Sinopsis Jodha Akbar episode 296 by Meysha Lestari. Jodha mencoba memahami kenapa Jalal marah padanya, “Ratu Jodha, perbuatanmu ini tidak bisa di maafkan. Kenapa kau menemui makhluk buas itu?” Dia coba membela diri, “Yang Mulia, kau tahu dia itu tidak jahat. Aku mendengar dia menjerit, karena itu aku pergi kesana. Sekarang ini bulan Ramadhan, kau tidak boleh menyiksa orang sembarangan dan…” Jalal memotong, “aku tidak tahu tentang penyiksaan itu, tapi aku tidak akan membiarkan kau pergi kesana.” Jodha mencoba meluluhkan hati Jalal, “mengapa kau menyiksa dia seperti itu? dia tidak pantas di perlakukan seperti itu.” Jalal berkata tegas, “kali ini aku tidak akan memaafkanmu, Ratu Jodha. Perbuatanmu itu membahayakan dirimu.” Jodha masih berusaha menjelaskan dengan setengah menangis, “aku tidak berbuat apa-apa, aku hanya ingin menolongnya.” Jalal melembut, “tapi setidaknya kau beritahu aku dulu. Ratu Ruqaiya, kau tangani dia.” Jalal hendak pergi, tiba-tiba Jodha mengerang kesakitan. Jalal terlihat panik, “ada apa?” Ruq melapor, “dia itu sedang berpuasa, kau tidak apa-apa?” Jalal seperti tak habis pikir, “aku tidak mengerti kenapa kau berpuasa, apa kau tidak perduli dengan bayi di kandunganmu?” Jalal lalau meminta Hamida dan Ruqaiya menjaga dan merawat Jodha.
Sepeninggal Jalal, hamida berkata, ‘kau tahu, Jalal tidak suka dengan perbuatanmu itu.” Hamida kemudian memanggil pelayan menyuruhnya mengantar Jodha ke kamar. Ruq dengan wajah pprihatin berpesan, “jaga dia, hati-hati.”
Jodha duduk setengah berbaring dikamarnya di temani Moti. Moti berkata, “Jodha, Yang Mulia marah padamu karena dia sangat perduli padamu. Ini, sebaiknya kau makan dulu, kau harus jaga kandunganmu.” Moti menyodorkan makanan. Jodha hanya melihatnya saja, Moti memaksa. Jodha dengan enggan memakan makanan itu. Moti coba menjelaskan, “Jodha, Yang Mulia dan ibu Ratu sangat sayang padamu, mereka tidak ingin terjadi apa-apa padamu.” Lalu moti meninggalkan Jodha sebentar lalu kembali duduk di samping Jodha dan memegang bahunya. Jodha menangis sedih, “Moti, aku telah menyakiti mereka semua, tapi aku melakukan apa yang benar. AKu melakukkan itu…” Moti menenangkan, “aku mengerti apa yang kau maksud, Jodha. Yang Mulia hanya perduli pada keselamatanmu, mereka tidak ingin terjadi apa-apa pada bayimu ini. Ayo ganti baju, lalu temui dia.” Jodha menolak, “aku tidak mau. Aku juga tidak mau bertemu dengannya. AKu ini sedang mengandung anaknya.” Moti membujuk, “suamimu itu sangat mencintaimu Jodha, dan sudah menjadi tugas istri untuk menjaga anaknya. Dan yang mulia itu, bukan hanya sayang padamu tapi juga sayang pada bayi yang kau kandung.” Jodha menatap Moti dengan tatapan tidak terima, “aku ini sedang hamil Moti, aku tidak mengerti kenapa dia memarahiku seperti itu.” Moti tersenyum, “itu karena Yang Mulia sangat mencintaimu. Tapi ku pikir kau pun sudah tau itu..” Moti kembali mengajak Jodha ganti baju. AKhirnya Jodha menurut pada pelayan setianya.
Hamida sedang duduk di tepi tempat tidur sambil termenung. Ruqaiya datang di iringi pelayan yang membawa nampan, “salam ibu, sekarang waktunya iftaar.” Ruq hendak mengambilkan sesuatu, tapi urung melihat Hamida tidak menyadari kehadirannya. Ruq lalu duduk di samping hamida dan membujuknya, “ibu, tidak baik jika kita melakukan Iftar dalam keadaan marah atau membenci seseroang. AKu tahu Rati Jodha itu kesayanganmu, tapi dia telah melanggar peraturaa, selain itu dia juga keras kepala. ~hamid amelirik Ruq dengan tatapan tidak suka tapi setuju dengan apa yang di ucapkannya~ Apa yang dia lakukan kali ini, tidak pantas di lakukan oleh seorang ratu. AKu tahu kenapa dia keras kepala seperti itu, ibu.” Ruq kemudian mengambilkan makanan untuk Hamida. Dalam hati hamida berkata, “aku tidak mengerti kenapa Jodha melakukan itu. Apa mungkin ini karena Jalal selalu memanjakan dia?”
