Sinopsis Jodha Akbar episode 304 by Meysha Lestari. Setelah semua pelayan pergi kecuali Moti, Jodha segera melangkah masuk kembali ke kamar di ikuti Moti. Dengan wajah tidak bersemangat, Jodha duduk di depan meja rias. Moti berkata dengan sedikit rasa bersalah, “maafkan aku Jodha, aku tidak ingin mengganggumu dengan berita ini.” Di persembunyiannya, Sharifudin merasa kesal, “oh tidak, kenapa Moti ada di sini?” Karena Jodha diam saja, tidak menyahuti kata-katanya, Moti berinisiatif untuk mengambilkan Jodha air. Melihat Moti datang kearahnya, Sharif segera menyembunyikan diri. Begitu di rasanya aman, Sharif segera pergi meninggalkan kamar Jodha.
Moti menyodorkan air minum pada Jodha, “Jodha, minumlah, ini akan membuatmu lebih baik.” Jodha menolak gelas yang disodorkan Moti sambil berkata, “sekarang, tidak ada yang bisa menggangguku, suamiku sudah tidak mencintai aku lagi. Pria yang aku cintai sekarang sudah jatuh ke tangan wanita lain. Apa yang lebih menyakitkan dari ini?” Tiba-tiba Jodha teringat dengan laporan pelayan tentang Khaibar kalau Khaibar sering membenturkan kepalanya ke dinding. Di ajuga teringat dengan doa nasehat yang di bacakan Hamida bahwa Tuhan akan melindungi orang yang lemah dan sedang mendapat masalah. Jodha seperti tersadar, dengan panik dia berkata, “tidak. Apa yang terjadi denganku? AKu tidak boleh menderita karena orang lain. AKu akan tetapmenjadi aku, aku tidak akan berubah sedikitpun. ~Moti mendengar apa yang dikatakan Jodha dengan cemas~ Aku tidak sanggup melihat burung terluka, apalagi manusia yang terluka?” Jodha bergegas bangkit dan hendak pergi. Moti bertanya, Kau mau kemana, Jodha?” Jodha menjawab, “melaksanakan tugasku.” Tapi Moti melarang, “tidak, tidak sekarang. jangan lakukan apapun. Ini hanya akan membuat jarakmu dengan Yang Mulia semakin jauh dan kau tidak akan bisa mendapatkan dia kembali.” Dengan dingin Jodha menjawab, “kami sudah menjauh satu sama lain, Moti. Penderitaan yang aku rasakan tidak akan menjadikan aku orang lemah.” Lalu tanpa berkata apa-apa lagi, Jodha meninggalkan Moti yang terlihat cemas dan prihatin.
Adham Khan memberitahu Maham situasi terkini tentang perselingkuhan Jalal dan Atifa, “ibu, Amanulia sudah melapor ke Qazi untuk meminta keadilan. Dan mencari bukti untuk melawan Jalal. Jalal akan mendapatkan hukuman yang berat, kita harus menolong Amanulia.” Maham menyahut, “Adham, apa kau tahu apa yang akan terjadi berikutnya? Apa kau tahu apa yang akan terjadi pada kita kalau Jalal tahu kita membantu Amanulia?” Adham berkeras, “ibu.. jika Jalal tahu kita membantu Amanulia?” Maham meminta Adham agar tidak meremehkan Jalal, “kau tahu mata-mata dia ada di mana-mana.” Adham dengan terpaksa menurut, “baiklah ibu, aku tidak akan menolong Amanulia. Tapi tindakan Amanulia itu akan menguntungkan bagi kita. Apa lagi yang kita inginkan? Kita bisa memanfaatkanya kan? Ibu, bukankah sepenuhnya gila lebih baik dari pada setengah waras.” Maham memutar bola matanya, “Adham, aku harus memberitahumu, kau ini benar-benar bodoh. Aku rasa itu kalimat yang pantas untukmu. AKu sudah memintamu untuk tidak melakukan hal yang bodoh!” Adham menyindir, “kau benar ibu, itulah kenapa kau tidak punya kekuatan. Karena kau adalah perdana menteri. Masyaallag, ibu..masyaallah. Aku pergi.” Maham berteriak, “pergilah Adham, kau harus ingat satu hal, jika kau berpikir dengan membunuh Jalal kau akan mendapatkan Tahtanya, maka aku tidak akan membantumu. AKu tidak akan pernah mendukungmu.” Adham berbalik dengan geram, “wah ibu…wah! Kenapa kau menyelamatkan orang yang sudah tidak mencintai dan tidak perduli padamu lagi? Apa ibu tahu, rintangan apa yang paling besar untuk mendapatkan tujuanku? Itu adalah cintamu pada Jalal! Cintamu pada Jalal adalah penghalang bagiku untuk mendapatkan tahtanya.” Dengan kesal adham meninggalkan Maham. Maham memanggilnya. Javeda muncul dan memegang tangan Adham, “hai Allah, aku senang melihatmu. Kau tahu, ibu memberi aku hadiah. Ayo aku tunjukan padamu.” Adham menarik tanganya dan membentak Javeda, “diaam! ~Adham menunjuk Javeda~ Dan dia adalah rintangan besar di jalanku. kau mengikat aku dengan masalah ini sepanjang hidupku.” Setelah berkata begitu, Adham bergegas meninggalkan Javeda dan Maham. Javeda langsung mewek dan menghampiri Maham. Tapi sebelum Javeda berhasil mendekatinya, maham sudah lebih dulu kabur. Tangis Javeda semakin keras.
