Rendezvous bag 15 by Sally Diandra. Dari tempatnya berdiri Jalal menatap Jodha tanpa berkedip, Jalal terperangah dengan penampilan Jodha yang terbalik 180 derajat, dengan rambut hitam ikal mayang yang dibiarkan terurai membuat Jodha semakin sexy dimata Jalal, apalagi dengan gaun hijau tosca hasil rancangan Reesham Khan yang dipadu dengan high heels perak menambah sisi femininnya semakin terlihat, perlahan Jodha berjalan mendekati Jalal sambil tersenyum, Jalal membalas senyumnya, namun tiba tiba tanpa Jodha duga ketika hampir dekat dengan Jalal, kaki Jodha tersandung karpet yang terbentang disana, Jodha hampir saja terjerembab jatuh kalau saja Jalal tidak segera menangkapnya dengan cepat “Hati hati Jodha” Jodha jadi kikuk didepan Jalal “Maaf, aku tidak sengaja tapi jujur aku harus bilang sama kamu, kalau aku nggak terbiasa pake high heels begini, aku selalu merasa kikuk kalau memakainya” Jalal tersenyum sambil berbisik ketelinga Jodha “Tapi kamu sexy pake high heels itu dan aku suka dengan penampilanmu kali ini, kamu benar benar berbeda” bisik Jalal sambil masih menggenggam tangan Jodha, Jodha segera melepaskan tangannya dari tangan Jalal, Jalal tertawa kecil melihat tingkah Jodha “Aku rasa ada baiknya kalau kamu tetap menggenggam tanganku, Jodha … siapa tau nanti kamu jatuh lagi” sesaat Jodha kesal dengan ejekkan Jalal tapi ucapan Jalal tadi ada benarnya juga, kalau dia jatuh lagi, siapa nanti yang akan membantunya kalau bukan Jalal, sementara itu Jalal mengambil sebuah kotak berbahan beludru warna merah hati yang diletakkan sedari tadi diatas meja “Aku rasa ada yang kurang dari penampilan kamu ini” Jodha merasa heran dengan ucapan Jalal.
“Ada yang kurang ? Kurang apanya ? Aku rasa nggak ada yang kurang” Jalal membuka kotak beludru merah tersebut yang ternyata berisi seperangkat perhiasan berlian lengkap mulai dari kalung, anting anting dan gelang “Wow bagus sekali, ini berlian ?” Jodha takjub melihat perhiasan berlian yang dibawa Jalal, seumur hidup Jodha baru melihatnya dan Jalalpun mengangguk sambil tersenyum “Dari mana kamu dapat ?”, “Aku baru saja merampok toko perhiasan” Jodha langsung kaget, mimik wajah Jodha yang tegang membuat Jalal tertawa nakal “Hahahaha … aku pinjam dari temanku, jangan khawatir, aku rasa perhiasan ini cocok buat kamu, sini aku pakaikan” Jalal segera mengambil kalung berlian tersebut dan memakaikannya keleher Jodha, Jodha segera menyibakkan rambut panjangnya kesamping. Selesai mengenakan kalung berlian itu ke Jodha, Jalal kemudian menyerahkan gelang dan anting anting berlian itu ke Jodha “Nah, sempurna sekarang ! Perfect ! Tapi jangan lupa nanti dikembalikan ya” Jodha tersenyum masam, sedangkan Jalal semakin mengagumi penampilan Jodha “It’s lovely, Jodha … kecantikanmu semakin bertambah” Reesham Khan yang masih berdiri disana juga ikut menimpali penampilan Jodha “Jalal, kapan kapan I boleh ya pinjam your lady sebagai modelku, I suka dengan karakter wajahnya, apalagi bodynya juga oke, sebenarnya dia bisa saja menjadi model atau peragawati seperti Salima !”, “Oh ya ?” Jalal dan Jodha sama sama kaget begitu mendengar ucapan Reesham Khan.
