Sinopsis Jodha Akbar episode 298 by Meysha Lestari. Jodha menatap kain yang ada di tanganya dengan rasa ingin tahu. Tapi salima keburu datang. Dengan cepat Jodha menyembunyikan kain itu. Salima berkata, ‘terima kasih sudah menjaga rahim. Apa dia merepotkanmu, ratu Jodha?” Jodah tersenyum, “tidak ratu Salima. Bahkan Rahim meminjamkan mainannya padaku. Dia itu anak yang luar biasa.” Salima setuju dengan pendapat Jodha. Salima menyuruh Jodha istirahat setelah letih menjaga rahim. Jodha mengangguk lalau pergi meninggalkan ibu dan anak itu.
Jodh sedang berjalan keluar kamar ketika Moti memanggil dan memberitahu kalau Khaibar berteriak lagi, “dia pasti sedang di siksa.” Jodha kaget, “apa? Benarkah?” Moti mengangguk. Jodha bergegas meninggalkan Moti. Moti memanggilnya, ‘kau mau kemana, Jodha?” Jodha menyahut, “aku harus menemuinya, aku tahu ini adalah perintah raja untuk menyiksanya. Tapi ini sangat tidak pantas. AKu harus menemuinya.” Jodha segera bergegas pergi di ikuti Moti.
Dalam istana, jalal sedang berjalan bersama Atgah Khan, mendiskusikan sesuatu, “aku sangat suka Atgah Khan, persekutuan ini sangat bagus untuk kerajaan Mughal.” Atgah menyahut, “kau benar, Yang Mulia. AKu yakin perdamaian ini akan sangat bagus untuk kerajaan kita.” Saat melewati sangar Tansen, Jalal melihat Tansen dan Atifa sedang latihan nyanyi. Jalal menatap atifa terpesona. Jalal kemudian menyuruh ATgah menunggu, dia akan menemui Atifa sebentar saja. Atgah menatap Jalal dengan keheranan.
Jalal masuk kedalam sangar. Latihan segera berhenti. Tansen dan atifa berdiri memberi hormat. Jalal menghampiri Atifa, “luar biasa. Bahkan saat latihan saja suaranya begitu merdu. Aku tidak pernah menyangka jika kau melatihnya dengan baik. ~Jalal menatap Atifa dan berkata khusus padanya~ Istana ini begitu indah dengan adanya suara merdu sepertimu. Aku sudah tidak sabar melihat penampilanmu lagi.” Atifa menyahut, “terima kasih Yang Mulia.” Jalal merayu, “aku sangat ingin mendengar suara merdumu lagi. AKu senang kau menajdi bagian dari musiknya Tansen.”
Suami Atifa datang menemui Atgah untuk menyerahkan dokumennya. Dia melihat perhatian Jalal pada istrinya dan merasa cemburu. Jalal menyuruh Atifa kembali berlatih untuk penampilan mereka berikutnya lalu pergi. Atagah memeriksa dokumen yang di abwah suami Atifa lalu menyuruh nya menyerahkan surat-surat itu pada Todar Mal sekarang juga. Ketika Jalal tiba di depan Atgah, suami Atifa sudah pergi. Jalal bertanya pada atgah tentang suami Atifa. Atgah memberitahu segalanya yang dia ketahui tentang Suami Atifa yang kasar dan suka menyiksa Atifa. jalal kaget, “apa? Ini tidak adil. Dia tidak boleh memperlakukan wanita seperti itu.” Atgah meminta Jalal agar tidak ikut campururusan rumah tangga Atifa. Tapi Jalal seperti tidak terima, “ini tidak adil, Atgah. hal seperti ini tidak pantas di lakukan seorang laki-laki.” jalal kemudian meminta Atgah mengawasi suami atifa dan melapor padanya saat dia menyakiti Atifa lagi. Atgah tidak bisa membantah. Jalalmegajak Atgah pergi.