Atifa keluar dari Harem sambil senyum-senyum. Tiba-tiba senyumnya lenyap saat melihat suaminya berdiri menghadang. Amanulia menatap Atifa dengan bengis. Atifa menjadi ketakutan. Amanulia dengan tangan menggengam bergegas mendatangi Atifa. Atifa sudah mengkeret takut. Untungny abeberapa prajurot muncul di belakang Atifa, yang membuat Amanulia mundur teratur. Atifa tersenyum penuh kemenangan. Dua orang pelayan datang menghampiri Atifa memberitahu kalau sudah saatnya sholat malam. Atifa bernajak meninggalkan Amanulia dengan diiringi pengawal dan pelayan. Amanulia hanya bisa menatap dengan geram.
Jodha pergi menemui Khaibar. Lubang tahanan Khaibar di jaga oleh beberapa prajurit. Saat terdengar Adzan, semua prajurit segera pergi untuk menjalankan sholat. Bahkan seluruh istana juga menjalankan sholat secara bersamaan. Selesai Sholat jalal berdoa, “ya Allah, Lindungilah Aku.” Atifa juga berdoa, “ya Allah, tunjukanlah jalan yang benar padaku.” Amanulia juga berdoa, “ya Tuhanku, berilah hamba kekuatan, amin.” Hamida pun berdoa, “jangan kau pisahkan Jalal dan Jodha, ya Allah.”
Jodha tiba di lubang tahanan Khaibar yang sepi. Jodha melonggok kedalam lubang, hatinya trenyuh melihat Lhaibar terbaring mengenaskan di lantai lubang. Jodha teringat perkataan Hamida kalau Tuhan akan menjawab doa semua orang malam ini, memaafkan orang yang sabar dalam melakukan usaha, menolong yang lemah dan tidak berdaya dan menuntun orang itu ke jalan yang benar. Jodha mengusap airmatanya dan berkata, “khaibar, kau tidak melakukan sesuatu yang salah atau berbuat dosa. Bahkan kau tidak tahu kenapa kau melakukan itu. Dan sangat berdosa sekali jika menghukummu. Mereka menguburkanmu di sumur yang gelap sebagai hukuman. AKu tidak akan membiarkan suamiku dan keluargaku melakukan dosa ini. Aku akan membebaskanmu dari sini. Oh tuhan aku mohon maafkan Yang Mulia. Dia telah menghukum Khaibar karena kemarahannya.” Jodha kemudian jongkok sambil memanggil-manggil nama Khaibar, “Khaibar, apa kau dengae aku?” Khaibar terbangun mendengar Jodha. Dengan bahasa Aaaa nya dia mengangkat tangan meminta tolong. Lalu terakhir sekali dia menyebut nama Jodha dengan susah payah, “Joo…dha..” Mendengar Khaibar memanggil namanya, Jodha terharu, “ya, ini aku Jodha. Kau sudah belajar memanggil namaku. ~Khaibar mengangkat tanganya lagi~ Khaibar, dengar, aku datang untuk menolongmu. AKu mohon tenang, ya?”
