Sementara itu Anarkali sedang bersama dengan temannya di sisi sungai satunya bersama Sakinah “Aku telah mencintai seseorang yang murahan, dia telah membuat ayahku sakit, dia telah membuatku menjadi seorang pencuri” Sakinah tidak menyangka kalau semua itu perbuatan Salim “Aku tidak percaya kalau Pangeran Salim akan bertindak serendah itu, mengapa dia tidak menghentikannya ?”, “Aku tahu dia akan melakukan semuanya, seperti saat ini ketika aku tahu bahwa dia adalah Salim, aku tahu dia pasti akan melakukan semua ini, pemikirannya itu sempit, dia itu seperti waktu kecil dulu, dia itu sama , aku telah membuat kesalahan dengan aku tidak mengenalinya lebih dulu, jika aku tahu dia adalah Salim, aku tidak akan mencintainya”, “Cinta bisa datang pada siapa saja, Anarkali” tiba tiba bunga yang tadi dilempar Salim mendekati Anarkali, terapung dipinggir sungai “Kamu suka dengan bunga sedap malam ini kan ?” Sakinah memberikan bunga sedap malam itu ke Anarkali, Anarkali tersenyum melihat bunga tersebut “Aku masih menyukai mereka, bunga ini lebih baik daripada seorang manusia, mereka telah membuat aku tersenyum, tidak pernah memberiku penderitaan” Anarkali menangis sedih. Ditempat Rashid dan Zil Bahar, Zil Bahar sangat berharap Rashid segera sembuh, tepat pada saat itu Anarkali dan Sakinah datang menghampiri mereka “Anarkali, kesehatan ayahmu semakin hari semakin memburuk, ibu tidak tahu ujian apa lagi yang Tuhan berikan untuk kita” Anarkali meminta ibunya untuk makan terlebih dulu “Kamu makanlah dulu, Anarkali … Ibu sudah makan”, “Jangan bohong, ibu … Aku tahu kalau ibu sangat lapar, lebih baik ibu makan saja dulu, biar aku yang menemani ayah” akhirnya Zil Bahar pun menikmati makan malamnya, Anarkali menemani ayahnya bersama Sakinah “Kamu tahu Sakinah, ayahku seperti ini karena aku, aku tidak punya uang untuk mengobatinya” tiba tiba Sakinah memberikan gelang gelangnya pada Anarkali “Ambillah … “, “Apa maksudmu, Sakinah ?” Anarkali nampak kebingungan “Aku bukanlah seorang teman kalau aku tidak membantu kamu, ayahmu itu pamanku juga, jangan bilang tidak, Anarkali … Ayahku memang menentang keluargamu, tapi terimalah bantuanku !” Sakinah sangat berharap Anarkali mau menerima bantuannya “Tidak ! Ayahku bahkan tidak suka dengan hal semacam ini, Sakinah”, “Perhatianmu memang sangat mulia, Sakinah … akan tetapi ayahmu pasti akan menegur kamu jika dia tahu kalau kamu menemui kami” Zil Bahar ikut angkat bicara “Lalu bagaimana cara kalian akan mengobati paman Rashid”, “Ini semua terjadi karena aku jadi aku akan melakukan sesuatu untuk mengobatinya” tiba tiba Rashid batuk batuk “Kita harus segera memanggil tabib, Anarkali ,,, kesehatan ayahmu semakin memburuk”
Sinopsis Jodha AKbar episode 430 by Sally Diandra