Di penjara, Pawang sedang menyiksa Khaibar. Jodha datang sambil berlari-lari kecil sambil berteriak marah, “hentikan!” Khaibar dan pawang sama-sama terkejut melihat mendengar teriakan Jodha. Jodha memarahi pawang, “berani-beraninya kau melakukan ini.” Pawang berbohong, “tapi ini perintah Yang Mulia…” Jodha menyela dengan marah, “ini adalah perintah. Jika kau melakukannya lagi, aku akan menghukummu. Pergi dari sini.” Jodha dan Khaibar saling berpandangan. Pawang melihat itu secara sembunyi-sembunyi. Jodha mengancam pawang, “jika kau berani melakkan ini, aku pastikan kau akan di hukum Yang Mulia. Mengerti?” Pawang meminta maaf. Jodha menatap Khaibar sekali lagi, lalu hendak pergi meninggalkan penjara tapi Jalal sudah berdiri menghadang di depannya dengan wajah marah. Jodha coba menjelaskan. Tapi Jalal mengangkat tangan, menyuruh Jodha diam. Lalu dengan nada menganndung amarah, Jalal menyuruh semua orang bubar. Hanya tinggal dirinya, Jodha dan Khaibar. Jalal menutup pintu penjara Khaibar. Khaibar menggeram marah. Jalal menghampiri Jodha dan berkata, “aku sangat mencintaimu, ratu Jodha. Tapi kenapa kau memanfaatkan cintaku? Kenapa kau tidak menuruti perintahku? Kenapa kau menemuinya lagi? Apa kau tidak tahu tugas seorang istri? kau sudah memanfaatkan kebaikanku.” Jodha menyahut, “Yang Mulia, dia itu tidak pantas untuk di siksa, dia itu juga manusia. Dia itu tidak pantas di siksa.” Jalal membentak, “bukan kau yang memutuskan itu, ratu Jodha. Kau adalah istriku. Kau harus ikuti semua apa yang aku perintahkan. Aku tidak menyangka kau sudah memanfaatkan cintaku. Andai aku tidak punya hati seperti dulu, aku pasti akan menghukummu. Ratu Jodha, kau hanya memanfaatkan cintaku untuk mendapatkan apa yang kau inginkan.” Jodha membela diri, “tapi yang Mulia…” Jalal memotong cepat, “cukup, Ratu Jodha. Aku tidak ingin mendengar alasan-alasanmu lagi. Ini kedua kalinya kau tidak menuruti perintahku. AKu tidak tahu, untuk apa kau datang kesini. Ayo kita pergi.” Jalal beranjak pergi, di ikuti Jodha. Khaibar menatap kepergian Jodha dengan tatapan tidak suka.
Jodha duduk termenung di kamarnya. Dalam hati dia berkata, “kenapa Yang Mulia tidak mau mengerti dengan sikapku ini. Kenapa dia terus menerus memarahiku? Dia bilang dia cinta padaku, tapi dia tidak mau mengerti. padahal aku ini istrinya, bukan pelayannya.” Jodha terlihat kesal. Dia meraba punggungnya dan menemukan kain dari boneka gajah yang tadi diselipkan di pinggangnya. Jodha membuka kain dengan rasa penasaran. Ternyata kain itu adalah sebuah surat. Jodha membacanya dengan seksama. Surat itu berasal dari Rajkumari yang akan di jodohkan dengan Aziz putra Atgah. Pada Jodha si putri mengatakan kalau dirinya tidak bersedia di jodohkan dengan Aziz dan meminta bantuan Jodha. Dia meminta Jodha membalas suratnya dan memerikannya pada penjual mainan yang sama. Setelah membaca surat itu Jodha berniat untuk membantu, tapi dia ingat kata-kata jalal yang menuduh Jodha memanfaatkan rasa cintanya.
Jalal datang ke kamar Ruqaiya sambil marah-marah. Dia menendang barang yang ada di kamar itu. Ruqaiya kaget dan menegurnya, “ada apa jalal? Kenapa kau marah-marah?” Jalal dengan marah berkata, “aku tidak mengerti, kenapa dia tidak mau menuruti aku?” Ruq bertanya, “jalal, siapa yang kau bicarakan?” Jalal berteriak, “apa Ratu Jodha tidak bisa mengerti, jika sekarang dia harus menjaga kehidupan dua orang? Dia selalu melanggar perintahku dan membahayakan dirinya sendiri.” Ruq mendudukan Jalal di tepi tempat tidur, “Jalal, duduklah. Tenangkan dirimu.” Jalal menyahut, “bagaimana aku bisa tenang, ratu Ruqaiya?” Ruq menghiburnya, “Jalal, aku mengerti perasaanmu. Aku bisa memahaminya.” lalu Ruq mengambilkan menuang minuman kedalam gelas dan memberikannya pada jalal, “ini minumlah.” Jalal bertanya, “apa ini?” Ruq menjawab, “ini tidak beracun. Ini akan bisa menenangkan dirimu. Minumlah.” jalal meminumnya sekali teguk. Melihat itu Ruq tersenyum licik.