Jodha menengok ke sana kemari mencari alat bantu untuk menolong Khaibar. DI amenemukan tali. Jodha mengingkatkan tali itu di sebatang pohon besar. Dia membuka pintu penjara dan melempar tali kedalamnya sambil berkata, “pegang tali itu dan mulailah memanjat.” Khaibar mperlahan namun pasti naik ketas melalui tali yang diulurkan Jodha. Jodha menyuruh Khaibar bergerak cepat, “kau harus keluar dari lubang itu sebelum para penjaga selesai berdoa. Ayo cepat panjang talinya…!” Dengan susah payah, akhirnya khaibar berhasil keluar dari lubang penjara. Dengan caranya dia berkata Aaa… pada Jodha. Mungkin sebagai ucapan terima kasih. Jodha terlihat puas dan lega. Khaibar mengatakan sesuatu, tapi hanya Aaa saja. Jodha dengan perihatin berkata, “aku tahu tidak akan ada orang yang mengertimu, tidak ada yang mencintaimu. AKu juga sudah merasa tidak ada tempat untuk cinta di istana. Tidak ada orang yang mencintai orang lain.” Khaibar dengan wajah dunggunya menyerigai. Kemudian dengan cemas Jodha berkata, “Khaibar, sekarang waktunya kau keluar dari sini. Ayo.. pergilah yang jauh. Jangan pernah kembali lagi! Kau paham? Pergilah!” Khaibar menggeleng. Jodha membujuk Khaibar agar pergi, “manusia itu lebih kejam dari binatang. Kau mengerti? Sekarang pergilah dari sini! Dan ku mohon, berdoalah untuk suamiku, kemanapun kau pergi. Bagaimanapun, suamiku akan selalu menjadi pria terbaik di seluruh dunia ini. Kau pergilah dri sini!” Jodha memaksa Khaibar untuk pergi. Khaibar malah memanggil nama Jodha. Jodha melihat sekeliling dan ketakutan saat berpikir kalau penjaga akan segera datang, “pergila Khaibar. Penjaga akan segera datang. Kau harus pergi. Ini perintah dariku!” Jodha mendorong khaibar, tapi tubuh besar khaibar tak bergeming sedikitpun. Dia seperti enggan meninggalkan Jodha. Khaibar bahkan mengulurkan tanganya hendak menyentuh wajah Jodha. Jodha terpana kaget dan menarik tubuhnya kebelakang. Khaibar ikut-ikutan kaget. Jodha kemudian mendorong tubuh Khaibar dan menyuruhnya pergi. Khaibar dengan berat hati melangkah pergi. Sesaat Khaibar mneoleh, tapi kemudian melanjutkan langkahnya, pergi meninggalkan tempat itu. Jodha menatap kepergian Khaibar dengan perasaan lega.
Jodha menatap kedalam lubang penjara Khaibar yang sangat dalam. Tiba-tiba Jodha teringat saat Jalal menuduhnya memanfaatkan cinta Jalal. Dan menyalah gunakan kekuasaan dan kekuatan yang dia miliki, serta pengakuan jalal kalau dirinya mencintai Atifa. Yang paling menyakitkan adalah karena Jalal menyesal telah percaya dan mencintai Jodha. Dengan berderai air mata Jodha berkata, “apa gunanya hidup kalau Yang Mulia sudah tidak mencintaiku lagi? AKu akan melompat ke lubang ini dan mengakhiri hidupku. AKu akan terbebas dari segala penderitaan.” Jodha bersiap-siap untuk melompat kedalam lubang, ketika Khaibar menariknya dan dengan bahasanya yang Aaa… dia menanyakan maksud Jodha. Jodha terkejut dan memarahi Khaibar, “lepaskan aku! Kenapa kau menyelamatkan aku? Katakan!” Khaibar menatap Jodha dengan benggong. Jodha tiba-tiba tersadar dan menangis sesengukkan, “tidak. Aku sedang mengandung bayi kembar. Kenapa aku harus membunuh mereka sebelum mereka lahir ke dunia ini? AKu tidak berhak untuk merenggut nyawa mereka.” Melihat Jodha menangis, Khaibar mengulurkan telunjuknya untuk menghapus air mata Jodha. Jodha menarik pipinya. Khaibar berniat menyentuh Jodha dengan kedua tanganya, Jodha membentak, “apa yang akan kau lakukan Khaibar?” Khaibar menarik kembali tangannya. Jodha menyuruh Khaibar pergi, “pergi dari sini! AKu bilang pergi!” Jodha hendak meninggalkan Khaibar. Tapi khaibar lebih dulu menangkap pergelangan tangan Jodha dan membopong tubuhnya. Jodha berteriak histeris, “Khaibar, turunkan aku! Apa yang kau lakukan? lepaskan aku!”
Pengawal muncul dan melihat Khaibar membopong tubuh Jodha, “dia telah menculik Ratu Jodha lagi. Ayo kita tangkap dia!” Pengawal segera berlari mengejar khaibar. Jodha terus berteriak-teriak meminta Khaibar menurunkan tubuhnya.
