Rendezvous bag 18 by Sally Diandra. Keesokan harinya, Jodha telah siap untuk bertemu dengan teman translator Jalal, kali ini penampilannya sedikit berbeda, dengan blouse warna orange yang dipadu dengan blazer yang menggantung sepinggang warna hijau lumut plus rok span selutut warna senada “Jangan coklat” Jodha teringat kata kata Jalal semalam agar dirinya jangan mengenakan baju warna coklat “Apa coklat membuatku sedikit kelihatan tua ? Kalau nggak salah dulu pertama kali kami bertemu, aku kan mengenakan blouse coklat dan rok span stripe coklat putih juga, kenapa dia tidak suka ?” bathin Jodha sambil memutar mutar tubuhnya didepan cermin riasnya “Hmm … ada yang lagi jatuh cinta nii rupanya, suit suit !” ejekan dan siulan Sukaniya membuyarkan lamunan Jodha “Iiiih … siapa juga yang lagi jatuh cinta !”, “Alaa … mukamu itu ngga bisa nipu, kak ! Kamu itu emang nggak mudah jatuh cinta, tapi sekalinya jatuh cinta, raut wajah kamu tu kelihatan banget !” Jodha tersenyum melihat mimik wajah adiknya yang lucu “Emang kelihatan gimana ?”, “Tuuuh kan bener lagi jatuh cinta, iyaa kan ? Udah ngaku aja !” Jodha langsung mencubit lengan adiknya “Jadi sebenarnya kamu nggak bener bener tahu kan ? Kalau aku jatuh cinta apa nggak, ini cuma akal akalanmu saja kan ! Dasaaar !” Sukaniya tertawa terbahak bahak “Tapi bener kan ? Tuuu buktinya mukamu kayak kepiting rebus gitu !” Sukaniya terus mengejek kakaknya “Udah aku mau berangkat ! Kamu nggak kuliah pagi ini ?” Sukaniya hanya menggeleng “Aku masuk siang, kak”, “Ya udah, kalau gitu kita sarapan dulu yuk !” Jodha bergegas meninggalkan kamarnya diikuti oleh Sukaniya “Kamu mau kemana, Jodha ?” pertanyaan ibu Meinawati menghentikan langkah Jodha ketika hendak menuju ke meja makan “Aku mau kerja, bu … emang ada yang salah ya ?” ibu Meinawati memperhatikan anak gadisnya ini dari ujung rambut hingg ke ujung kaki “Tapi selama kamu kerja sama boss barumu ini, kamu kan nggak pernah pakai pakaian seperti ini” Jodha tersenyum sambil mencium pipi ibunya.
“Hari ini, bossku ada tugas luar dan aku diminta menemaninya, bu”, “Ayah kira kamu ini cuma seorang administrasi perusahaan saja” pak Bharmal ikut menimpali pembicaraan mereka “I iiya sih, yah … aku juga nggak tahu kenapa boss ku itu ngajak aku” Jodha berbohong pada kedua orang tuanya, selama ini Jodha memang tidak pernah mengatakan secara gamblang pekerjaan apa yang dijalaninya saat ini “Mungkin boss kamu naksir kali kak !”, “Husss ! Sukaniya … kamu ini, sudah sekarang kita sarapan dulu, nanti kamu terlambat” tak lama kemudian Jodha dan keluarganya menikmati sarapan pagi mereka “Semalam kamu pulang jam berapa, Jo ?” tiba tiba pak Bharmal buka suara kembali “Jam 10 ayah, oh iya ayah … Ja … eh maksudku teman bossku itu menawarkan bantuan untuk ayah, dia seorang pakar financial”, “Oh yaaa ?” mata pak Bharmal langsung berbinar terang begitu mendengar ucapan Jodha “Benar itu, Jodha ?”, “Benar, ayah … ayah diminta untuk datang kekantornya besok Selasa, nanti aku beri alamatnya” tanpa Jodha sadari ketika dia dan keluarganya sedang membahas Jalal, tiba tiba ponselnya berbunyi, sekilas dilihatnya nama Jalal tertera diponselnya “Yaa hallo …” Jodha segera mengangkat ponselnya “Selamat pagi, sayang … semalam tidur nyenyak ?” suara Jalal membuat Jodha jadi kikuk didepan keluarganya, Jodha segera berdiri dan melangkah keluar ke teras depan “Yaa semalam tidurku nyenyak hingga sampai tidak bermimpi, kenapa harus nelfon segala sih pagi pagi, nanti kan juga bisa ketemu”, “Aku kangen sama kamu” goda Jalal “Huh ! Gombal !” tawa Jalal meledak diujung sana.