Sinopsis Jodha AKbar episode 430 by Sally Diandra. Para prajurit membawa keluar perhiasan yang dicuri oleh Anarkali dari barang bawaan Anarkali “Itu dia perhiasanku, gadis ini yang mencurinya” Anarkali langsung menyanggah “Aku tidak mencurinya, seseorang pasti telah menjebak aku” namun para penduduk tidak percaya “Orang ini pengkhianat !”, “Aku bukan pencopet !” polisi kerajaan Mughal “Rashid pasti sumber semua ini, tangkap dia, Rashid pasti ada disana !” Anarkali memohon kepada mereka untuk tidak menangkap ayahnya, tepat pada saat itu Haidar datang ketempat tersebut “Ada apa ini ?” polisi memberikan informasi ke Haidar “Orang ini telah mencuri sebuah perhiasan, tuanku”, “Bawa pergi Rashid ! Dia harus bertanggung jawab pada semua ini !’” namun kembali Anarkali meminta agar Rashid jangan dibawa “Bebaskan dia !” para prajurit yang tadi membawa Rashid segera melepaskan Rashid “Kalau sampai kamu melakukan hal ini lagi, maka kamu akan mendapatkan hukuman yang sangat berat !” Haidar mengancam Anarkali, Anarkali mengingatnya. Haidar langsung mencengkram tangan Jodha “Kamu tahu, kamu memang akrab dengan seseorang yang mengampuni kamu hari ini, itulah alasan mengapa Salim ingin menyelesaikan semua ini dan Salim senang” Anarkali sedikit terguncang mendengarnya “Saat ini kamu boleh bebas dengan alasan kamu harus menanggung sedikit rasa sakit, akan ada lebih banyak keburukan dari pada yang kali ini kamu rasakan, kamu menyalahkan masa kecil Salim dulu, dan sekarang kamu akan berkompromi untuk semua kompensasi ini, mulai sekarang kehidupanmu akan segera berakhir bagaikan dineraka sebagai mana yang Salim inginkan” kembali Anarkali terguncang, Haidar meninggalkannya begitu saja. Lagu Rabba is pyar mein versi sedih mulai terdengar, Anarkali teringat ketika Salim berjanji bahwa dia akan mengubah kehidupannya seperti dineraka, bagaimana dia menyatakan bahwa orang orang akan mengingatnya karena kebenciannya ke Anarkali.
Diistana Agra, Hamida dan keluarganya sedang berkumpul diruang keluarga, Hamida senang bahwa Salim saat ini sudah mulai mengikuti langkah langkah peraturan yang ada “Salim melakukan tepat seperti tehnik yang dilakukan Murad dan Danial, paling tidak untuk beberapa pekerjaan” ujar Salima yang ikut memuji Salim semua yang hadir disana tertawa “Kami sangat bersemangat menikmati banyak pekerjaan, nenek” Aram Bano ikut angkat bicara “ seorang istri Raja juga ikut bicara “Pekerjaan yang tidak biasa pasti akan dikerjakannya” Khairun Nissa (adik Salim) juga ikut menimpali “Salim telah menggunakan segala sesuatunya maka hal itu pasti akan sangat luar biasa” tiba tiba dengan bahasa isyaratnya Mehtab mengatakan bahwa dia akan bermain musik “Kalau aku, aku akan melompat” ujar Aram Bano sambil mendekati Mehtab kemudian mulai memainkan gelang kakinya, Aram Bano mulai menari, semua yang ada disana senang melihat kelucuan Aram Bano, Hamida, Jodha dan Salima tersenyum senang melihat Aram Bano yang sedang menari, Salim yang sedari tadi diam mendengarkan semua ini merasa sedikit gelisah, tarian Aram Bano dengan gelang kakinya mengingatkan Salim pada Nadira ketika mereka kecil dulu, Salim semakin gelisah dan marah tiba tiba Salim berdiri, Jodha yang melihat Salim berdiri sedikit heran “Ada apa Salim ?”, “Aku harus mengecek beberapa pekerjaan, aku permisi dulu” sepeninggal Salim, Hamida memuji cucu kesayangannya itu “Setelah mengambil jabatannya sebagai calon pewaris tahta kerajaan, Salim jadi semakin bertanggung jawab, Jodha”, “Iya, ibu …” sahut Jodha sementara Salima langsung mengamini ucapan ibu mertuanya.
