Rendezvous bag 11 by Sally Diandra. Pukul setengah tujuh pagi Jodha sudah melarikan motor kesayangannya menuju ke Menteng, rumah Jalal, Jodha sengaja pagi pagi sudah keluar dari rumahnya agar tidak terkena hiruk pikuk jalanan ibukota, Jodha paling malas bila terjebak macet sedangkan perjalanan menuju ke rumah Jalal memakan waktu kurang lebih 45 menit hingga 1 jam dari rumahnya yang berada dipinggiran kota. Daerah Menteng, tempat kediaman Jalal adalah salah satu kawasan elit di ibukota, tepatnya dijantung ibukota, sangat dekat dengan beberapa pusat perbelanjaan berkelas, jalan protokol, perkantoran, hotel, rumah sakit dan lain sebagainya. Semakin mendekati rumah Jalal, rumah itu semakin terlihat memukau apalagi letaknya yang dipojok jalan membuat rumah yang bergaya kontemporer itu bisa terlihat dari beberapa sudut pandang dengan taman yang eksotik tanpa pagar yang mengelilinginya “Harganya pasti mahal, katanya sih rumah dari daerah sini harganya puluhan milyar, wuiiih … ternyata bener bener tajir juga ni cowok” bathin Jodha dalam hati. Saat itu waktu menunjukkan pukul setengah 8 pagi, Jodha tidak bisa membayangkan kalau Jalal bakal tinggal disalah satu bangunan yang berjejer di kompleks perumahan ini, sementara banyak apartemen mewah yang menawarkan gaya hidup yang lebih mudah dan wah untuk seorang lajang seperti Jalal “Pasti rumah ini hanya untuk investasi bisnisnya saja, saat ini kan pasar properti lagi nggak booming banget, jadi saat ini waktu yang menguntungkan untuk membeli properti, juga waktu yang tepat untuk merenovasinya, Jalal memang pintar !” tanpa Jodha sadari Jodha memuji kemampuan Jalal dalam menganalisa pasar yang bergejolak saat ini karena bagaimana pun juga Jalal adalah seorang pakar finansial.
Begitu sampai dirumah Jalal, Jodha bisa melihat bangunan lantai dua warna merah abu abu itu berdiri sangat kokoh, bau catnya yang masih baru masih tercium menyengat, desain tampilan depan juga kelihatannya baru saja selesai dibuat “Jalal, pasti merombak besar besaran rumah ini, berapa duit lagi yang harus dia keluarkan ?” Jodha semakin penasaran dengan Jalal. Jodha segera memarkiran motornya didepan pintu garasi mobil, sementara dari dalam pintu garasi yang terkuak sedikit, mobil BMW roadster hitam sudah terparkir disana “Apa dia menginap semalam disini ?” Jodha bertanya tanya dalam hati, bergegas Jodha hendak memasuki rumah Jalal melalui pintu depan ketika mulai melangkah menaiki tangga tiba tiba Jodha kaget karena ternyata keramiknya belum dipasang disana, yang ada hanya pondasi yang menganga dengan beton beton besi bertulangnya, Jodha segera turun dan berbalik menuju ke garasi mobil. Begitu memasuki garasi mobil, perut Jodha serasa diaduk aduk, Jodha berusaha untuk menenangkan dirinya agar tidak terlihat tegang didepan Jalal, Jodha sadar kalau sebentar lagi dirinya akan menghadapi kharisma kuat seorang lelaki, daya tarik sensual Jalal pada hormon wanitanya cukup memperingatkan Jodha untuk tidak tertarik pada boss barunya ini.