Atifa sedang bercermin sambil tersenyum-senyum ketika suaminya datang. Dengan kasar, suami atifa bertanya, “kenapa kau ada di sini?” Atifa bertanya, “apa maksudmu?” Suami atifa kesal, “ada apa antara kau dan Yang Mulia?” ATifa menjawab, “tidak ada apa-apa.” Suami atifa tidak percaya, “bohong! aku melihat Yang Mulia sangat tertarik padamu. Atifa, kau harus ingat siapa dirimu.” ATifa menjelaskan kalau Jalal hanya menghormatinya saja, karena dia sangat menghormati wanita. Suami Atifa tidak terima, “diam! Aku minta kau pergi dari sini segera!” Atifa membantah, “aku tidak akan pergi dari sini. Aku inginbercerai ddenganmu.” Suami Atifa kaget, “bercerai? Kenapa kau ingin bercerai?” Atifa menjawab, ‘agar aku bebas dari siksaanmu. AKu sudah tidak tahan denganmu.” Si suami tidak terima dan kembali memukuli Atifa. Hingga dia tergeletak di lantai.
Ruq sedang menunggui Jalal yang tertidur di kamarnya. Pelayan datang memberitahu ingin bertemu. Ruq menjawab kalau jalal sedang istirahat. Pelayan menjawab kalau dia hanya ingin menyampaikan kabar pada Yang Mulia. Mendengar ribut-ribut Jalal terbangun dan bertanya, “kabar apa?” Pelayan memberitahu kalau suami atifa menyiksanya lagi.” Di lain tempat, ATgah juga mendapat kabar yang sama. Atgah segera bergegas hendak melapor pada jalal. Tapi Jalal sudah lebih dulu mendatangi kamar ATifa. Jalal melihat Atifa tergeletak di lantai sambil menangis. Jalal membantunya berdiri, “ada apa? Duduklah, apa kau baik-baik saja?” jalalmendudukan Atifa di sofa, lalu dengan penuh perhatianbertanya, “ada apa?” Atgah melihat semua itu dengan rasa kaget campur heran. Atifa menjawa, “tidak ada apa-apa!” Jalal berkata, “aku tahu suamimu telah menyakitimu lagi. Apa yang dia lakukan?” Atifa menangis tersedu-sedu. Melihat perhatian Jalal pada Atifa, Atgah berkata, “Ya Tuhan, Yang Mulia telah melakukan dosa besar. Dia akan kehilangan mahkotanya. Dia telah menyentuh istri orang lain.” Atgah terlihat prihatin. yang di prihantinkan malah semakin perhatian pada Atifa. Jalal bahkan sampai ingin melihat luka di tangannya. Untuk mengalihkan perhatian jalal, Atgah menyapanya, “salam, Yang Mulia.” Jalal terkaget. Begitu pula Atifa. Jalal segera menjauhi Atifa. Atifa panik dan cepat-cepat berdiri sambil menutup wajahnya dengan kerundung. Jalal yang melihat kepanikan Atifa segera mengusir Atgah. Atgah malah meminta jalal pergi dari tempat itu dan biar dia yang menanganinya. Jalal menuruti nasehat Atgah. Tapi sebelum pergi Jalal menyempatkan diri menatap Atifa lagi.
Esok harinya, jalal sedang mengasah pedang, ketika Atgah menemuinya, “Salam yang Mulia. Apa yang sedang anda rencanakan?” Jalal memberitahu Atgah kalau dirinya akan pergi berburu, “aku ingin menghabisakan waktuku untuk berburu. Dengan begitu aku bisa merasa tenang….” Atgah sangat setuju, dia akan segera membuat persiapannya. Atgah bertanya apakah Jalal akan mengajak Jodha? Jalal menjawab kalau dia tidak akan mengajak Jodha, karena dia sedang mengandung dan akan pergi sendirian saja. Melihat Jalal berkata sambil menerawang, Atgah jadi menduga kalau jalal sedang merencanakan sesuatu.