“Tapi ini aku serius, pagi ini aku nggak bisa ngantar kamu ke tempat temanku itu tapi dengarkan baik baik … aku sudah bicara dengannya dan dia welcome, dia menunggumu pagi ini dirumahnya, nanti aku sms alamatnya karena pagi ini mendadak klienku yang di Surabaya minta bertemu denganku disana, jadi aku harus terbang kesana”, “Oke, baiklah”, “Dan tolong nanti pastikan ruang permainan harus jadi hari ini ya” sesaat Jodha terdiam “Ruang permainan ?”, “Iya ruang permainan … dilantai bawah, sebelah ruang makan nanti kamu bisa bilang ke Raavi, dia sudah tahu itu”, “Ooh oke, lalu besok lusa pertemuan dengan ayahku ?” Jodha berusaha mengingatkan Jalal akan janjinya “Oh iya, itu … bisa aku bicara dengan ayahmu sekarang ?” sesaat Jodha bimbang “Baiklah, akan aku sambungkan ke ayahku, tunggu sebentar” bergegas Jodha masuk kedalam rumah menuju ke ruang makan “Ayah, ini … tuan Jalal, ingin bicara denganmu, dia yang nanti yang bakal membantu ayah” Jodha segera memberikan ponselnya ke pak Bharmal, pak Bharmal segera menyambar ponsel Jodha dengan semangat tak lama kemudian pak Bharmal terlibat pembicaraan yang cukup serius dengan Jalal namun Jodha tidak bisa mendengarnya dengan jelas, setelah selesai pak Bharmal segera memberikan ponsel tersebut ke Jodha “Dia ingin bicara denganmu, Jodha” Jodha mengambil kembali ponselnya dan kembali menuju ke teras depan “Yaaa … ada lagi yang mau kamu sampaikan ?”,
“Aku cuma mau bilang kalau aku pasti akan kangen sekali denganmu” Jalal kembali menggoda “Memangnya berapa hari kamu pergi ?”, “Mungkin tiga hari, aku tadi sudah mengancel acaraku dengan ayahmu, aku akan menemuinya besok Jumat, setelah aku pulang dari Surabaya”, “Okee … hati hati dijalan ya, see you” Jodha sudah hendak menutup telfonnya ketika masih didengarnya suara Jalal diujung sana “Heiii … Apakah nggak ada kata kata manis yang bisa kudengar ?”, “Kata kata manis seperti apa ?” Jodha tahu kalau Jalal sedang menggodanya “Yaa kata kata manis … seperti see you honey, sweety, love you” Jodha segera memotong ucapan Jalal “Oke … see you honey, bunny, winny, sweety, puas ?” Jodha segera menutup ponselnya dan berbalik menuju ke meja makan melanjutkan sarapan paginya.
Setelah membukakan pintu untuk para tukang dan memberikan instruksi sedikit seperti yang diharapkan oleh Jalal, Jodha segera melarikan kendaraannya menuju kealamat yang Jalal sms tadi, sesampai didepan sebuah rumah minimalis di daerah Kemang Pratama, sebuah perumahan elit di kawasan Jakarta Timur, Jodha segera memarkirkan kendaraannya dan bergegas masuk kedalam rumah, saat itu pintu depan rumah terbuka lebar namun tidak dilihatnya satupun penghuni rumah tersebut “Selamat pagi …” Jodha berusaha menyapa penghuni rumah dari arah pintu depan, tiba tiba muncul sosok seorang wanita paruh baya dengan gayanya yang necis dari arah salah satu kamar, dilihat dari penampilannya wanita ini terlihat sangat kutu buku, kelihatan dari kacamata silindernya yang cukup tebal “Kamu Jodha ?” tanya wanita itu setelah melihat Jodha berdiri didepan pintu “Iya saya Jodha, nyonya pasti nyonya Maham Anga ?” Jodha segera mengulurkan tangannya “Ya, aku Maham Anga … silahkan masuk” Jodha bergegas masuk kedalam rumah yang cukup hangat dimana terdapat beberapa lemari buku berjejer dikanan dan kiri dinding “Mau minum apa ? Teh kopi ? Es ?” ujar nyonya Maham Anga ramah “Apa saja saya mau, nyonya” tak berapa lama kemudian nyonya Maham Anga sudah datang lagi dengan dua cangkir teh panas “Pagi pagi begini rasanya lebih enak kalau ditemani secangkir teh panas ya, kamu suka juga kan ?” Jodha hanya tersenyum “Koleksi anda banyak juga ya” ujar Jodha mencoba membuka pembicaraan sambil melihat lihat kesekitar ruangan “Yaa… Ini buku buku hasil terjemahanku, oh iya aku dengar dari Jalal katanya kamu ingin jadi translator juga, apakah sudah pernah menterjemahkan sebelumnya ?”,