Pagi ini Jodha sengaja memilih penampilan yang sangat tidak menarik, dengan make up minimalis, Jodha mengenakan tunik katun longgar bercorak bunga bunga kecil berwarna warni plus jeans belelnya dan sepatu sneaker favourite, rambutnya yang hitam panjang lebat hingga sepinggang hanya dikucirnya mirip ekor kuda dengan tas ransel yang bersandar dipunggungnya, Jodha ingin Jalal tahu bahwa dirinya tidak ingin menarik perhatiannya. Jodha mulai memasuki rumah Jalal melalui pintu samping yang tembus dari garasi mobil “Selamat pagi !” Jodha mencoba memberi salam tapi tidak ada jawaban apapun dari dalam, Jodha terus melangkah kedalam rumah, pintu samping tersebut rupanya langsung tembus kesebuah taman mini yang beratapkan besi besi terali diatasnya sehingga sinar matahari bisa tembus langsung dari sana dengan beberapa batu kali yang disusun berjejer melintang sebagai jalan setapak yang dibuat ditengah tengah taman sementara disisi sebelah kanan terdapat kaca transparan besar sebagai pengganti tembok “Orang ini suka alam rupanya ? Semuanya serba hijau dan segar” dari taman tersebut tembus ke teras kesamping yang membentuk letter L yang berfungsi sebagai teras belakang, didepan teras samping terhampar tempat lapang terbuka hijau, sementara di depan teras belakang ada kolam renang yang bentuknya persegi panjang dan dipojok kolam renang ada dapur, kelihatannya baru dapur itu yang desainnya selesai dibuat sementara ruangan lainnya masih berantakan, masih terdapat beberapa keramik yang ditumpuk meninggi, juga ada semen, alat alat tukang dan lain sebagainya.
Dari teras belakang ada pintu penghubung berupa pintu ganda yang masuk kedalam ruangan yang luas, ketika Jodha menggeret kesamping kedua pintu itu, tiba tiba dari arah tangga terdengar suara kaki melangkah, Jodha yakin itu pasti Jalal yang baru saja turun dari lantai atas “Heiii … kamu sudah datang rupanya” sejenak Jodha terpana pada penampilan boss barunya ini dengan rambutnya yang basah dan masih acak acakkan tapi tidak mengurangi ketampanan yang terukir diwajahnya “Jodha, dia bukan untukmu ! Dia bukan untukmu ! Di – a bukan untukmu, Jodha !” Jodha berusaha meyakinkan dirinya sendiri agar tidak begitu berharap pada kenyataan yang ada, mencoba agar tetap menjaga akal sehatnya, agar dirinya tetap berada pada posisinya saat ini, siapa Jalal dan siapa dirinya. “Iya, aku lewat pintu garasi, kamu menginap disini rupanya ?” Jodha baru menyadari kalau dirinya terlalu lancang menanyakan pertanyaan barusan, Jalal hanya tertawa kecil sambil terus mendekat kearah Jodha “Iya, aku memang menginap semalam disini, kamu sudah sarapan ? Bagaimana kalau kita sarapan bersama ? Ayok ikut aku” Jodha mengikuti Jalal menuju ke dapur “Kamu tahu, baru dapur dan kamar yang selesai aku desain, sementara yang lainnya masih berantakan seperti yang kamu lihat dan dapur ini kudesain sendiri” ujar Jalal sambil membuka lemari esnya “Kamu bisa memasak ?” sekali lagi Jodha merasa pertanyaannya sungguh konyol “Yaa, sejak kecil aku suka memasak, nenekku yang mengajari aku memasak” sesaat Jodha tercengang “Sejak kecil aku memang lebih dekat dengan nenekku ketimbang dengan ibuku, ibuku seorang yang ambisius, dia lebih suka menghitung angka angka ketimbang membuatkan sarapan untuk anaknya, kamu sudah bertemu dengan ibukku kan tempo hari ?” Jodha hanya mengangguk sambil memperhatikan betapa terampilnya tangan Jalal ketika memilah milah sayuran dan mengiris ngirisnya menjadi beberapa bagian.