Di istana, Jalal dan para penghuni harem sedang menikmati perjamuan. Para pelayan mengedarkan jamuannya. Para ratu dan pelayan khusus termasuk Atifa hadir dan mengambil hidangan yang di edarkan pelayan. Mereka mencicipi hidangan itu dengan penuh suka cita. Jalal tersenyum senang melihat para wanitanya gembira. Jalal menatap sekeliling mencari Jodha, tapi Jodha tidak ada. Dalam hati Jalal berkata, “kemana ratu Jodha?” Hamida melihat Jalal yang mencari-cari Jodha, bertanya pada Salima, “Salima, Jodha mana? AKu sudah mengirim pesan padanya untuk hadir di pertemuan ini.” Hamida menatap Jalal dengan cemas. Ruq menghampiri Jalal dengan membawa semangkok hidangan. Tapi Jalal tidak mengambil apa yang di sodorkan Ruq dia malah bertanya, “ratu Ruqaiya, dimana ratu Jodha? Aku tidak melihatnya..” Ruqaiya sambil tersenyum tipis menjawab, “Yang Mulia, mana aku tahu ratu Jodha ada di mana?” Jodha mengalihakan pandanganya dan dengan menuntut bertanya, “kenapa? kenapa kau tidak tahu di mana dia? Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk menjaga dia?” Ruq tertawa sinis, “Yang Mulia, kau aneh sekali. Ratu Jodha telah mengabaikan perintahmu di depan banyak orang. Dia telah mempermalukanmu. Dan kau masih saja perduli padanya.” Jalal tanpa menatap Ruq berkata, “itu bukan jawaban dari pertanyaanku. Kau tahu dia itu sedang hamil. Kau seharusnya selalu bersama dia setiap saat. Kenapa kau tidak mengikuti perintahku?” Tanpa rasa bersalah, Ruq menjawab, “aku mohon jangan khawatir, Yang Mulia. Ratu Jodha pasti ada di kamarnya. Mungkin dia sedang marah, melihat apa yang terjadi antara kau dan Atifa. Apalagi kau akan menikahi Atifa.” Jalal menatap Ruq dengan sedikit kaget. Ruq menyodorkan mangkok di tanganya ke hadapan jalal dan tersenyum, “kenapa kau terkejut, Yang mulia? Dinding harem mempunyai telinga. Dan aku tahu semua yang terjadi di dalamnya. ~Jalal menerima mangkok yang di sodorkan Ruq dengan tatapan jenggah~ Apa kau pikir aku tidak tahu tentang ini? AKu tahu kau sangat tertarik pada Atifa” Jalal menganduk mangkoknya sambil menatap Ruq dengan tatapan yang sulit di artikan.
Khaibar masih berjalan sambil membopong Jodha. Jodha memukuli punggung Khaibar, “Khaibar, apa yang kau lakukan? Turunkan aku! Khaibar, kau tidak menberti apa yang aku katakan? ~Jodha terus memukul punggung Khaibar~ Khaibar, kenapa kau melakukan ini? Kau mau bawa aku kemana? Turunkan aku!” Khaibar terus berjalan. Dia melewati pepohonan. Kepala Jodha tanpa di sadari Khaibar terantuk pada dahan pohon dan Jodha seketika jatuh pingsan. Khaibar tak menyadarinya. Khaibar terus berjalan. Pengawal berkuda mengejarnya. Tak tahu harus kemana, Khaibar mendaki bukit. Para pengawal melihat Khaibar, “itu dia, dia akan menuju ke bukit.”
Khaibar mendengar teriakan pengawal, dia merasa terganggu. Dia meletakkan tubuh Jodha diatas batu dan dengan tangan kosong memeprtahankan diri dari serangan pengawal besenjata. Satu persatu para pengawal yang menyerangnya terkapar tak berdaya. Khaibar berteriak menantang sambil merenggangkan kedua otot lengannya.
Jalal masih berbicara dengan Ruqaiya ketika seorang pengawal dengan terengah-engah menghadap diikuti ATgah. Pengawal mengabarkan, “Yang Mulia…” Semua terkejut dan memandang kearah pengawal. Jalal menanyai pengawal, “ada apa? Kenapa kau terlihat khawatir?” Atgah yang menawab, “Yang Mulia, dia membawa kabar buruk. Kita mendapat masalah lagi.” Jalal bertanya, “apa itu Atgah Khan?” Pengawal menjawab, “Yang Mulia, Khaibar telah menculik ratu Jodha lagi.” Semua yang hdir terlihat terkejut dan berdiri serentak dari duduknya. Jalal bahkan terlihat berdiri dengan sempoyongan menahan rasa kaget. Dengan wajah panik sekaligus tak percaya dia bertanya, “bagaimana ini mungkin? Dia sudah di kurung di lubang gelap. Bagaimana dia bisa kabur dari sana dan menangkap Ratu Jodha?” Pengawal memberitahu Jalal kalau Jodhalah yang menemui Khaibar di lubang itu dan membebaskannya. Hamida dan para Salima dan para wanita yang lain selain Ruq terlihat khawatir dan cemas. Ruq tersenyum sinis. Dan Jalal terlihat berang mendengar ulah Jodha….. Sinopsis Jodha Akbar episode 304 by Meysha Lestari.