Jalal sedang bersama dengan Tansen dan Birbal untuk belajar menyanyi “Tansen, hal ini sungguh sangatlah sulit tapi harus kita lakukan”, “Saya tidak bisa melakukan hal ini, Yang Mulia” Tansen merasa ragu dengan kemampuan Jalal, Jalal langsung memasang muka bingung dan gelisah “Kamu menolak permintaan Yang Mulia ?” Birbal ikut angkat bicara “Bukan begitu, saya tidak bisa membuat Yang Mulia menjadi penyanyi yang baik dalam waktu yang sesingkat ini”, “Kamu menganggap bahwa Yang Mulia ini bodoh ?” Birbal percaya bahwa Jalal bisa melakukannya namun Tansen ragu “Rasanya tidak mungkin, Birbal … Ini seperti sebuah sandiwara saja”, “Kamu menganggap aku tidak bisa belajar bernyanyi, Tansen ?” Tansen mencoba memberikan pengertian ke Jalal “Begini Yang Mulia, anda ini belajar dari nol, sementara berlatih bernyanyi itu harus dipelajari selama bertahun tahun, jadi bagaimana bisa anda mampu berlatih dalam beberapa hari saja ?” Jalal merasa dirinya mampu belajar bernyanyi “Kamu itu seniman yang hebat, kamu pasti bisa melakukannya, Ratu Jodha meminta aku melakukan hal ini untuk pertama kalinya, jadi sungguh sangat membanggakan buatku untuk memberikan hal ini padanya” Jalal berharap banyak pada Tansen agar mau mengajarinya menyanyi “Itu hal yang praktis yang bisa kita lakukan”, “Lalu mengapa, Tansen ? Tadi baru saja kamu mengatakan dengan komposisi nada kamu maka semuanya bisa saja terjadi seperti hujan bisa lebih dekat, hewan hewan bisa bersenandung dengan harmoni nadamu jadi aku yakin Yang Mulia Raja juga pasti bisa melakukan hal itu !” Birbal memberikan dukungannya ke Jalal “Tepat seperti yang dikatakan Birbal, Tansen … Aku sangat mencintai istriku, aku akan berusaha sekeras mungkin, aku akan mencoba untuk mendapatkan pengetahuan tentang beberapa kemungkinan yang bisa aku pelajari”, “Itu cukup baik seperti yang anda inginkan, Yang Mulia” tiba tiba ada seorang prajurit yang menemui mereka dan meminta Jalal untuk keluar, Jalal pun meninggalkan mereka berdua “Semua tujuan ini adalah karena kamu, Birbal … kamu itu hanya akrab dengan orang orang yang tidak bisa menyanyi, lalu mengapa kamu memaksa Yang Mulia untuk menyanyi ?” Tansen penasaran dengan dukungan Birbal ke Jalal “Harmoni kamulah yang bisa melakukannya, Tansen … Jadi cobalah hal ini sebaik mungkin” Birbal memuji Tansen, Tansen cuma bisa terperangah dan mengelus dada.
