Rendezvous bag 6 by Sally Diandra. Pesta perkawinan emas tuan Humayun dan nyonya Hamida berlangsung sangat meriah, keluarga dan tamu tamu undangan sangat menikmati acara demi acara yang dihelat mulai pagi itu. Jodha bisa melihat rona kebahagiaan diwajah keluarga kaya tersebut melalui wajah wajah mereka yang tersenyum merekah “Seneng ya, Za … punya keluarga seperti mereka, keluarga besar, rukun dan punya segalanya, anak anaknya pun sukses semua” Zakira yang saat itu berdiri disamping Jodha yang berdiri agak jauh dari mereka cuma menganggukkan kepalanya “Tapi kalau aku boleh tahu, ada apa sih kamu dengan tuan Jalal ?” Zakira mulai curiga dengan tingkah laku Jodha “Aku ? Dengan tuan Jalal ? Hhh … nggak ada apa apa, Za .. sumpah !”, “Tapi kalau aku perhatikan tadi, sepertinya tuan Jalal ada sesuatu sama kamu” Jodha jadi salah tingkah didepan Zakira “Aaah itu kan cuma perasaan kamu saja, Za … sudahlah, lho mereka mau kemana ?” saat itu semua orang didalam tenda keluar dari dalam tenda menuju ke arena akrobatik kuda “Kamu lupa ya ? Ini kan saatnya akrobatik kuda, keluarga mereka ingin menunjukkan kebolehan cucunya yang sering menang perlombaan itu” Jodha segera membaca rundown yang ada ditangannya dan bertanya keberadaan Maan Sigh sang project officer melalui headsetnya “Maan Sigh, kamu ada dimana ?”, “Aku sudah divenue akrobatik, aku sudah lihat mereka semua datang kesini” suara Maan Sigh terdengar ditelinga Jodha “Semuanya beres kan ? Good luck ya, aku standby ditenda”, “Siiip ! aku standby disini !” ujar Maan Sigh melalui headset.
Sampai sejauh ini pesta perkawinan emas tuan Humayun dan nyonya Hamida berlangsung lancar, Jodha juga merasa lega karena sampai sore ini Jalal tidak berusaha mendekatinya, mungkin dia sedang disibukkan oleh tamu tamu istimewanya atau keluarga besarnya, Jodha malah bersyukur tidak lagi terintimidasi oleh ulah Jalal “Sis, kopinya habis, apa saya bisa minta lagi ?” keluhan dari salah satu tamu yang tiba tiba muncul ditenda menyadarkan Jodha kalau pihak catering tidak mengecek ketersediaan kopi dan makanan lainnya yang sudah habis, sementara acara hari ini masih berlangsung lama “Sebentar nyonya, saya cek ke dalam dulu” Jodha bergegas menuju ke tenda catering, dicarinya nyonya Zeenat sang owner catering namun tidak ditemuinya disana dan dilihatnya semua karyawannya sedang sibuk dengan pekerjaan mereka masing masing, tidak ada yang mempedulikan keberadaan Jodha “Maaf, apakah tidak ada yang mengecek kopi ? Kopinya habis, sementara masih banyak tamu yang menginginkan kopi” salah seorang yang ada didekat Jodha langsung mendongak kearah Jodha “Oh iya, maaf … kami terlalu sibuk disini, sebentar lagi akan kami siapkan kopi yang baru” Jodha hanya tersenyum kemudian meninggalkan dapur tersebut dan kembali kedalam tenda untuk mengabarkan pada nyonya tua tadi bahwa kopinya sebentar lagi siap, namun tiba tiba langkahnya terhenti ketika dilihatnya Jalal ada didepannya saat ini sedang ngobrol dengan nyonya tua tadi, berbagai macam pikiran meracuni benak Jodha, ingin sekali rasanya Jodha segera berlari dari tempat tersebut tanpa diketahui oleh Jalal, namun entah mengapa tiba tiba Jalal seperti merasakan gelombang elektromagnetik yang membuatnya tertarik bagaikan magnet untuk menengok kebelakang dan dilihatnya disana sosok yang menyengatnya bagaikan ratu lebah madu. Jodha sudah tidak bisa berkutik begitu Jalal mengetahui keberadaannya, Jodha menatap Jalal dengan tatapan yang nyalang penuh dengan permusuhan liar, memunculkan desakan dalam diri Jalal untuk semakin menaklukkannya.