“Benar benar multitalenta juga ini cowok” tanpa sadar kembali Jodha memuji Jalal “Tapi aku suka dengan sifat ambisius ibuku, karena hal itu juga menurun padaku, yaa tahu sendiri kan ? Buah jatuhnya tidak jauh dari pohonnya … oh iyaa pagi ini aku buatkan kamu sarapan yang praktis ya ? Scramble egg with vegetables atau bahasa kerennya orak arik telur dengan sayur, kamu setuju ?” ujar Jalal sambil tersenyum, Jodha membalasnya dengan senyuman manisnya “Aku sudah sarapan”, “Tidak baik kalau kamu menolak permintaan tuan rumah, nona … santai saja, aku akan menyulapnya dalam sekejap” Jodha benar benar takjub ketika melihat Jalal memainkan segala macam peralatan dapur itu dengan cepat dengan sigap, tidak ada kecanggungan dalam setiap gerakannya yang mirip seperti seorang master chef yang sedang mengolah makanannya. “Jodha, bisa bantu aku ?” sesaat Jodha terkejut ketika Jalal mengagetkan dirinya dengan pertanyaannya “Ya, apa yang bisa aku bantu ?”, “Kamu minum apa ? Ice tea, lemon tea atau teh hangat dikasih perasan lemon juga enak atau orange juice, terserah … kamu mau minum apa, kamu bisa menyiapkannya kan selama aku memasak ?” Jodha benar benar merasa seperti gadis yang tolol yang tidak tanggap dengan apa yang harus dilakukannya sebagai seorang perempuan, sementara laki laki didepannya ini sedang sibuk memasak.
Bergegas Jodha segera membuka lemari es Jalal, diambilnya lemon, kemudian diirisnya pelan “Kamu lebih suka air matang yang langsung direbus atau air panas dalam termos ?” tanya Jodha sambil melirik ke bossnya yang hanya mengenakan kaos santai dan celana pendek bermuda selutut “Aku suka pilihan yang pertama, seduhan teh dengan air rebusan pertama lebih nikmat daripada air panas dalam termos” tidak menunggu lama Jodha segera mencari ketel air, diisinya ketel tersebut dengan air kran lalu ditunggunya beberapa menit kemudian dibuatnya dua cangkir lemon tea hangat untuk mereka berdua, Jalal sendiri juga sudah selesai dengan sramble eggnya, tak lama kemudian mereka berdua duduk dimeja yang terdapat ditengah dapur yang biasanya digunakan untuk meracik makanan tapi kali ini disulap Jalal menjadi meja makan karena memang belum ada meja makan disana. “Nah, selamat makan … aku biasanya makan scramble egg ini dengan roti injera, nah ini dia … aku sudah membuatnya semalam”, “Membuatnya semalam ? Jadi dia menginap semalam disini untuk membuatkan roti ini untukku ? Benarkah itu ? Ya ampuun perhatian banget sih ini cowok” jerit Jodha dalam hati, sementara Jalal mengeluarkan sebuah roti yang bulat tapi tipis dari dalam lemari makannya “Ini namanya roti injera, makanan khas orang Ethiopia, biasanya diisi dengan daging ayam, sapi atau domba yang dicampur bumbu rempah dan biasanya menjadi menu wajib untuk sarapan mereka, kamu sudah pernah memakannya ?” Jodha menggelengkan kepalanya “Caranya mudah, kamu tinggal memasukan scramble egg ini kedalamnya lalu dilipatnya seperti ini, nah bisa langsung dimakan, mudah kan ?” Jodha ikut ikutan seperti yang dicontohkan Jalal kemudian mulai memakannya