Gosip cepat menyebar di istana. Kabar kalau jalal akan pergi berburu tanpa mengajak Jodha di sampaikan Hoshiyar pada Ruq dan para ratu. Ruq tersenyum senang, “bagus Hoshiyar, ini saat yang tepat untuk memberitahu ratu Jodha.” Hoshiyar berkata dengan gembira, “aku rasa, Raja sudah mulai tidak perduli pada ratu Jodha.” Ruq tertawa, ‘Hoshiyar, kau benar. Yang Mulia sudah mulai tidak perduli padanya. Inilah saatnya aku memberitahu ratu Jodha.
Ruqaiya menemui Jodha. Jodha mempersilahkan Ruq duduk. tapi Ruq menolak, dengan pura-pura cemas, Ruq bertanya, “Tidak Ratu Jodha. AKu hanya bertanya, apakah hubunganmu dengan Yang Mulia baik-baik saja?” Jodha menjawab kalau mereka baik-baik saja. Ruq tersenyum lega, “syukurlah. Tapi aku dengar Yang Mulia akan perbi berburu sendirian. Aku rasa itu tidak adil. Dia seharusnya mengajak salah satu dari kita.” Jodha terkejut mendengar kabar itu, “pasti ada yang mengganggu pikirannya.” Ruq memanas-manasi Jodha. Jodha terlihat tidak suka mendengarnya. Lalu dengan penuh perhatian, Ruq berkata, “Ratu Jodha, sebaiknya kau jaga kesehatanmu. Mungkin Raja perduli akan kesehatanmu.” Jodha tersenyum lalu keduanya berpisah secara baik-baik. Sepeninggal Ruq, dengan rasa penasaran, Jodha berguman dalam hati, “tidak..tidak. AKu harus tahu apa yang terjadi dengan Yang Mulia? Kita akan jadi orang tua. Kita tidak boleh bertengkar karena permasalahan yang kecil.”
Jalal sedang di bantu pelayan berpakaian. DI aterlihat sedang berbpikir, “aku tidak akan membiarkan dia terus menyiksa istrinya. Aku harus berbuat sesuatu.” Karena terlalu larut dalam pikirannya, Jalal tidak menyadari ketika Jodha mengambil jubah dari tangan pelayan dan membantu Jalal mengenakannya. Baru ketika keduanya berhadapan, Jalal terlihat kaget, Jodha dan jalal saling bertatapan, Yang satu dengan rasa kaget, yang lain dengan rasa ingin tahu. Jalal menyapa, “kau? Aku tidak tahu kau datang..” Jodha merapikan jubah Jalal, “aku tidak maaf minta padamu, karena itukah kau tidak mengajakku?” Jalal menyahut, “aku tidak mengajakmu karena kau harus menjaga kesehatanmu.” Jodha tidak terima, “ini tidak adil. Ini bukan soal beruru, tapi ini masalah kau ingin bersama siapa?” jalal menjelaskan, “Ratu Jodha, aku ingin kau menjaga anakku itu saja. AKu tidak inginbertengkar denganmu.” Jodha berkata, ‘tidak Yang Mulia, aku tidak ingin kita bertengkar. Sebentar lagi kita akan jadi orang tua.
Pawang Khaibar kembali menemui Khaibar di penjara. Khaibar menggeram. Pawang menyuruh Khaibar diam, “diam Khaibar, mereka akan tahu aku ada di sini. AKu tahu kau suka padanya. AKu bisa membantumu mendapatkan dia. AKu akan membantumu mendapatkan Jodha.” Pawang menunjukan peta kamar Jodha pada Khaibar, “aku akan berikan peta ini padamu, tapi kau harus membunuhnya. Khaibar, tenanglah…aku tidak ingin mereka mendengar kita.” Khaibar menggerang lagi. Pawang menenangkan Khaibar. Tapi saat Khaibar menunjukan amarahnya, dia terlihat senang, bahkan menggalakan Khaibar agar mengeluarkan amarahnya asal jangan lupa apa yang di perintahkan. Pawang kemudian membuka peta dan menunjukannya pada Khaibar. Khaibar menatap lukisan peta itu dengan seksama. Pawang terus mengulang-ulang perintahnya. Khaibar terlihat mengerti. Pawang menjadi senang. Dia juga memberikan sebuah besi runcing pada Khaibar sebagai senjata untuk membunuh Jodha. Khaibar menyerigai senang… Sinopsis Jodha Akbar episode 299 by Meysha Lestari.