“Maaf nyonya Gulbadan, ada seseorang yang harus aku temui” Jalal segera meninggalkan wanita tua itu dan berjalan kearah Jodha, kebetulan saat itu ada beberapa tamu yang melintas didepan Jodha, Jodha segera bergabung dengan para tamu tersebut, mengikuti kemana langkah mereka pergi sambil sesekali mengintip ke arah Jalal yang masih terus berjalan kearahnya, namun tiba tiba dari balik kerumunan orang orang tersebut Jodha tidak bisa melihat Jalal lagi, Jodha merasa lega dan mencoba berbalik untuk menuju ke dapur kembali, namun belum sempat kakinya melangkah Jalal sudah ada persis didepannya, jarak mereka cukup dekat membuat Jodha tersontak kaget hingga menjerit tak tertahankan “Aauuwww !!!” Jalal tertawa kecil begitu melihat perubahan muka Jodha yang begitu ketakutan melihat dirinya seperti melihat hantu “Boo ! Akhirnya kita ketemu juga !” Jalal sangat menikmati rona merah amarah dan frustasi yang mengaliri wajah Jodha, dirinya semakin tertantang untuk menangkap Jodha dan rasa tertariknya pada gadis konservatif yang suka menekuk rambutnya kedalam hingga berupa gelungan plus kacamata minusnya itu semakin meningkat, jantung Jalal berdebar seperti genderang perang ketika berhasil mencegat Jodha dari usaha pelariannya, sementara itu kemunculan Jalal didepannya membuat Jodha terkejut dan terpaku seperti sebuah pegas yang mampet, benteng pertahanan Jodha telah runtuh, musuh telah berada tepat didepannya kali ini namun hal ini tidak membuat dirinya gentar, dagunya pun naik menantang.
Jalal tersenyum nakal melihat ulah Jodha, Jalal sangat menginginkan kontak yang intim dengan gadis yang berada didepannya ini “Tuan Jalal …” akhirnya Jodha buka suara, Jodha sangat benci terjebak dalam pertemuan kali ini “Panggil aku Jalal” ujar Jalal sambil tersenyum namun Jodha tidak menggubrisnya “Tolong jangan halangi jalan saya, masih banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan” senyum Jalal berubah menjadi ringisan miris “Aku butuh bantuan” Jodha mengangkat alisnya heran, menampakkan rasa tidak suka pada laki laki yang berada didepannya ini “Itu pekerjaanmu kan ? Membantu tamu dan tuan rumah yang sedang dalam masalah ?” Jodha merasa terpojok apalagi tenda utama dimana dirinya berada saat ini sudah mulai sepi hanya ada segilintir orang yang berada disana, mungkin semua orang sedang sibuk menonton akrobatik kuda atau pacuan kuda yang dihelat keluarga Jalal “Apa masalah anda, tuan Jalal ?” Jodha mencoba menantang Jalal dengan pandangan tidak suka “Kamu, Harka Jodha Bai” Jodha mengerutkan alisnya merasa heran “Apa maksud anda ?”, “Aku merasakan ada sebuah sensasi ganjil, sepertinya kamu menyerang bathinku sepanjang waktu, aku ingin tahu apa alasannya ? Kenapa kamu berbuat seperti itu terhadapku ?” sesaat Jodha tertegun dengan pertanyaan Jalal, tiba tiba ekspresi wajahnya berubah menampilkan sebuah ekspresi penyesalan, sebuah kehendak yang melawan watak aslinya, bibirnya tiba tiba melunak menampilkan senyum kecil yang memikat yang baru pertama kali Jalal lihat.
“Maaf, tuan Jalal … saya baru saja menyelesaikan permasalahan ditenda catering dan mungkin hal ini malah menimbulkan masalah yang lebih besar, maaf kalau saya melampiaskan amarah saya pada anda, tuan Jalal … dan lebih baik jika anda meninggalkan saya sekarang juga karena atasan saya tidak akan suka melihat anda berbicara dengan saya” Jalal mengernyitkan dahinya “Aku sebagai tuan rumah disini bisa berbicara dengan siapa saja sesukaku, tidak ada yang bisa melarang aku, nona Jodha”, “Tuan Jalal, mengertilah … saya bukan tamu, saat ini saya sedang bekerja, tidak seharusnya saya ngobrol dengan anda pada saat saya sedang bekerja” Jalal tersenyum nakal “Setiap orang yang bekerja selalu mendapatkan waktu luang untuk istirahat dan saat ini adalah waktu istirahat kamu, nona Jodha … jadi kamu bebas berbicara denganku karena kamu sedang tidak bekerja” Jodha menghela nafas panjang, dirinya semakin merasa kesal terhadap Jalal karena Jalal tidak mengerti juga apa yang dimaksudkannya “Tuan Jalal, bagaimana caranya saya bisa membuat anda mengerti, jika anda tidak menjauh dari saya sekarang maka saya berisiko kehilangan pekerjaan saya, jadi tolong … saya mohon dengan amat sangat tuan Jalal, ijinkan saya pergi”, “Aku tidak mengijinkan kamu pergi !” rasa frustasi menyeruak dalam diri Jalal, tangannya terjulur dan langsung mencengkram lengan Jodha ketika Jodha hendak berbalik meninggalkan Jalal “Sekarang ini bukan abad kegelapan ! Dimana kamu selalu tunduk pada atasanmu itu !” nada suara Jalal terdengar sedikit meninggi “Oh ya ? Anda salah, tuan Jalal !” Jodha membalasnya dengan ucapan yang terdengar sinis “Anda ini bertingkah seperti tuan tanah yang menganiaya budaknya ! Persis pada abad kegelapan”
