti kalau dia yang bertanggung jawab jika terjadi sesuatu pada Jodha. Moti mengangguk, lalu mengambil keranjang bunga dan keluar dari kamar Jodha.
Jodha dan Jalal saling berpandangan dan tersenyum ketiika Hamida datang. Hamid abertanya, “bagaimana keadaan mu, jodha?” Jodha dan jalal segera berdiri menyambutnya danmemberi salam, “salam, ibu.” Hamida menyuruh Jodha duduk dan mengatakan maksud kedatangannya. Kata Hamida, “ini obat buatan sendiri, teman ku membuatkannya saat aku hamil dulu. Wanita biasanya sering pusing saat berada pada fase ini. Bubuk mangga ini akan membantu mengurangi rasa gelisahmu.” Jodha tersenyum, Jalal senang melihat perhatian Hamida. hamida berkata, “kau mungkin tidak akan menyukai rasanya, tapi aku belajar sesuatu dari mu. Niat mulia lebih berharga nilainya di banding hadiah itu sendiri.” Jodha menerima pemberian Hamida danmengucapkan terima kasih lalu meletakkannya di meja. Menantu dan mertua itu kemudian saling berpelukan. hamdia kemudian berpoamitan, “aku permisi dulu, aku harus membuat persiapan, aku juga harus mengundang keluargamu di amer.” Tanpa berkata apa-apa lagi, hamida kemudian bergegas pergi.
Jalal sambil tersenyum duduk kembali ke tepi tempat tidur sambil berkata, “ratu Jodha, bagaimmana kau melakukannya?” Jodha yang sedang mengambil bubuk manga menoleh ke arah Jalal dan bertanya, “apa maksudmu, yang mulia?” Jalal menjawab, “mengapa kau selalu di sayangi meski kau keras kepala?” Jodha meletakan kekmbali botol bubuk manga yang di pengangnya dan duduk di samping Jalal, “itu karena aku tidak terlalu keras kepala di bandingkan seseorang yg ada di istana ini.” Jalal bertanya, “apa maksudmu?” Jodha menyahut, “artinya, kau lebih keras kepala di bandingkan dengan ku.” Jaalal tersenyum, “jika kita keras kepala, bayangkan betapa keras kepala nya anak kita nanti.” Jodha membuat muka manja dan berkata, “anak ini memiliki hati yg baik, aku yakin dia akan mirip dengan ku.” Jalal berkata, “itulah yg ku ingin kan, jika kau melahirkan anak perempuan, aku ingin dia cantik, baik hati dan pemberani seperti mu.”Jodha ikut berkata, “jika anak ini laki-laki, aku ingin dia menjadi raja yangg adil dan pemberrani, seperrti dirimu.”
Di kamarnya, Nigaar sedang mendengarkan cerita Gulbadan tentang Chand Begum. Nigaar nampak terharu mendengar kisah tentang ibu nya. Gulbadan bercerita kalau Ratu Chand sangat suka menyaksikan permainan Caugham bahkan dulu dia sering memainkannya. Tiba-tiba Maham datang. Melihat Gulbadan bercerita, dia berkata dalam hati, “mengapa semuanya bertentangan dengan kehendakku, setiap kali aku ingin bicara dengan Nigaar, selalu ada orang di dekatnya.” Nigaar mmengucapkan terima kasih pada Gulbadan karena telah memberitahu dirinya tentang apa yang di sukai dan tidak di sukai ibunya. Nigaar berkata, “terakhir aku bertemu ibuku dia dalam keadaan yang menderita. Dia bahkan tidak mengenaliku. Sekarang aku tidak tahu di mana dia berada dan bagaimana keadaannya. Dia masih hidup atau sudah…” Nigaar tak sanggup melanjutkan kata-katanya. Gulbadan menghampiri Nigaar dan merangkulpundaknya. Gulbadan berkata, “jangan menangis Nigaar. Percayalah pada tuhan. AKu yakin Ratu Chan akanbaik-baik saja. Dan aku yakin, Jalal akan segera menemukannya. Jangan sampai hilang harapan.” maham yang mendengarkan kata-kata Gulbadan, segera menarik diri dan bersembunyi di belakang tirai. Pikir Maham, “aku tidak ingin ini terjadi. KAu tak ingin Jalall menemukan Chand Begum. Bagaimana jika Nigaar memberitahu Jalal kalau aku membantunya? Ya tuhan, aku takkan bisa kabur. AKu harus segera bicara dengan Nigaar secepat mungkin.” Tiba-tiba seorang pengawal muncul dan memberitahu Nigaar kalau Jalal menunggunya di Diwan e Khaas. Nigaar berkata kalau dia akan segera kesana menemuinya. Maham semakin khawatir, “aku yakin Jalal ingin bicara soal Ratu Chand. Jika Nigaar memberitahu Jalal, maka semuanya akan berantakan.