“Oh tidak tidak … Miss Reesham, aku tidak ahli kalau disuruh melenggang seperti itu” Jodha merasa canggung dengan ucapan Reesham Khan “Kenapa tidak, sweety … Ye punya modal untuk itu, sementara yang lain bisa ye pelajari dan I am Reesham Khan 100% yakin kalau Salima pasti tidak akan keberatan untuk membantu ye dalam hal ini” Reesham Khan mencoba memberi semangat ke Jodha “Aku pikir ada benarnya juga, Jodha … kenapa tidak kamu coba ? paling tidak, kalau kamu takut menggunakan high heels, kamu bisa menjadi foto model, iya kan, Reesham ?”, “Exactly ! Ye harus mempertimbangkan tawaran I ini, Jodha ! Tawaran ini tidak datang dua kali dan tidak datang pada setiap orang ! Nanti I kabari lagi, sekarang cap cus cyiiin … Nanti ye berdua terlambat dinnernya” Reesham Khan langsung menggiring Jalal dan Jodha ke pintu keluar “Terima kasih, miss Reesham … kami berangkat dulu”, “With my pleasure” ujar Reesham Khan setelah mereka berada diluar tak lama kemudian Jalal membukakan pintu mobilnya untuk Jodha, Jodha merasa tersanjung diperlakukan seperti itu oleh seorang laki laki seperti Jalal dan dalam hitungan menit mobil BMW roadster hitam Jalal melesat ditengah keramaian.
Sepanjang perjalanan Jalal menceritakan bagaimana keluarganya, mulai dari ayahnya yang dokter bedah, kemudian ibunya yang seorang wanita karir yang mempunyai perusahaan dimana mana diberbagai macam sektor, kakak laki lakinya Adam Khan yang mengikuti jejak ibunya, kemudian kakak perempuannya Bhaksi Bano yang seorang dokter anak, lalu adik perempuannya Zhannas yang seorang dokter hewan, juga adik bungsunya Mirza Hakim yang mengikuti jejak ibunya sebagai seorang pebisnis dan bisa dikatakan hanya Jalal yang memilih profesi yang berbeda yaitu sebagai seorang penasehat keuangan namun instingnya dalam hal ini sangat diakui oleh ibunya yang pebisnis sejati, kemampuannya menganalisa sebuah perusahaan sering dimanfaatkan ibunya dalam mengakuisisi perusahaan lain, maka tak ayal Jalal adalah anak kesayangan ibunya.
Sekitar pukul 8 kurang 15 menit, mobil BMW roadster hitam milik Jalal memasuki pekarangan ranch kuda milik ayah Jalal, Jalal segera memarkirkan mobilnya dilapangan parkir yang terhampar didepan sebuah rumah kuno bergaya Victoria, ketika Jodha keluar dari mobil Jalal, disana sudah banyak mobil mobil mewah lainnya yang berderet menyilang, saudara saudara Jalal rupanya sudah berkumpul semua, jantung Jodha terasa berdegup sangat kencang, perasaan yang sama yang dirasakannya ketika akan melalui wawancara kerja, Jodha merasa malam ini adalah malam ujian bagi dirinya,dimana semua mata pasti akan menghujam kearahnya. “Kamu sudah siap ?” Jalal menawarkan tangannya untuk Jodha “Aku bisa jalan sendiri”, “Kamu yakin ? Aku pikir daripada kamu jatuh lagi seperti tadi, ada baiknya kalau kamu menerima tawaranku ini, Jodha” sesaat Jodha terdiam sambil memperhatikan Jalal yang masih mengulurkan tangannya, akhirnya perlahan Jodha bersedia melingkarkan lengannya ditangan Jalal, Jalal tersenyum nakal melihat tingkah Jodha “Kamu tidak usah takut, rilex saja, keluargaku ini keluarga moderat” ujar Jalal sambil mengajak Jodha masuk kedalam rumah.