Di luar jalal berjalan terseok-seok sambil berpikir, “seharusnya aku tidak memarahi Ratu Jodha. Pasti sekarang perasaanya sangat kacau. AKu harus menemuinya dan bicara padanya.” Jalal sampai di depan pintu kamar Jodha, pelayan menyambutnya, “salam Yang Mulia.” jalal bertanya, “dimana Ratu Jodha?” Pelayan menjawab, “Ratu Jodha sedang ada di ruangan mandi, Yang Mulia.” jalals egera menuju ruangan mandi kerajaan. Di dalam kamar mandi itu ada siluet tubuh seseorang sedang berendam sambil bermain air, rambutnya panjang terurai. DIa duduk membelakangi pintu kamar mandi. Jalal masuk dan tersenyum melihatnya.
Jodha dan Moti beriringan masuk kemaranya. Moti berkata, ” aku yakin kau akan merasa lebih tenang jika Yang Mulia datang.” Jodha ragu-ragu, “tidak, Moti. Aku sedang tidak ingin bertemu Yang Mulia.” Jodha duduk didepan cermin, Moti membantunya berdandan sambil tetap berusaha membujuk Jodha perihal Jalal. Moti memasangkan kalung ke leher Jodha, Jodha membantunya. Ketika Moti hendak mengaitkan ujung kalung, kalung itu putus talinya dan mutiaranya jatuh berhamburan. Jodha tercengang kaget, begitu pula moti. Jodha dengan panik berkata, “Moti, ini sebuah pertanda, sesuatu yang buruk akan terjadi..” Moti menenangkan, “jangan khawatir Jodha, ini hanya kebetulan saja.” Jodha masih panik, “aku yakin ini suatu pertanda, aku takut hal buruk akan terjadi.” Moti menggeleng, “tidak Jodha.” Jodha menatap butiran mutiiara yang telepas dari talinya.
DI kamar mandi kerajaan, jalal terpikirkan sesuatu, sambil tersenyum nakal dia membuka bajunya, lalau masuk kedalam bak mandi dan memeluk wanita itu dari belakang sambil berkata, “aku sangat mencintaimu, Ratu Jodha.” Wanita yang dipeluk Jalal terlihat salah tingkah.
Moti sedang membenahi rambut Jodha ketika pelayan datang memberitahujodha kalau Jalald atang saat dia sedang mandi dan sekarang dia sedang mencarinyake kamar mandi. Tanpa membuang waktu, Jodha segera menyusul Jalal ke kamar mandi.
Di kamar mandi, Jalal membalikan tubuh wanita yang dipeluknya dan berkata, “aku tidak akan pernah menyakitimu…” tapi saat Jalal melihat kalau wanita itu bukan Jodha, dia tertegun. Wanita itu menatap Jalal dengan tatapan yang sulit di artikan. Keduanya sedang saling tatap. Si wanita terlihat salah tingkah, jalal bertanya, “kau siapa? kenapa kau bisa ada disini?” Jalal sedang menyentuh pundak wanita itu ketika Jodha datang. Jalal menoleh dengan kaget. SIwanita segera berpaling. Jodha yang datang sambil tertawa tiba-tiba kehilangan tawanya ketika melihat jalal bersama wanita lain dalam bak mandi. Jodha segera membuang muka, “sebaiknya aku kembali lagi nanti, Yang mulia. Maaf aku menggangumu. Permisi.” Jalal terlihat bingung, bibirnya ingin mengatakan sesuatu. Jodha membalikan bandan dengan cepat hingga hampir terpeleset. Jalal berteriak, “tunggu, Ratu Jodha.” Dengan cepat jalal meloncat keluar dari bak mandi, meraih jubahnya dan menghampiri Jodha. Sambil mengenakan jubah nya Jalal berkata, “Ratu Jodha, tidak seperti yang kau bayangkan, aku mengira dia itu adalah kau.” pada wanita itu jalal berteriak, “hei kau, kemari. katakan siapa dirimu?” Dengan terbata-bata wanita itu menjawab, “yang Mulia, bajuku kotor jadi aku datang kesini untuk membersihkan diri. AKu tidak tahu jika itu kau…” lalau dengan ketakutan, wanita itu melarikan diri. Jalal menatap Jodha dengan cemas, “kau dengar itu ratu Jodha? AKu tidak tahu…” Jodha menyelas, “sudahlah. Kau kaisar, kau bisa melakukan apapun yang kau inginkan…”Jalal menjelaskan, “dengar Ratu Jodha, aku sangat mencintaimu, aku tidak akan berkhianat. Ini hanya salah paham saja..” Jodha menjawab untuk melegakan perasaan Jalal, “ya.” Jalal kemudian memeluk Jodha, tapi pikirannya entah kemana. begitu pula Jodha, dia sepertinya merasa tidak nyaman di peluk Jalal. Jalal teringat lagi adengan yang baru saja terjadi di dalam bak mandi bersama wanita yang tak dikenalnya.