Di dalam kemah, mahachuchak menyuruh pawang khaibar segera bersiap menyerang jalal, karena ini adalah kesempatan yang tepat. Pawang menjawab kalau khaibar juga sudah siap menyerang. Dia hanya membutuhkan darah Jalal. Begitu khaibar mencum darah Jalal, dia baru akan berhenti jika Jalal sudah mati. Pelayan setia Mahachucak masuk sambil membawa pakaian Jalal saat di tawan oleh abu mali dulu. Abu mali masuk dan memberi salam pada Mahachucak. Mahachucak terlihat senang.
Di diwan e Khaas, di hadapan Nigaar, Jalal berkata, “Nigar, aku sedang berusaha mencari ratu chand. Petunjuk sekecil apapun akan membantu. Kapan dan dimana kau melihat ratu chand untuk terakhir kali? Setelah kau pergi, penjaga mencari ke semua tempat, tapi tidak ada petunjuk yg mengarah padanya.” Maham dan adham terlihat gelisah dan saling pandang. Nigaar memberitahu Jalal, “ini terjadi pada malam perayaan pernikahan mu dengan ratu jodha. Kau akan membagikan makanan pada para tahanan. ~Nigaar terbayang apa yang dilakukannya saat itu~ Aku bersembunyi di dalam tong, dan tong itu di bawa ke tempat di mana ibuku di tawan. Aku sangat marah setelah melihatnya, pikiran ibu ku sudah tidak waras karena penderitaan yg di alaminya. Dia bahkan tak bisa mengenaliku” Nigaar meneteskan air mata mengingat ibu nya. Jalal tertunduk sedih, “tenanglah, Nigaar. Aku berjanji akan menemukannya dan menghukum orag yang melakukan ini. Yang aku ingin tahu, siapa orang yang memberitahu mu jika aku menawan ratu chand?” Mendengar pertanyaan Jalal, Maham terlihat kaget dan cemas. Begitu pula Adham. Nigaar menjawab, “aku tahu kalau almarhum raja humayun meninggalkan pesan dan harta karun untukku. Aku di beritahu kalau kau tidak mau berbagi harta dan tahta ini dengan siapapun.” Jalal bertanya, “siapa yg mengatakan ini padamu?” Nigaar menjawab, “orang yang sama yang dulu pernah dekat denganmu.” Hamida dan Jodha menatap Nigaar dengan rasa ingin tahu dan was-was. Dengan penasaran Jalal berteriak, “Nigar, katakan siapa orang yg telah mengatakan kalau aku menawan ibu mu?”
Maham terbelalak ngeri, “astaga, ini yang kutakutkan. Rahasiaku akan terkuak.” dengan perlahan, Maham beringsut. Saat itu juga Nigaar mengangkat tanganya menunjuk Maham, “Maham Anga.” Jalal dengan kaget menoleh kearah Maham yang juga terlihat terkejut mendengar tuduhan Nigaar. Jodha menatap dengan rasa tak percaya. Hamida sampai berdiri dari duduknya. Maham anga hendak kabur, namun atgah dan beberapa menteri menghadang nya. Kata Athgah, “kau tidak akan bisa kabur, maham anga!” Maham menatap sekelilingnya dengan ketakutan. Jalal berdiri dari tahtanya dan berteriak dengan murka, “aku menganggapmu sebagai ibu ku! Kau yg paling kusayang dan kuhormati. Tapi kau selalu menyakiti ku. Kau telah membunuh Bhairam Khan. Kau menjebak Ratu Jodha, dan kali ini aku tak memberimu kesempatan. Perbuatanmu sangat memalukan, Hukuman mati pun tak akan cukup untuk mu. ATgah Khan, tahan dia! Dan biarkan dia membusuk di penjara selamanya!” Maham terngagah tak percaya dengan airmata meleleh di pipinya. Lalu sambil menangis, Maham berlutut, “tidak! Kumohon ampuni aku, Yang Mulia. Kumohon jangan lakukan ini. Aku adalah pengasuh mu, kau tahu aku lebih menyayangi mu di banding Adham Khan.” Jalal menyahut dengan nada getir, “tapi kau selalu menyakiti perasaanku. Aku malu pernah menganggap mu sebagai ibu ku.”
Mendengar kata-kata hinaan Jalal pada ibunya, Adham berteriak, “ibu! jangan memohon pada nya, dia telah melupakan pengorbanan yg telah ibu lakukan. Hari ini aku tidak akan mengampuni nya.” Adham menarik pedangnya dan mengacungkannya ke udara. Para menteri secara serentak juga menghunus pedangnya sambil mengepung Adham Khan. Jalal tidak mengubris Adham, dia manatap Maham dengan kesal dan kecewa… Sinopsis Jodha Akbar episode 292 by Meysha Lestari