Begitu masuk kedalam rumah, aroma semerbak wangi lavender menyebar diseluruh rumah, membuat Jodha sedikit rilex ketika membauinya, dari kejauhan Jodha bisa mendengar percakapan beberapa orang yang terdengar ramai diiringi oleh teriakan teriakan melengking beberapa anak anak kecil “Beginilah jadinya kalau keluarga besarku berkumpul, ramai seperti pasar” Jodha hanya tersenyum sambil melirik kearah Jalal yang mengenakan stelan jas warna cokelat susu yang dipadu dengan kemeja warna merah maroon “Jalal, akhirnya kamu datang” kehadiran ibu Hamida yang muncul secara tiba tiba didepan mereka, membuat Jodha sedikit tersentak, gaun long dress warna putih lengan pendek dengan leher sabrina memang mampu menunjukkan berada dikelas sosialita yang seperti apa dia berada “Ibu, apa kabar ?” Jalal segera mencium tangan ibunya dan menempelkan kedua pipinya secara bergantian dipipi ibunya “Siapa dia Jalal ?” pandangan ibu Hamida yang menyelidik membuat Jodha kikuk “Dia ini Jodha, bu …. temanku” , “Teman ?” pertanyaan yang sama juga mengisi ruang otak Jodha “Kamu hanya temannya, Jodha …jangan berharap lebih” jerit suara hati Jodha “Jodha, kenalkan ini ibuku ibu Hamida Bano” Jodha tersenyum kearah ibu Hamida sambil mengulurkan tangannya, ibu Hamida menyambut tangan Jodha dengan pandangan menyelidik “Ayooo, masuk ke dalam, semuanya sudah menunggumu” ibu Hamida segera berbalik masuk kedalam ruangan, Jodha dan Jalal mengikutinya dari belakang.
Jodha dan Jalal memasuki sebuah hall besar dimana terdapat meja makan panjang yang berada ditengah tengahnya dan semua makanan sudah tersedia disana, kehadiran mereka berdua menjadi pusat perhatian semua pasang mata yang memandang kearahnya, mata mata asing yang sepertinya siap menerkam dan menelanjanginya bulat bulat, Jalal menggiring Jodha untuk duduk di dua kursi yang masih kosong “Jalal, kamu duduk disebelah Rukayah” tiba tiba ibu Hamida memerintahkan Jalal untuk duduk disebelah seorang perempuan yang bernama Rukayah sedangkan Jodha duduk disebelah sisi Jalal lainnya “Jalal, apa kabar ? Aku kangen sekali sama kamu” Jalal hanya tersenyum “Aku kira kamu masih di Hongkong, aku dengar kamu lagi syuting disana” ujar Jalal sambil duduk disebelah Rukayah “Syutingnya sudah selesai disana, tinggal beberapa set yang disini” ujar Rukayah dengan mata yang berbinar binar “Oh iya, Rukayah kenalkan ini Jodha, temanku, Jodha kenalkan ini Rukayah” Jodha dan Rukayah hanya saling tersenyum satu sama lain “Rasanya aku pernah melihat gadis ini tapi dimana ya ?” bathin Rukayah dalam hati sementara itu tiba tiba dari ujung meja, ibu Hamida mulai membuka acara makan malam keluarga kali ini dan acara makan malam itupun dimulai, sebuah makan malam resmi yang menggunakan beberapa sendok, garpu dan pisau yang berjejer disamping piring dan mangkok yang ditumpuk. Jodha merasa beruntung karena dulu dikampusnya, dirinya pernah mengikuti pelajaran extra table manner, sebuah tata cara resmi ketika makan yang dimulai dengan appetizer (makanan pembuka), main course (makanan utama) dan dessert (makanan penutup).