Wanita itu berlari menyelamtakan diri dengan pakaian basahan mandinya dan wajah tertutup dupatta. Setelah di rasa aman, dia berhenti dan menoleh ke belakang. Dengan wajah cemas, wanita itu berkata dalam hati, “yang Mulia berpikir kalau aku adalah RatuJodha. Ya Allah…” Wanita itu kemudian melanjutkan larinya.
Seorang wanita bercadar sedang memporakporandakan sebuah kamar. Isi bantal beterbangan seisi ruangan. Tirai tercabik-cabik. Tapi dengan gigih dan lihai, si wanita itu tetap menyabetkan pedangnya ke sana sini. Sangkit kuat tenaganya, guci keramik sampai pecah berhamburan terkena sabetan pedangnya. Dari arah belakang wanita bercadar itu, muncul wanita lain dengan kain terentang di tangan. Dia berjalan mengendap-endap dan memberangus si wanita bercadar dengan kain yang di bawahnya sambil berteriak, “pencuri..pencuri, aku menangkapnya. Maham anga, ada pencuri..pencuri..pencuri…” itu adalah suara Resham. lalu terdengar suara lain yang adalah suara khas Javeda, “Resham Khan, lepaskan.” Javeda memberontak dari cengkeramam Resham. Setelah bebas dia membuka cadarnya dan menodongkan pedang kearah Resham, “Ini aku, Javeda.” Resham terbelalak tak percaya, “Ya Allah, ternyata kau javeda, kenapa kau berpakaian seperti itu? dankenapa kau sepahkan kamar ini? Maham anga pasti akan marah melihatmu melakukan ini.” javeda tanpa rasa bersalah menjawab, “Maham anga tidak akan marah. Aku sedang berlatih agar bisa seperti ratu Jodha. Sehingga bukan hanya ratuJodha yang mahir berpedang, tapi aku juga bisa.” Javeda menodongkan pedangnya. Resham menjatuhkan diri, “jangan Javeda, aku tidak mau mati.” Javeda berkata, “lain kali kau jangan ganggu jika aku sedang latihan. Pergi dari sini, atau kau akan merasakan pedangku ini.” Javeda meneruskan latihannya. Resham pergi dengan kesal.
Jalal berjalan hilir mudik di kamarnya sambil berpikir keras. Jalal terlihat kanvas, lalu dia melukis sesuatu di ata kanvas itu. Setelah selesai, jalal terlihat kaget, karena lukisan yang di butanya bukanlah lukisan Jodha, tapi lukisan wanita yang di yemuinya di kamar mandi kerajaan. Ketika Jalal tertegun memandangi lukisan, Jodha datang, “Yang Mulia? Salam…” Jalal menyambut Jodha dan menatapnya, “Ratu Jodha, kenapa kau kesini? Kau seharusnya istirahat?” Jodha menyahut, ‘aku kesini ingin meminta maaf atas perbuatanku, aku telah menyakitimu dan ibu.” Dengan kaku, Jalal menjawab, “aku juga minta maaf karena telah memarahimu, sebaiknya kau istirahat saja. Tapi ratu Jodha, aku minta jangan ulangi lagi perbuatanu itu. Karena itu bisa membahayakan keselamatanmu dan…” Jodha menjelaskan, “tapi yang Mulia, aku hanya ingin menolongnya. Aku tidak akan mengulanginya lagi. Sekarang aku akan menemui ibu untuk minta maaf.” Sambil tersenyum senang, Jodha berpamitan. tapi sebelum melangkah pergi, matanya terlihat lukisan yang dibuat Jalal. Jodha bertanya, “siapa dia? cantik sekali.” Jalal ikut menatap lukisannya. Jodha mendekat, mengamati lukisan itu dan merasa aneh, “cantik sekali. Siapa dia? Kenapa kau melukisnya?” Jalal menjawab, “dia adalah perempuan yang ada di kamar mandi itu.” Jodha menatap jalal dengan sedikit rasa cemburu, “dia perempuan yang sama yang ada di kamar mandi? Cantik sekali.” lalu dengan sedikit jengah, Jodha berpamitan lagi. Jalal mengantarnya dengan ucapan selamat malam. Sekali lagi