Malam itu, Salim sedang sendirian dipinggir sungai, lagu Rabba adalah pyar mein mulai berkumandang, Salim teringat ketika Anarkali memeluknya di Dargah, dia juga teringat ketika Anarkali menyatakan kebenciannya juga, kemudian ingatan masa kecilnya ketika Anarkali mengeluh ke Jalal, hingga akhirnya Jalal memutuskan hukumannya dengan mengirimkannya ke rumah nenek Fatima Bi, tiba tiba ada setangkai bunga sedap malam yang mengambang dipinggir sungai, Salim bergegas mengambil bunga sedap malam tersebut kemudian mencium aroma bunga itu yang sangat wangi, Salim merasa nyaman dengan aromanya, tak lama kemudian Salim menyadari dan mulai membayangkan kembali Anarkali. Salim teringat Anarkali ketika mencium bau bunga sedap malam itu, waktu itu Salim sedang menunggu Anarkali disebuah tempat “Dia pasti akan datang” Salim merasa bahwa Anarkali sebentar lagi datang, ketika Anarkali datang, Salim langsung berkata “Kamu terlambat tapi setidaknya kamu telah datang” Anarkali penasaran dengan ucapan Salim “Bagaimana kamu bisa tahu kalau aku akan datang ?” , “Itu bunga di rambut kamu, aku mencium baunya jadi aku bisa mengetahui keberadaan kamu” Anarkali tersenyum sambil memegang bunga sedap malam yang ada dirambutnya “Waaaah … bunga dirambut ku ini telah tumbuh menjadi musuhku juga”, “Bunga bunga itu telah menjadi kenalanku seperti yang mereka katakan padaku tentang keberadaanmu” mereka berduapun saling tersenyum satu sama lain, ingatan itu pun berakhir. Salim langsung melempar bunga sedap malam tersebut “Aku benci dengan semua ini ! Aku benci dengan Anarkali ! Aku benci semua yang berhubungan dengan dirinya !” tak lama kemudian Salim membuang bunga sedap malam itu kedalam sungai dengan tatapan marah.
Salim sedang mengadakan pertemuan dengan saudara saudaranya “Ini adalah pesta perayaan pertama yang aku kerjakan jadi harus semeriah dan semegah mungkin” Salim memberikan tugas pada Danial dan Murad “Aku membutuhkan daftar tamu tamu yang akan diundang” ujar Murad “Jika kamu mau, kami akan mengundang Anarkali juga, kak” Salim langsung marah begitu Danial berkata demikian tak lama kemudian pertemuan itu selesai dan semuanya meninggalkan Salim, sementara itu Haidar masuk keruangan tersebut menemui Salim “Salim, aku tahu kalau Anarkali ada di Agra saat ini, aku sudah mempersiapkan kehancurannya, penderitaan yang kamu derita ini, akan lebih dia rasakan juga”, “Cukup !” Salim segera memotong ucapan Haidar “Kamu telah menyebutkan namanya ! Jangan ulangi lagi ! Aku tidak ingin melihat wajahnya” Haidar tersenyum sinis sambil berkata dalam hati “Dia tidak akan datang kehadapanmu akan tetapi dialah nanti yang akan menjadi penyebab perkelahianmu dengan Jalal !” tepat pada saat itu Rukayah memasuki ruangan tersebut dan mendengarkan semua pembicaraan mereka berdua “Aku ingin pergi ke tempat yang sama dimana kamu mengajak aku kesana terakhir kali (tempat prostitusi)” Haidar tersenyum senang “Baiklah !” Rukayah masuk ke ruangan tersebut “Aku suka kamu telah bekerja keras, Salim” Haidar segera meninggalkan mereka berdua “Salim, apakah kamu mau pergi ke suatu tempat ?”, “Aku tidak senang disini, ibu … Aku mengerjakan semua persiapan ini semuanya untuk kamu, aku tidak punya hubungan apapun dengan Yang Mulia Raja, aku tidak percaya Yang Mulia menginginkan pernikahan Bella dan Farhan”, “Ibu sangat senang kalau kamu menghargai kata kata ibumu ini, kamu mau kemana ?” Rukayah ingin tahu Salim mau pergi kemana “Untuk menjalani hidup, ibu … Aku telah tahu bahwa cinta itu hanya memberikan penderitaan saja, jika aku ingin hidup dengan damai maka aku harus menjauh dari cinta, aku serasa mati lemas disini, aku ingin mendapatkan ketenangan” Rukayah tersenyum “Baiklah kamu boleh pergi akan tetapi pulanglah segera” Salim segera meninggalkan Rukayah, dalam hati Rukayah berkata “Aku tahu kamu mau pergi kemana, Salim … dan aku ingin kamu pergi ketempat dimana kamu mendapatkan kedamaian” bathin Rukayah. Sinopsis Jodha AKbar episode 431 by Sally Diandra