“Dulu pas kuliah saya sudah pernah menterjemahkan film di salah satu televisi berbayar, ini saya bawa salinannya, bisa anda koreksi” Jodha segera memberikan seberkas map ke nyonya Maham Anga, nyonya Maham Anga mulai mengkoreksinya dengan seksama, setelah basa basi cukup lama akhirnya Jodha pulang ke rumah Jalal, sementara nyonya Maham Anga menjanjikan akan memberikan jawabannya dalam beberapa hari kedepan. Sesampainya dirumah Jalal, saat itu matahari sudah meninggi, dilihatnya mobil Raavi sudah terparkir disana, begitu Jodha masuk kedalam rumah melalui pintu depan yang terbuka, dilihatnya Raavi sedang ngobrol dengan Rukayah “Jodha ! Dari mana saja kamu ? Tumben banget dandanan kamu lain ?” Raavi merasa heran melihat penampilan Jodha yang beda.
“Aku baru ada urusan tadi, oh ya … Jalal meminta ruang permainannya harus jadi hari ini, apakah tukang kamu sudah bilang ke kamu ?” Raavi langsung mengangguk mantap “Sedang dalam pengerjaan”, “Jadi kamu kerja dirumah Jalal ? Bagian lapangan ?” Rukayah mengejek Jodha dengan gaya sombongnya, sementara Jodha hanya diam saja tidak menanggapi ucapan Rukayah “Aku kira bagian lapangan yang benar benar lapangan ternyata cuma mandor ! huh …”, “Apakah pekerjaan saya mengganggu anda nona Rukayah ?” Jodha mencoba untuk membela dirinya “Yaaa … aku nggak ada masalah sih sama pekerjaan kamu, cuma nggak nyangka aja kalau ternyata kamu cuma seorang mandor !” Rukayah tersenyum sinis “Tapi pekerjaan dia sangat membantu sekali lho, Rukayah” Raavi membela Jodha “Kamu tahu kan gimana Jalal, selalu detail dan perfect dan sejak ada Jodha, semuanya bisa teratasi dengan baik, kamu seharusnya berterima kasih sama dia, karena dia, kamu bisa segera menempati rumah ini” Jodha sesaat tertegun.
Menempati rumah ini ? Oh iya aku lupa sebentar lagi dia akan bertunangan dengan Jalal kemudian menikah dan menempati rumah ini” pasti Rukayah tertawa senang mendengar kata kata Raavi “Apakah kamar tidur ku dan Jalal sudah kamu setting, Raavi ?” Raavi menggelengkan kepala “Belum, Jalal belum minta untuk mensetting kamarnya saat ini”, “Bagaimana kalau aku yang mensettingnya saja ?” Rukayah merasa pede dengan idenya yang briliant “Saya rasa itu bukan ide yang bagus, karena tuan Jalal pasti tidak akan suka” Jodha ikut menimpali “Aku nggak minta pendapatmu ! Berani beraninya kamu bilang kalau Jalal tidak akan suka ! Jalal pasti akan suka dengan ideku ini, !”, “Rukayah … tenang, aku pikir apa yang Jodha katakan itu benar, karena kalau Jalal tidak suka maka aku harus bongkar lagi, aku lagi yang kerja, aku capek, Ruk … kecuali kalau kamu memang sudah dapat ijin untuk mensettingnya” Raavi mencoba menengahi “Kamu ini gimana sih, Rav ? Aku ini kan tunangannya, Jalal pasti akan setuju” Raavi tersenyum nakal “Kamu itu baru calon tunangan belum jadi tunangan, non … pesta kalian saja belum dimulai” Rukayah nampak tidak suka dengan ucapan Raavi “Mau calon mau tunangan, bagiku sama saja ! Jalal adalah milikku dan nggak ada seorangpun yang bisa mengambilnya dari aku !” Jodha merasa ucapan Rukayah ini ditujukan padanya, Jodha memang tau diri kalau dirinya tidak mungkin bisa mendapatkan Jalal, apalagi Rukayah begitu serius dengan ucapannya. Rendezvous bag 19 by Sally Diandra.