Rendezvous bag 10 by Sally Diandra. Sore harinya pukul setengah 5 sore, Jodha sudah sampai di cafe Starbucks, Jodha yang sore itu sengaja datang in time atau datang sebelum pada waktunya bersama Moti langsung memesan dua cangkir Hazelnut Signature Chocolate panas sambil menunggu kedatangan Jalal diteras cafe “Mo, kayaknya nggak jadi aja deh ketemuannya” Moti yang saat itu sedang menikmati minuman coklatnya yang masih agak panas langsung tersedak “Kamu ini gila, sinting apa waras sih ? Kalau hari ini kamu nggak ketemuan sama tu cowok, apa next time kamu bakal berani minta ketemuan sama dia lagi ?” Moti benar benar kesal sama Jodha yang masih terus bimbang antara menerima tawaran kerja Jalal atau tidak “Kamu nggak tahu sih, Mo … orangnya itu nekat banget !”, “Tapi dia itu orang yang berpendidikan, Jo … keluarganya tenar di kota ini jadi aku rasa, dia nggak bakal berbuat macam macam yang bakal menjatuhkan namanya sendiri, tenang aja, boss mu kali ini orangnya intelek, sudahlah nikmati aja … lagian dimana lagi kamu bisa dapat gaji segitu ?” Moti terus nyerocos berusaha untuk meyakinkan sahabatnya ini, sementara Jodha merasa gelisah ketika akhirnya Jodha harus memutuskan untuk menerima tawaran Jalal, sebenarnya dari lubuk hatinya yang paling dalam, Jodha tidak ingin bekerja dengan Jalal tapi apa daya kalau setiap hari ayahnya terus menanyakan apakah dirinya sudah mendapatkan pekerjaan atau belum ? “Jo, sudah jam 5, sttt …apa cowok itu bossmu ?” Moti membuyarkan lamunan Jodha, dari tempatnya duduk Jodha bisa melihat dengan jelas sosok pria yang keluar dari mobil BMW hitamnya dengan balutan kemeja lengan panjang yang digulung hingga ke siku warna hijau tosca dipadu dengan celana kain warna coklat susu plus rambut gondrong merahnya yang diurai seperti surai singa semakin menambah efek maskulin yang terpancar dalam diri pria ini yang tak lain adalah boss barunya si Mr. Everything.
Tanpa menunggu lama, Jalal langsung menuju ke tempat Jodha berada padahal Jodha belum sempat memberikan aba aba apapun kearah Jalal untuk mendekat, rupanya radar lebahnya langsung bisa mengetahui dimana ratu lebah madunya berada. “Selamat sore, apa kabar ?” Jodha segera berdiri menyambut Jalal yang tersenyum sumringah kearahnya, sesaat Jalal sedikit tertegun melihat penampilan Jodha yang tidak seperti biasanya dia lihat, kali ini Jodha tampil masih dengan make up minimalis plus kacamata minusnya dengan rambutnya yang hitam lebat dikepang hingga sepinggang, sementara celana jeans belel dan kemeja kotak kotak lengan pendek yang warnanya senada membalut tubuhnya yang ramping plus sepatu sneakers favouritnya. “Rambut kamu panjang sekali ternyata” itulah kata kata pertama yang tiba tiba keluar dari bibir Jalal “Iya, memangnya kenapa ?” Jalal sadar kalau pertanyaannya barusan membuat dirinya terlihat tolol dimata Jodha “Oh tidak tidak apa apa” Jalal jadi salah tingkah didepan Jodha, memang tidak dipungkiri gaya Jodha yang lebih santai kali ini membuat Jalal semakin terpesona “Silahkan duduk, oh iya kenalkan ini temanku Moti” Moti segera mengulurkan lengannya untuk menyambut kedatangan Jalal, Jalalpun mengulurkan lengannya “Moti”, “Jalal !” ujarnya mantap dengan genggaman tangannya yang kuat seperti biasanya tapi tidak lama, tidak seperti ketika dirinya menyalami Jodha dulu.
“To the point ya …” Jalal langsung memotong ucapan Jodha “Sebentar sebentar aku mau pesan minuman dulu, bolehkan ?” Jodha mengangguk pelan dan Jalal kembali berdiri lalu masuk kedalam cafe Starbucks. Sepeninggal Jalal, mata Moti langsung berbinar terang “Yaaa ampuuun, Jo ! Itu cowok laki banget ! Mana rapi, bersih, baunya aja wangi banget … kamu bisa ngerasa kan ? Sexy banget tu cowok, kalau aku sih nggak bakalan mikir dua kali deh untuk kerja sama dia” Jodha hanya menggeleng gelengkan kepalanya melihat semangat 45 yang terpancar dalam diri Moti “Kamu itu bisa ngomong gini, karena kamu nggak tau siapa dia sebenarnya”, “Emangnya dia kenapa ? Dia cuma nekat aja kan ? Dan lagi aku lihat sepertinya dia ada hati sama kamu” mata Jodha langsung terbelalak “Jangan ngaco aah, Mo ! Kalau kedengeran dia, nggak enak nantinya”, “Tapi aku yakin, Jo ! Ngapain juga dia merhatiin rambut kamu yang panjang kalau dia nggak ada feel sama kamu”, “Ya itu karena … kalau aku ketemu sama dia, rambutku ini selalu aku tekuk kedalam jadi wajar kan kalau sekarang dia baru tau kalau rambutku panjang” Moti langsung memotong ucapan Jodha “Ssst … orangnya datang tuuu” dari kejauhan Jodha bisa melihat Jalal sedang berjalan kearahnya dengan membawa baki yang berisi dua slice Cake red velvet white chocolate dan segelas Macchiato Caramel ditangannya “Here we go ! This is for you and this is for you, kalian suka kan ? Karena aku lihat tidak kudapan ringan yang menemani jadi ini aku sajikan untuk kalian berdua” Jodha dan Moti hanya tersenyum sambil mengucapkan terima kasih “Ok, sampai mana kita tadi, apa yang ingin kamu sampaikan, Jodha ?”, “Begini tuan Jalal …” Jalal kembali memotong kata kata Jodha “Tolong bisa nggak kalau nggak usah pake kata tuan, panggil saja aku Jalal, kesannya lebih enak” sesaat Jodha terhenyak dengan permintaan Jalal, sementara Moti pura pura batuk batuk sambil melirik kearah Jodha.
