Takdir bag 58 by Tahniat. Jalal membelai rambut Jodha dan menenangkannya, “cup-cup Jodha. Jangan menangis lagi, kau aman…sayang. Tidak akan terjadi apapun padamu. Aku ada bersamamu…” Surya menatap Jalal dan Jodha yang berpelukan dengan rasa lega campur sedih yang dia tidak tahu apa sebabnya. Ada rasa cemburu melihat Jodha berada dalam pelukan Jalal. Tapi Surya berusaha berbesar hati, mengingat dirinya sendiripun akan segera menikahi Sukanya. Surya menghampiri Jalal dan Jodha. Melihat Surya, Jalal mengendorkan pelukannya, sehingga Jodha dapat menoleh kearah Surya. Jalal berkata, “Surya membantuku menemukanmu..” Jodha tersenyum pada Surya, “terima kasih, Surya. ” Surya menggeleng sambil balas tersenyum, “tidak perlu berterima kasih, Jodha. Sudah kewajibanku untuk turut menjagamu. Apalagi karena tuan yang satu ini ~ Surya memberi tekanan pada kata ‘tuan yang satu ini’~ hanya tahu bagaimana mencinta tapi tidak tahu menjaga orang yang di cintainya..” Jalal tidak membantah, dia hanya memutar mata dengan jenaka tanpa marah. Dengan gentelmen, jalal mengulurkan tangan pada Surya, “apapun yang kau katakan, aku harus berterima kasih padamu. Untuk sekali ini, Surya.. aku sependapat denganmu. Dan aku menyesali keteledoranku itu. Terima kasih karena telah membantuku…” Mendengar kata-kata Jalal yang tulus, Surya menyambut uluran tangan Jalal dan menjabatnya. Bukan hanya itu saja, keduanya bahkan saling berpelukan akrab laksana teman lama. Jodha tersenyum bahagia melihatnya. Surya berkata, “ayo sebaiknya kita segera pergi dari sini. Kita bawa Jodha periksa dulu… untuk memastikan kalau kandunganya baik-baik saja..” Jalal mengangguk setuju, “ya. tapi sebelum itu.. aku ingin menemui seseorang dulu.”
Ruqaiya dengan tangan di borgol duduk di kursi pesakitan mobil polisi berdampingan dengan Sharifudin. Melihat jalal, Ruq memasang wajah memelas… “Jalal…” Jalal mengangkat tanganya dan berkata dengan geram, “jangan sebut namaku, Ruqaiya. Kau telah melakukan 2 hal yang tak termaafkan. Kau telah membohongiku.. lalu kau menculik istri dan anakku. Mulai saat ini, aku memutuskan semua hubungan denganmu. kau tidak layak menjadi bagian dari keluargaku. ” Jalal tak sudi melihat Ruq lebih lama. Dia hendak beranjak peri ketika Ruq berteriak memanggilnya, “Jalal.. kau salah paham! AKu melakukan semua itu karena aku mencintaimu!” Jalal berbalik menatap Ruq dengan wajah merah menahan marah, “cukup! jangan berkata apa-apa lagi. AKu tidak ingin mendengar lebih banyak dusta keluar dari mulutmu.” Jalal menghampiri Ruqaiya, menatapnya dengan tatapan tak percaya, “kalau kau mencintaiku Ruqaiya, kau pasti ingin melihat aku bahagia… bukan ingin menghancurkan kebahagiaanku!” Ruq mencoba mengelak, “tapi Jalal…” Jalal melotot kearah Ruq dengan marah dan benci. Ruq langsung terdiam dalam keputusasaan. Sharifudin menyerigai dengan penuh dendam pada Jodha yang kebetulan saat itu menatapnya. Ruq pun menatap Jodha, tapi tak berani menatapnya lama-lama. Begitu tatapan mereka bertemu, Ruq segera menundukan kepala. Jodha menarik nafas panjang. Dalam hati dia menyesalkan perbuatan Ruq sekaligus merasa iba padanya. Sambil merangkul bahu Jodha, Jalal mengikuti langkah Surya menuju ke mobilnya.
Begitu dokter mengatakan kalau kandungan Jodha aman, Surya segera mengantar keduanya ke apartemen. Malam belum lagi berakhir. Sisa malam itu di habiskan Jalal tanpa beranjak sedikitpun dari sisi Jodha. Jalal menyuruh Jodha berisitirahat, tapi Jodha penasaran ingin mendengar cerita Jalal tentang bagaimana dia bisa menemukannya di rumah itu. Jalal tak sanggup menolak permintaan Jodha. Sambil berbaring dengan memeluk tubuh Jodha di tempat tidur, Jalal mulai bercerita. Jodha mendengarkannya dengan penuh perhatian.
Jalal dengan besar hati memuji Surya yang telah bersusah payah membantunya menemukan Jodha. Dari mencari info di markas para Mafia hingga menelpon polisi setelah mendapat info dari seorang pria tak di kenal tentang keberadaan Jodha. Jodha bertanya, “siapa laki-laki itu?” Jalal menjawab, “aku tidak tahu. Dia menelponku menggunakan hp mu. Semula aku menduga dia penculik yang akan meminta tebusan. Tapi ternyata dia informan.” Jodha teringat bagaimana Raja mengambil tas tangan berserta seluruh isinya, termasuk Hpnya. Jodha berguman, “Raja..” Jalal yang mendengar gumanan Jodha bertanya, “siapa Raja?” Jodha memberitahu Jalal tentang para penculik yang di bayar oleh Ruqaiya di mana salah satu dari penculik itu yang bernama Rajaj telah membawa peri tasnya, “aku mengira kalau dia benar-benar ingin memberikan tas itu pada adiknya, tapi ternyata itu hanya alasan saja. Kita harus mencarinya Jalal. Dan mengucapkan terima kasih padanya.” Jalal menggeleng, “biar polisi yang mencarinya.” Mendengar itu Jodha segera bangkit duduk dengan cemas, “kenapa polisi? Dia telah membantu kita.” Jalal menyahut, “tapi dia telah melakukan kejahatan dengan menculikmu, Jodha.” Jodha membalas, “tapi dia juga yang membantumu menemukan aku.” Jodha kemudian menceritakan apa yang di dengarnya dari Raja, tentang situasinya dan alasan yang membuatnya menjadi penculik. Tak mau memperpanjang perdebatan, Jalal meminta Jodha untuk beristirahat. Jodha kembali membaringkan tubuh dan Jalal memeluknya dengan erat.
Paginya, Jodha sedang membuat sarapan ketika Jalal memeluknya dari belakang dan mencium lehernya yang jenjang. Jodha menggelinjang geli campur kaget. Dan berjingkat menghindar ketika dia merasakan sesuatu yang keras menekan punggungnya. Jodha menatap Jalal dengan mata berkeryit. Jalal tersipu malu sambil mengendikkan bahunya, “what? ini pagi!” Jodha memutar bola matanya, “aku tau ini pagi, pergilah ke kamar mandi dulu.. baru memelukku.” Jalal tertawa, “aku tak bisa menahan diri saat melihatmu..” Lalu tanpa di suruh pergi untuk kedua kali, Jalal segera masuk ke kamar lagi….. Takdir bag 59 by Tahniat