Semua makanan yang disajikan benar benar membuat lidah Jodha berdecak kagum, karena selain pilihan makannya yang lezat, makanan pilihan keluarga Jalal ini benar benar sehat dan ketika mereka sedang menikmati makanan penutup yang berupa crepes dengan irisan pisang yang dipadu dengan ice cream coklat, tiba tiba suara ibu Hamida kembali terdengar “Jalal, siapa tadi nama temanmu ?” ujar ibu Hamida sambil menyuapkan ice cream kedalam mulutnya “Jodha, ibu … oh iya aku belum mengenalkan ke kalian, kenalkan ini Jodha temanku” Jalal mengenalkan Jodha ke keluarga besarnya “Bukankah dia yang kerja di EO Madam Benazir itu ?” Zhannas mulai buka suara “Iya rasanya aku pernah melihat gadis ini” ibu Hamida juga ikut berkomentar “Dulu dia memang kerja di Benazir tapi kali ini dia kerja denganku”, “Bekerja denganmu ?” pertanyaan ibu Hamida terus menyelidik “Tapi ayah tidak pernah melihatnya dikantormu, Jalal ?” kali ini pak Humayun ikut menimpali pembicaraan mereka “Dia kerja dibagian luar, ayah”, “Apa dia tidak bisa bersuara Jalal ? Sehingga harus kamu yang menjawab semua pertanyaan kami ?” pertanyaan ibu Hamida menohok Jodha yang sedari tadi diam membisu sambil menikmati dessertnya “Bukan begitu, ibu … baiklah aku akan diam saja, biar Jodha yang menjawabnya”, “Bagus ! Nah Jodha, sudah berapa lama kamu kerja bersama Jalal dan sebagai apa ?” Jodha benar benar kikuk didepan keluarga Jalal termasuk didepan ibu kandungnya ini, sidang tesis telah dimulai “Saya bekerja sebagai …” suara Jodha terkecat dan berhenti diujung lidahnya.
“Sebagai marketing, ibu” Jalal langsung memotong ucapan Jodha “Jalal … Ibu tidak butuh jawabanmu, kita disini kan juga ingin mendengar suara temanmu ini” kembali ibu Hamida mengisyaratkan Jalal untuk diam “Maaf, bu … saya bekerja sebagai marketing dikantor tuan Jalal” akhirnya suara Jodha mulai terdengar “Dia bisa bahasa Jepang, lho bu !” kembali Jalal buka suara “Oh yaa ? Bagus itu !” suara ibu Hamida terdengar melunak kali ini “Waaah kebetulan, bukankah minggu depan kita akan kedatangan tamu dari Jepang, bu ? Kenapa tidak kita minta temannya Jalal ini untuk jadi penterjemah kita ?” ujar Adam, kakak Jalal dan mata Jodha langsung terbelalak lalu menoleh kearah Jalal, pada saat yang sama Jalal juga menoleh kearahnya “Kak Adam, bukankah biasanya kamu menggunakan jasa penterjemah bahasa ?” Jalal sadar kalau tadi dia keceplosan dan mencoba menengahi permintaan kakaknya “Ya tapi nggak ada salahnya kan kalau kali ini kita menggunakan jasa temanmu itu, apalagi dia juga cantik, benar begitu, bu ?” sesaat ibu Hamida terdiam sambil memperhatikan Jodha dari tempat duduknya, Jodha sangat berharap ibu Hamida tidak menyetujui rencana Adam karena Jodha merasa belum begitu expert pada kemampuannya dalam bahasa Jepang “Boleh juga, ibu setuju !” bom atom telah diluncurkan ! tubuh Jodha langsung terkulai lemas, sementara Jalal jadi tidak berkutik dengan permintaan ibunya “Ujian hari ini belum berakhir, Jodha !” jeritnya dalam hati “Jalal, pastikan temanmu ini Senin minggu depan ada dikantor ibu jam 8 pagi, kamu tidak keberatan kan kalau ibu pinjam karyawanmu ini ?”
Jalal hanya bisa mengangguk lemah, permintaan ibunya tidak pernah bisa dibantah oleh siapapun termasuk Jalal “Jalal, bagaimana kalau setelah makan malam kita main catur ? Aku kangen sudah lama nggak main catur sama kamu, bagaimana ?” tiba tiba Rukayah menggelanyut manja dilengan Jalal “Ibu setuju itu, Rukayah jauh jauh datang kesini hanya untuk kamu, Jalal … kalian sudah lama tidak bertemu, ada baiknya kalau kalian mulai intens lagi, siapa tahu kita bisa segera melaksanakan pesta pertunangan kalian ?” mata Jalal terbuka lebar begitu mendengar rencana ibunya, sementara Rukayah tersenyum senang disebelah Jalal sambil masih menggelanyut manja, sedangkan Jodha merasa kalau tembok itu sudah didirikan “Dia akan segera menikah, Jodha dengan orang yang sepadan yang sekelas dengannya, kamu bukan levelnya” suara hati Jodha kembali berbicara. Rendezvous bag 16 by Sally Diandra.