Jodha melirik lukisan itu dengan rasa tak suka. Sepeninggal Jodha, jalal kembali memandangi lukisn itu. sampai-sampai adegan di kamar mandi dengan wanita dalam lukisan itu kembali terbayang di benaknya. jalalbertanya-tanya, “siapa dia? kenapa dia ada disana? Aku harus mencari tahu siapa kau sebenarnya!” Ruqaiya mengunjungi Jalal dan memuji lukisannya, “subhanallah, siapa perempuan yang kau lukis ini, Jalal?” jalal kaget dan menoleh kearah Ruqaiya, “itu kau, Ruqaiya.” Ruq menghampiri Jalal, “ini aneh sekali. Raja jalaluddin Muhammad Akbar kaget mendengar suaraku, apa ada yang kau sembunyikan?” Jalal menjawab, “Ruqaiya, tidak ada yang aku sembunyikan darimu, kau itu sangat tahu apa yang terjadi dalam kehidupanku.” Ruq tertawa senang, “kau benar sekali.” lalu Ruq menatap lukisan Jalal, “dan lagiJalal, aku ini teman kecilmu, tentu aku tahu siapa wanita di lukisan ini, sebaiknya kita bermain catur saja, kau mau?” jalal setuju. Ruq memanggil pelayan menyuruh mereka membawakan papan catur. Jalal masih menatap wanita dalam lukisan dengan rasa penasaran.
Keesokan pagi di ruang sidang, Todar Mal memberitahu Jalal, “Yang Mulia, ada beberapa orang yang datang ke Agra. AKu curiga mereka adalah utusan Mahchucak dari kabul.” Jalal memperingatkan Atgah, “kita tidak boleh percaya kepada siapapun Atgah Khan.” Atgah menyahut, “ya, yang Mulia. Kau akan memeriksa mereka.” Atgah setuju dengan tindakan Atgah. Todar Mal menyuruh pengawal membawa oranng-orang itu menghadap Jalal. Para pengungsi itupun datang kehadapan jalal, mereka memberi salam. jalal bertanya, “siapa kalian?” Salah satu dari mereka menjawab, “aku hanya ingin tinggal di sini Yang Mulia.” Yang lain menimpali, “aku mohon, terimalah aku di kerajaanmu, kami bukan orang jahat.” Jalal menegaskan, “kalau kalian ingin tinggal di kerajaan Mughal, kalian harus mengikuti peraturan di sini.” Tiba-tiba angin menerbangkan dupatta salah satu pegungsi wanita. Jalal terpana melihat wanita itu, karena dia adalah wanita yang di temuinya di kamar mandi. Wanita itu juga sedang menatap jalal. Keduanya saling berpandangan. Pria di samping wanita itu terlihat tidak suka dan menegur wanita di sebelahnya, “pakai kembali dupattamu. Kau harus menghormati Yang Mulia.” Si wanita menajwab, “tapi aku tidak sengaja.” Lalu terjadi perdebatan kecil diantara mereka sampai Atgah mendekat untuk melihat surat identitas mereka dan memeriksa barang-barangnya. jalal memuji ATgah, “bagus Atgah khan. Kau harus memeriksa mereka. AKutidak percaya pada pendatang baru. Aku akan terus mengawasi mereka.” Mata jalal terus tertuju pada wanita itu. Ruq melihatnya. Jalal melangkah mendekati rombongan pengungsi agar bisa mengawasi wanita itu dari dekat, sambil berkata, “kalau kalian ingin tinggal di agra, kalian harus setia kepada kerajaan dan mengikuti peraturannya.” Pria yang tadi berdebat dengan si wanita menjawab, “Yang Mulia, kami berjanji akan setia pada kerajaan ini.” Jalal mengangguk dan menyuruh Todar mal memeriksa barang-barang bawaan mereka. pemeriksaan pundi mulai. Jalal terus menatap wanita yang di kamar mandi dengan tatapan meneliti dan rasa penasaran. Tiba-tiba muncul Ruqaiya dengan wajah di tutupi cadar berdiri di belakang jalal. Ruq menatap Jalal dan wanita itu secara bergantian…. Sinopsis Jodha Akbar episode 297 by Meysha Lestari.