“Gimana ?”, “Hmmm … Lezat, enak juga, rotinya sangat kenyal dan lembut ya, kamu bikin sendiri ?” Jalal hanya menganggukkan kepalanya sambil terus menikmati hasil olahannya itu “Kamu suka ? Bagaimana isinya ?”, “Isinya juga enak, sedap, nggak nyangka ternyata kamu pintar masak juga” Jalal hanya tersenyum sambil menikmati lemon tea hangatnya “Kamu juga bisa masak kan ?” Jodha segera menganggukkan kepalanya “Kalau gitu, kapan kapan kita masak bareng, kebetulan disebelah kolam renang itu, ada space sedikit yang akan aku buat untuk tempat barbekyu, jadi kapan kapan aku pengin bikin barbekyu party sama temen temen, kamu harus membantu aku ya” mata Jalal terlihat berbinar terang ketika mengutarakan rencananya ini, sementara Jodha hanya diam membisu karena itu artinya Jalal ingin melibatkan Jodha terlalu jauh dalam hubungan antara bos dan stafnya ini. “Aku lihat diteras depan kenapa masih ternganga seperti itu ?” Jodha berusaha mengalihkan topik pembicaraan “Oh itu, iya aku sengaja membuatnya seperti itu, itu aku maksudkan untuk menaruh keramik kaca dibagian tengahnya agar bisa melihat kebawah, dibawahnya akan aku buat sebuah kolam ikan, aku akan menaruh banyak ikan koi disana, dan keramik kaca itu tembus sampai ke ruang tamu, jadi dari ruang tamu kita juga bisa melihat ikan ikan itu berenang”, “Kamu suka alam rupanya” Jodha langsung bisa menebak hobby Jalal “Yup ! I am ! aku suka sekali alam”, “Pantas saja dirumahmu ini banyak sekali tempat lapang terbuka hijau dan juga taman” Jalal menganggukkan kepalanya “Aku ingin membuat rumah ini hijau dan segar”, “Pembelinya pasti akan senang sekali”, “Kamu kira aku akan menjual rumah ini ?” Jodha segera menggangguk “Sebuah investasi yang menguntungkan kan ?” Jalal menggelengkan kepalanya “Tidak, aku akan tinggal disini, aku bosan tinggal diapartemen dan lagi dengan adanya rumah ini aku bisa merawat secara langsung piaranku dan juga Malika” sesaat Jodha tertegun “Siapa itu Malika ? Pacarnya kah ?” Jodha bertanya tanya dalam hati.
“Piaran ? Maksudmu hewan piaran ?” Jalal menganggukkan kepalanya mantap “Aku punya beberapa iguana, burung, ayam kate dan Malika”, “Malika ?” Jalal tersenyum melihat rona keheranan diwajah Jodha “Malika dia simpanse yang aku rawat sejak masih kecil, aku menemukannya di Kalimantan ketika aku pergi kesana, waktu itu dia masih kecil sekali, aku menemukannya dalam keadaan sekarat”, “Lalu dimana dia sekarang ?” Jodha semakin penasaran “Aku titipkan diranch kuda ayahku, selama ini adikku Zhannas yang merawatnya, dia dokter hewan, kamu sudah bertemu dengan dia kan ?” Jodha mengangguk “Jadi karena itu kamu membeli rumah ini”, “Yaa tentu saja dan lagi sudah saatnya aku memikirkan sebuah keluarga” ujar Jalal sambil menatap Jodha tajam, Jodha hanya bisa tersenyum kecut mendengarnya “Bodohnya aku ini ! Sebentar lagi dia itu mau menikah, Jodha ! Jangan mengkhayal terlalu tinggi ! Sadar siapa kamu itu, kamu itu bagaikan bumi dan langit dengan dirinya” jerit Jodha dalam hati, tiba tiba ponsel Jalal berbunyi, Jalal terlibat pembicaraan cukup serius “Jodha, maaf … aku harus segera ke kantor karena ada yang harus aku kerjakan pagi ini, anggap saja ini rumahmu sendiri, nanti kalau ada sesuatu yang kamu butuhkan, kamu bisa telfon aku, okey ?” Jodha hanya mengangguk tepat pada saat itu para tukang mulai bermunculan satu per satu “Nah, itu mereka datang, kamu bisa berkenalan langsung dengan mereka, aku sudah menceritakan tentang kamu, aku tinggal ya” Jalal segera masuk kedalam dan berlari menyusuri anak tangga meninggalkan Jodha yang duduk terdiam dikursi, Jodha sadar dirinya hanyalah seorang karyawan biasa bagi Jalal, jadi nggak ada alasan untuk memimpikannya terlalu tinggi “Berhenti berkhayal, Jodha !” Rendezvous bag 12 by Sally Diandra