Jalal menyeringai sinis, sebenarnya dari otak bawah sadarnya mengirimkan sebuah sinyal perintah untuk melepaskan tangan gadis didepannya ini, namun tubuhnya menolak dengan tetap mencengkram lengan Jodha kuat, dirinya sudah kehilangan segala macam aturan sopan santun yang berlaku dikeluarganya “Kamu menolak membantuku, nona Jodha !”, “Aku sudah memberikan sebuah alasan yang tepat, tuan Jalal”, “Omong kosong ! Benar benar tidak masuk akal !” Jodha semakin heran dengan perlakuan Jalal pada dirinya “Sebenarnya apa permasalahan anda, tuan Jalal ? Kenapa anda begitu mengurusi saya, sementara …” Jalal segera memotong ucapan Jodha “Karena kamu telah mengusik aku, lebih dari siapapun yang berada disini !”, “Apa ? Jadi ini semua karena saya tidak berusaha mencuri perhatian anda ? Aneh …. apakah anda begitu terbiasa berhadapan dengan para gadis yang menuruti semua perkataan anda, sehingga ego anda yang begitu tinggi dan hebat itu terusik dengan kehadiran seorang perempuan yang tidak peduli dengan anda, benar begitu ? Kalau benar begitu, saya minta maaf, tuan Jalal yang terhormat” tanpa Jodha sadari tiba tiba saja kata kata itu meluncur begitu saja dengan sendirinya dari bibir Jodha yang mungil, namun sayangnya hal itu tidak membuat Jalal marah, malah membuat Jalal semakin tertarik dengan Jodha “Kamu menginginkan aku, Harka Jodha Bai !” Jalal menatapnya dengan keyakinan yang menyala nyala yang tampak terpapar pada kedua bola matanya yang berbinar terang “Kamu menatapku !”, “Anda salah tuan, Jalal … anda salah paham, saya tadi hendak mengatakan pada wanita tua disebelah anda tadi yang meminta kopi, tadi kopinya habis dan saya mau memberitahukan pada wanita tua itu, bahwa kopinya sedang disiapkan tapi ternyata wanita tua itu sedang bersama anda jadi otomatis saya melihat pada anda, apakah itu salah ?” ujar Jodha sambil membentuk segaris lengkung dimulutnya hingga giginya yang kecil nampak berbaris putih sejajar.
“Asal anda tahu saja, tuan Jalal … saya sama sekali tidak ingin menarik perhatian anda” Jalal masih mengcengkram lengan Jodha dengan kuat “Kamu boleh saja menuduhku dengan teori ego yang kamu katakan tadi, tapi aku bisa membaca banyak hal dalam pikiranmu yang tidak kamu katakan ke aku dan itu tidak ada hubungannya dengan majikanmu itu”, “Apa yang saya pikirkan itu bukan urusan anda, tuan Jalal”, “Itu jadi urusanku nona Jodha, kalau itu melibatkan aku dan aku bisa merasakan itu !” Jodha langsung membelalakkan matanya dari balik kacamata minusnya kearah Jalal, Jodha terus berfikir bagaimana caranya bisa keluar dari cengkraman laki laki keras kepala ini. Sementara Jalal, ingin sekali menarik Jodha dalam pelukkannya lalu menghujaninya dengan ciuman yang membuat pertahanannya luluh lantah, Jalal belum pernah merasakan hasratnya terpacu begitu hebat pada seorang gadis seperti sekarang ini. Untuk pertama kalinya Jalal merasa sependapat dengan pemikiran manusia gua pada jaman batu Paleolithikum, dimana mereka langsung menggendong begitu saja obyek yang disukainya untuk menyenangkan hatinya “Apakah permusuhan gadis ini yang membuatku bergairah ?” bathin Jalal dalam hati. Sementara Jodha menarik nafasnya dalam dalam dan mengalihkan pandangannya ketangan Jalal yang masih mencengkram kuat lengannya kemudian kembali menatap kedua bola mata Jalal “Maafkan aku, tuan Jalal … aku mohon …. tolong biarkan aku pergi” Jalal masih tersenyum nakal kearah Jodha “Jojo ! Kamu disini rupanya !” Jodha dan Jalal segera menoleh kearah suara yang sangat mereka kenal dengan baik, siapa lagi kalau bukan suara majikan Jodha, Madam Benazir ! Rendezvous bag 7 by Sally Diandra