“Baiklah … begini Ja – lal … maaf … aku kurang terbiasa memanggil anda dengan sebutan itu …” kembali Jalal memotong ucapan Jodha “Maaf, bisa nggak … nggak usah pake kata an – da, aku lebih prefer kalau kita ber a – ku ka – mu saja, kamu tidak keberatan kan ? Karena aku pikir sebuah hubungan kerja sama kalau dibangun dengan perasaan yang nyaman dan tidak ada rasa saling segan atau sungkan, pasti akan berjalan lebih baik, kamu setuju ?” Jodha hanya diam sambil terus memperhatikan Jalal dengan mata elangnya sementara Moti menendang kaki Jodha dibawah meja hingga membuat Jodha meringis kesakitan “Kenapa Jodha ?” Jalal panik melihat Jodha yang tiba tiba meringis kesakitan sambil memegangi kakinya “Oh tidak, tidak apa apa, rupanya kakiku menendang kaki meja, tidak apa apa, sudah enakkan kok” rasa peduli Jalal yang begitu tinggi ke Jodha, membuat Moti semakin yakin kalau boss baru Jodha ini memang ada feeling dengan Jodha. “Bisa kita mulai pembicaraan kita ?” Jalal mengangguk mantap sambil sesekali menikmati minuman kopinya “Sebelumnya aku minta maaf, seperti yang aku ceritakan tempo hari bahwa aku butuh pekerjaan yang gajinya paling tidak menyamai gaji yang diberikan oleh Madam Benazir, anda … eh ka – mu tahu kan kenapa ?”, “Jadi kamu menerima tawaranku ?” Jodha kembali terdiam “To the point banget ni orang ?” bathinnya dalam hati “Iiiiiyaaaah … aku terima tawaran anda eh kamu”, “Oke kalau begitu deal ! Lusa kamu bisa langsung kerja”, “Tapi ini hanya sementara saja, tuan …” Jalal kembali memotong
“A – a ! No tuan ya ! Tidak ada tuan” Jodha mengangguk lemah “Iyaa maksudku … Ja – lal, begini yang harus aku pertegas disini bukannya aku memanfaatkan kamu karena kamu bisa memberikan aku gaji seperti Madam Benazir tapi ini semata mata karena agar keluargaku tidak begitu syok dengan insiden pemecatanku kemarin sampai aku benar benar dapat pekerjaan yang sesuai dengan kemampuanku, setelah aku dapat aku pasti akan langsung mengundurkan diri” Jodha benar benar merasa tidak nyaman dengan posisinya kali ini “Jodha, aku tidak masalah dan lagi semua ini karena aku, kamu dipecat karena aku jadi aku merasa wajib dan harus bertanggung jawab ke kamu, gara gara aku, kamu tidak bisa lagi menerima uang itu so aku harus menggantinya sebagai penebusan dosaku, so bagiku disini tidak ada yang memanfaatkan atau dimanfaatkan, kamu tidak usah khawatir soal itu …” Moti langsung memotong ucapan Jalal “Nah tuh cakep ! Bener itu apa yang dibilang sama Jalal, Jo … kamu itu nggak usah merasa sungkan dengan Jalal, Jalalnya sendiri fine fine aja … Iya kan mister ?” Jalal mengangguk anggukkan kepalanya tanda setuju dengan ucapan Moti.
“Baiklah, kalau begitu … deal besok lusa aku bekerja untuk anda, lalu pekerjaanku masih seperti yang kemarin ?”, “Yup ! Kamu hanya mengawasi rumahku yang sedang direnovasi dan sedikit bersih bersih rumah karena banyak debu kan ?” Jodha mendengarkan penjelasan Jalal “Dimana alamatnya ?”, “Menteng !”, “Bussyeeet !” jerit Jodha dalam hati “Itu kan kawasan elit, harga rumah disana kan sudah bukan ratusan lagi tapi milyaran, gila ni cowok” sementara Moti juga ikut terperangah seperti Jodha, Jodha yakin kalau Moti punya pemikiran yang sama seperti dirinya “Aku tunggu kamu jam 8 pagi ya besok lusa disana, ini alamatku dan ini …” Jalal segera mengeluarkan dompetnya yang tebal, namun Jodha segera menolaknya “Oh tidak tidak, aku nggak biasa dapet gaji sebelum bekerja, jadi biar aku bekerja dulu, baru nanti kamu menggaji aku, gimana ?” Jalal mengangguk mantap dan memasukan kembali dompetnya kedalam saku celananya dan segera menghabiskan minuman favouritenya “Aku rasa semuanya sudah clear kan, kalau begitu aku pamit dulu karena aku masih ada appointment dengan klienku” Jalal teringat kalau ternyata Mr. Ibrahim hanya mau bertemu dengan dirinya dan bersedia memundurkan pertemuan mereka jam 6 petang ini “Oke, kalau gitu sampai ketemu lusa, tu … Ooh maksudku Ja – lal” Jalal menyeringai senang dan segera berlalu meninggalkan Jodha dan Moti. Rendezvous bag 11 by Sally Diandra.